Kupang (Antara Sulsel) - Peneliti bidang peternakan sapi dari Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang Dr Ir Gusti Jelantik MSc PhD mendorong agar pemasaran ternak sapi Nusa Tenggara Timur dilakukan melalui sistem pelelangan ternak.

"Salah satu cara pemasaran sapi yang patut dicoba untuk kita di NTT dengan cara dilelang, kalau di luar negeri dilakukan dengan cara dilelang seperti pelelangan ikan," kata Gusti. Jelantik di Kupang, Minggu.

Ia mengatakan hal itu terkait seperti apakah niaga sapi di Nusa Tenggara Timur sudah berjalan secara efektif dan efisien, yang merupakan salah satu isu utama dalam diskusi terfokus yang diselenggarakan Ombudsman RI Perwakilan NTT di Kupang, Jumat (16/6).

Kepala Penelitian Sapi Timor Undana itu mengatakan kajian yang dilakukan rekan-rekannya di Fakultas Peternakan menemukan rantai pemasaran sapi di NTT masih tetap panjang.

"Prosesnya tetap panjang, relatif tidak terpangkas dari tahun ke tahun," katanya.

Menurutnya, efektivitas dan efisiensi pemasaran sapi sangat ditentukan rantai pemasarannya. "Makin panjang makin tidak efektif dan tidak efisien," katanya.

Untuk itu, lanjutnya, harus ada upaya dari pemerintah daerah setempat untuk memangkasnya, dan menurutnya salah satu cara yang patut dicoba melalui pelelangan sapi.

Menurutnya, ada baiknya dikaji bahwa di NTT diperlukan adanya penjadwalan lelang sapi, misalnya dilakukan tiga bulan sekali, dan diumumkan secara nasional.

Dengan begitu, lanjutnya, peternak tahu kapan menjuslnya, pengusaha tau kapan mengumpulkannya sehingga bisa mendapatkan harga terbaik saat pelelangan.

"Jadi misalnya lelangnya di Kupang, yang datang itu pengusaha besar yang pusatnya di Jakarta untuk melihat dan mengambil langsung," katanya.

Menurutnya, wacana pelelangan ternak tersebut patut dikaji untuk diterapkan mengingat dari dulu sampai sekarang rantai pemasaran ternak sapi di daerah itu tidak banyak berubah, tetap panjang, sehingga peternak di provinsi kepulauan itu belum mendapatkan harga terbaiknya.

Dalam konteks mendapatkan harga terbaik di tingkat peternak itu, Ketua Perhimpunan Petani dan Peternak Sapi Kerbau Indonesia (PPSKI) NTT Marthen Mulik mengatakan, setujuh bahwa peternak haruslah mendapatkan harga terbaik.

Menurut Marthen Mulik yang juga meneliti bidang peternakan itu, jika penentuan harga itu dilakukan maka implementasinya adalah pemerintah daerah meski mengeluarkan kebijakan tenang sistem penjualan sapi.

"Sistem penjualan sapi ini transaksinya juga meski berdasarkan berat badan sapi," katanya.

Namun menurutnya, kalau saat ini ditetapkan harga ditingkat peternak maka hasilnya tidak maksimal karena peternak sendiri tidak mengetahui berat badan sapinya.

"Kecuali pemerintah daerah dapat memfasilitasi alat timbang melalui kelompok-kelompok petani peternak, atau di setiap desa penghasil sapi," katanya.

Ia menilai jika penjualan dengan perhitungan berat badan yang didukung fasilitas alat timbang yang memadai maka mekanisme pemasaran melalui proses lelang sekalipun dapat dilakukan dengan mudah dan efektif.

"Jadi saat lelang pun pengusaha bisa lewat telpon langsung menghubungi peternak tinggal datangkan kendaraan untuk mengangkutnya, dengan demikian rantainya lebih efektif dan peternak bisa mendapakan harga terbaiknya," ujarnya. 

Pewarta : Aloysius Lewokeda
Editor :
Copyright © ANTARA 2024