Gorontalo (ANTARA News) - Seluruh perawat Rumah Sakit Islam (RSI) Gorontalo melakukan mogok kerja lagi setelah pekan sebelumnyA 12/9) melakukan hal yang sama yakni menuntut direktur dan wakilnya di rumah sakit itu mundur dari jabatannya.
Para perawat itu menuding dua pejabat teras RSI Gorontalo telah menyelewengkan sejumlah dana bantuan operasional dan telah memecat dua bendahara serta tiga perawat rumah sakit tanpa ada alasan yang jelas.
Akibat aksi ini, aktivitas rumah sakit lumpuh total, karena tidak ada pelayanan yang diberikan para perawat kepada pasien, dan kondisi ruang perawat juga tampak kosong.
Sementara itu, Direktur RSI Gorontalo Dewi Nusi menyatakan, aksi mogok bekerja perawat itu menyebabkan pasien terlantar dan pihak rumah sakit mengehentikan aktivitasnya, bahkan sejumlah pasien terpaksa dipindahkan ke rumah sakit lain.
"Aksi mogok kerja perawat ini sudah membuat pasien rumah sakit terlantar, pasien terpaksa pindah ke rumah sakit lain karena tidak ada pelayanan di rumah sakit ini," kata Dewi.
Pihak rumah sakit sendiri mengaku belum mengetahui sampai kapan aksi mogok ini akan berlangsung.
Sebelumnya, puluhan mahasiswa dan perawat di Kota Gorontalo, melakukan unjuk rasa di RSI setempat (12/9), mempertanyakan pemecatan sejumlah karyawan.
Mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di daerah itu, turut bergabung dengan perawat RS Islam, menuntut klarifikasi atas pemecatan karyawan tersebut.
Direktur RS Islam Gorontalo Dewi Nusi yang menemui pengunjuk rasa saat itu mengungkapkan, perampingan karyawan di RS milik Yayasan Kesejahteraan Umat itu, terpaksa dilakukan karena kondisi keuangan yang demikian memprihatinkan.
Menurut dia, sejak jabatan Direktur RS Islam diserahkan padanya pada 30 Juli 2011, kondisi keuangan RS itu tidak bisa dipertanggung jawabkan oleh pejabat sebelumya. (T.KR-MTO/F002)

