Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan) Kasdi Subagyono menilai pemanfaatan bahan bakar biodiesel dengan kadar minyak nabati 100 persen atau B100 menciptakan peluang pasar baru bagi pekebun sawit.

"Ini menciptakan peluang pasar baru bagi pekebun sawit, karena ada peningkatan konsumsi dalam negeri yang lebih besar sehingga dibutuhkan volume crude palm oil atau CPO (minyak sawit) yang cukup besar," ujar Kasdi kepada Antara di Jakarta, Senin.

Ia menjelaskan industri biodiesel akan diisi hasil pekebun sawit.

"Bagi pekebun ini menciptakan peluang pasar karena pendapatan dan kesejahteraan pekebun akan meningkat," tuturnya.

Pada Senin inii, Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman menggelar peluncuran (soft launching) sekaligus menguji coba secara perdana bahan bakar B100 untuk traktor dan mobil penumpang.

Mentan menjelaskan bahwa tujuan dari pengembangan biodiesel ini adalah menghemat devisa, mendorong energi ramah lingkungan, sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani khususnya petani sawit.

Selain itu, Mentan berharap dalam waktu lima tahun B100 sudah bisa diproduksi secara massal oleh Indonesia serta menjadi energi baru terbarukan yang merupakan solusi terbaik untuk masa depan yang tidak hanya bagi Indonesia namun juga dunia.

Saat ini B100 dibuat di bagian penelitian dan pengembangan Kementan dan diujicobakan pada 50 mobil dan traktor.

Biodiesel adalah bahan bakar alternatif yang dihasilkan dari bahan alami yang terbarukan seperti minyak nabati.

Karena memiliki sifat fisik yang sama dengan minyak solar,  biodiesel dapat digunakan sebagai bahan bakar pengganti untuk kendaraan-kendaraan bermesin diesel.

Selama ini, biodiesel masih dicampur minyak nabati dengan bahan bakar minyak dengan perbandingan tertentu, seperti B20.

Tapi, dengan teknologi pengembangan B100, biodiesel mengandung 100 persen bahan alami, tanpa dicampur dengan BBM.
 

Pewarta : Aji Cakti
Editor : Laode Masrafi
Copyright © ANTARA 2024