Makassar (ANTARA) - Keanekaragaman hayati (megabiodiversity) wilayah darat dan laut Indonesia tercatat terbesar di dunia, sehingga harus dijaga dan dilestarikan.
Hal itu dikemukakan Kasubid Sumber Daya Genetika Dr Moh Haryono mewakili Direktur konservasi Keanekaragaman Hayati Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada peringatan hari Kehati 2019 di Makassar, Rabu.
"Keanekaragaman ekosistem Biodeversity dari sisi daratan Indonesia nomor tiga di dunia, setelah Brasil dan Kongo, namun jika digabung lautan dan daratan, maka Indonesia yang terbesar keanekaragaman hayatinya," tambahnya.
Dia mengemukakan, keanekaragaman hayati Indonesia masing-masing setiap jenisnya mencapai 5 persen dari keanekaragaman hayati dunia, bahkan ada yang diatas 10 persen berada di Indonesia.
Mencermati hal itu, lanjut Haryono keanekaragaman Hayati harus dikelola dan dimanfaatkan secara berkelanjutan dengan memperhatikan tiga aspek yakni aspek sosial, ekologi dan ekonomi.
Sedang kehidupan atau biota dari keanekaragaman hayati itu terdiri dari fauna, algae, flora dan mikro organisme.
Sementara itu Kepala Balai Besar KSDA Sulsel, Thomas Nifinluri pada kesempatan yang sama mengatakan, dalam peringatan Hari Kehati 2019 pihaknya menggelar beberapa kegiatan diantaranya talkshow, demo aplikasi New OME, rilis satwa endemik dan Ramadhan street campaign.
"Salah satu upaya menjaga dan melestarikan konservasi di lapangan dengan melakukan penangkaran rusa rakyat di Kabupaten Takalar, Sulsel," katanya.
Selain itu, juga mendorong Taman Burung Ko'mara berbasis masyarakat, sehingga memberikan dampak peningkatan kesejahteraan masyarakat. Termasuk melakukan penguatan regulasinya.
"Ini juga akan memberikan penawaran sebagai objek wisata, karena itu perlu disiapkan sarana penunjangnya," ujarnya.
Kasubid Sumber Daya Genetika KLHK Dr Moh Haryono (kanan) dan Kepala Balai BBKSDA Sulsel Thomas Nifinluri (kiri) pada peringatan hari Kehati 2019 di Makassar, Rabu (22/05/2019). ANTARA Foto/Suriani Mappong
Hal itu dikemukakan Kasubid Sumber Daya Genetika Dr Moh Haryono mewakili Direktur konservasi Keanekaragaman Hayati Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada peringatan hari Kehati 2019 di Makassar, Rabu.
"Keanekaragaman ekosistem Biodeversity dari sisi daratan Indonesia nomor tiga di dunia, setelah Brasil dan Kongo, namun jika digabung lautan dan daratan, maka Indonesia yang terbesar keanekaragaman hayatinya," tambahnya.
Dia mengemukakan, keanekaragaman hayati Indonesia masing-masing setiap jenisnya mencapai 5 persen dari keanekaragaman hayati dunia, bahkan ada yang diatas 10 persen berada di Indonesia.
Mencermati hal itu, lanjut Haryono keanekaragaman Hayati harus dikelola dan dimanfaatkan secara berkelanjutan dengan memperhatikan tiga aspek yakni aspek sosial, ekologi dan ekonomi.
Sedang kehidupan atau biota dari keanekaragaman hayati itu terdiri dari fauna, algae, flora dan mikro organisme.
Sementara itu Kepala Balai Besar KSDA Sulsel, Thomas Nifinluri pada kesempatan yang sama mengatakan, dalam peringatan Hari Kehati 2019 pihaknya menggelar beberapa kegiatan diantaranya talkshow, demo aplikasi New OME, rilis satwa endemik dan Ramadhan street campaign.
"Salah satu upaya menjaga dan melestarikan konservasi di lapangan dengan melakukan penangkaran rusa rakyat di Kabupaten Takalar, Sulsel," katanya.
Selain itu, juga mendorong Taman Burung Ko'mara berbasis masyarakat, sehingga memberikan dampak peningkatan kesejahteraan masyarakat. Termasuk melakukan penguatan regulasinya.
"Ini juga akan memberikan penawaran sebagai objek wisata, karena itu perlu disiapkan sarana penunjangnya," ujarnya.