Makassar (ANTARA) - Tiga kecamatan di Kabupaten Wajo, masih terendam banjir akibat curah hujan yang tinggi mengguyur sebagian wilayah Sulawesi Selatan, dua hari setelah Hari Raya Idul Fitri 1440 Hijiriah atau Tahun 2019.
"Curah hujan yang tinggi dan di daerah kabupaten tetangga berdampak ke beberapa daerah kecamatan di wilayah Kabupaten Wajo hingga terkena banjir dengan ketinggian bervariasi mulai 20 - 100 centimeter," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Wajo Alamsyah saat dikonfirmasi ANTARA di Makassar, Sabtu.
Tiga kecamatan tersebut yang masih terendam banjir, masing-masing Tempe, Pammana, dan Kecamatan Belawa. Sebelumnya terdapat enam kecamatan yang terendam banjir, tetapi tiga kecamatan airnya sudah surut pada beberapa hari terakhir.
Terkait dengan antisipasi misi kemanusiaan untuk melakukan evakuasi terhadap korban bencana banjir, kata dia, belum dilakukan karena warga masih bertahan di rumahnya.
"Masih bertahan hingga sekarang, untuk pengungsian masih nihil," kata Alamsyah.
Untuk itu, BPBD Wajo mengimbau kepada masyarakat agar memperhatikan cuaca dan kondisi wilayah saat ini termasuk kondisi curah hujan di daerah Kabupaten tetangga seperti Kabupaten Bone, Soppeng dan Sidrap.
"Maka diimbau kepada seluruh stekholder, baik pemerintah, dunia usaha maupun masyarakat untuk tetap waspada menghadapi curang hujan yang tinggi saat ini dengan slogan siap untuk selamat. Mari kita jaga alam kita dan akhirnya alam yang jaga kita hari esok," katanya.
Selain itu, katanya, tumbuhkanlah budaya sadar bencana d antara kita dengan demikian maka kita mempersiapkan diri menghadapinya utk mengurangi resiko bencana.
Kepada seluruh instansi terkait kebencanaan untuk siap siaga menghadapi terjadinya bencana baik personil maupun peralatan dan kemampuan lainnya.
"Saat ini BPBD melalu Tim Reaksi Cepat atau TRC dan Pusdalops melakukan assesment lapangan terutama di wilayah Kecamatan Belawa," ujarnya.
Junaidi Sudirman, salah satu warga di Desa Baru Alau, Kelurahan Laelo Kecamatan Tempe saat hubungi mengatakan, air masih setinggi paha orang dewasa dan saat ini kondisi masih terjadi hujan. Kendati rumah yang terendam rata-rata rumah panggung.
Selain itu, banjir biasanya diakibatkan kiriman air dari Kabupaten Soppeng dan Sidrap ketik hujan deras, membuat laju air turun hingga ke beberapa daerah di Wajo.
Selain itu, kata dia, ada beberapa kelurahan yang terendam di Kecamatan Tempe, termasuk di rumah dipesisir danau tempe yakni Kelurahan Laelo, Kelurahan Salo Menlaleng, Kelurahan Watanglipue, Kelurahan Mattirotappareng, dan Keluharan Wiringpalennae.
"Sampai saat ini belum ada mengungsi, karena hampir tiap tahun air naik dalam rumah sampai lutut. Bahkan di tahun 2003, air sampai dada. Maka dari itu sengaja tinggi rumah dinaikkan sampai tiga meter," ujarnya.
Sebelumnya, banjir menutup jalan poros Sengkang-Bone, berada di Cempa, Desa Pallawarukka, Kecamatan Pammana sehingga akses jalan terputus Jumat (7/6) setelah Lebaran 2019.
Kendaraan roda dua yang ingin melintas di jalan tersebut harus menggunakan rakit yang dibuat secara swadaya oleh masyarakat setempat. Sementara untuk kendaraan roda empat mesti memutar ke arah Kabupaten Soppeng untuk bisa masuk ke Kabupaten Wajo.
Hingga saat ini tim BPBD setempat masih terus melakukan assessment di lokasi dan siap melakukan evakuasi bisa diutuhkan. Akibat banjir tersebut ratusan rumah terendam dengan ketinggian air bervariasi.
"Curah hujan yang tinggi dan di daerah kabupaten tetangga berdampak ke beberapa daerah kecamatan di wilayah Kabupaten Wajo hingga terkena banjir dengan ketinggian bervariasi mulai 20 - 100 centimeter," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Wajo Alamsyah saat dikonfirmasi ANTARA di Makassar, Sabtu.
Tiga kecamatan tersebut yang masih terendam banjir, masing-masing Tempe, Pammana, dan Kecamatan Belawa. Sebelumnya terdapat enam kecamatan yang terendam banjir, tetapi tiga kecamatan airnya sudah surut pada beberapa hari terakhir.
Terkait dengan antisipasi misi kemanusiaan untuk melakukan evakuasi terhadap korban bencana banjir, kata dia, belum dilakukan karena warga masih bertahan di rumahnya.
"Masih bertahan hingga sekarang, untuk pengungsian masih nihil," kata Alamsyah.
Untuk itu, BPBD Wajo mengimbau kepada masyarakat agar memperhatikan cuaca dan kondisi wilayah saat ini termasuk kondisi curah hujan di daerah Kabupaten tetangga seperti Kabupaten Bone, Soppeng dan Sidrap.
"Maka diimbau kepada seluruh stekholder, baik pemerintah, dunia usaha maupun masyarakat untuk tetap waspada menghadapi curang hujan yang tinggi saat ini dengan slogan siap untuk selamat. Mari kita jaga alam kita dan akhirnya alam yang jaga kita hari esok," katanya.
Selain itu, katanya, tumbuhkanlah budaya sadar bencana d antara kita dengan demikian maka kita mempersiapkan diri menghadapinya utk mengurangi resiko bencana.
Kepada seluruh instansi terkait kebencanaan untuk siap siaga menghadapi terjadinya bencana baik personil maupun peralatan dan kemampuan lainnya.
"Saat ini BPBD melalu Tim Reaksi Cepat atau TRC dan Pusdalops melakukan assesment lapangan terutama di wilayah Kecamatan Belawa," ujarnya.
Junaidi Sudirman, salah satu warga di Desa Baru Alau, Kelurahan Laelo Kecamatan Tempe saat hubungi mengatakan, air masih setinggi paha orang dewasa dan saat ini kondisi masih terjadi hujan. Kendati rumah yang terendam rata-rata rumah panggung.
Selain itu, banjir biasanya diakibatkan kiriman air dari Kabupaten Soppeng dan Sidrap ketik hujan deras, membuat laju air turun hingga ke beberapa daerah di Wajo.
Selain itu, kata dia, ada beberapa kelurahan yang terendam di Kecamatan Tempe, termasuk di rumah dipesisir danau tempe yakni Kelurahan Laelo, Kelurahan Salo Menlaleng, Kelurahan Watanglipue, Kelurahan Mattirotappareng, dan Keluharan Wiringpalennae.
"Sampai saat ini belum ada mengungsi, karena hampir tiap tahun air naik dalam rumah sampai lutut. Bahkan di tahun 2003, air sampai dada. Maka dari itu sengaja tinggi rumah dinaikkan sampai tiga meter," ujarnya.
Sebelumnya, banjir menutup jalan poros Sengkang-Bone, berada di Cempa, Desa Pallawarukka, Kecamatan Pammana sehingga akses jalan terputus Jumat (7/6) setelah Lebaran 2019.
Kendaraan roda dua yang ingin melintas di jalan tersebut harus menggunakan rakit yang dibuat secara swadaya oleh masyarakat setempat. Sementara untuk kendaraan roda empat mesti memutar ke arah Kabupaten Soppeng untuk bisa masuk ke Kabupaten Wajo.
Hingga saat ini tim BPBD setempat masih terus melakukan assessment di lokasi dan siap melakukan evakuasi bisa diutuhkan. Akibat banjir tersebut ratusan rumah terendam dengan ketinggian air bervariasi.