Makassar (ANTARA) - Relawan Aksi Cepat Tanggap (ACT) Sulawesi Selatan bersama Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) langsung bergerak cepat dengan membagikan masker kepada masyarakat setempat serta pengguna jalan setelah kebakaran terjadi di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Antang Tamangapa Makassar.
"Ini adalah kebakaran hebat di TPA Antang dan tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. Kami dari MRI dan ACT Sulsel langsung bergerak cepat membagikan masker kepada warga setempat," ujar Kepala ACT Sulsel Faizal Agunisman di Makassar, Senin.
Ia mengatakan kebakaran di TPA Antang Tamangapa pada Minggu (14/9) sekitar pukul 13.30 WITA, membuat warga setempat dan 500 lebih pemulung terancam dengan penyakit inspeksi saluran pencernaan akut (ISPA).
Faizal menyebutkan lebih dari 500 pemulung beraktivitas dan menggantungkan hidup setiap hari di bukit-bukit sampah tersebut.
"Ini merupakan TPA terbesar di Kota Makassar sebab mampu menampung minimal 12 ribu ton sampah perharinya yang berasal dari berbagai sudut di kota Makassar," katanya.
Pada kebakaran TPA itu, setidaknya 10 hektar dari total 16,8 hektar lahan tersebut terbakar dan membentuk titik-titik api.
Kepulan asap membumbung tinggi hingga sehari setelah kebakaran tersebut. Meskipun demikian, beberapa pemulung tetap beraktivitas seperti biasa. Memilah-milih sampah seolah tidak khawatir akan terkena percikan api.
"Mereka sudah biasa pak, bahkan sebenarnya setiap tahun kawasan ini terbakar, namun kali ini yang cukup luas dampaknya. Sebagian pemulung justru senang jika terbakar sebab biasanya akan muncul logam atau besi ke permukaan sampah yang tentu harganya jauh lebih mahal dari sampah plastik pada umumnya," jelas Syamsir, salah seorang warga setempat.
Dalam kebakaran itu juga, belum ada laporan korban jiwa, namun empat ekor sapi warga sekitar mati karena terdampak kebakaran.
"Ini adalah kebakaran hebat di TPA Antang dan tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. Kami dari MRI dan ACT Sulsel langsung bergerak cepat membagikan masker kepada warga setempat," ujar Kepala ACT Sulsel Faizal Agunisman di Makassar, Senin.
Ia mengatakan kebakaran di TPA Antang Tamangapa pada Minggu (14/9) sekitar pukul 13.30 WITA, membuat warga setempat dan 500 lebih pemulung terancam dengan penyakit inspeksi saluran pencernaan akut (ISPA).
Faizal menyebutkan lebih dari 500 pemulung beraktivitas dan menggantungkan hidup setiap hari di bukit-bukit sampah tersebut.
"Ini merupakan TPA terbesar di Kota Makassar sebab mampu menampung minimal 12 ribu ton sampah perharinya yang berasal dari berbagai sudut di kota Makassar," katanya.
Pada kebakaran TPA itu, setidaknya 10 hektar dari total 16,8 hektar lahan tersebut terbakar dan membentuk titik-titik api.
Kepulan asap membumbung tinggi hingga sehari setelah kebakaran tersebut. Meskipun demikian, beberapa pemulung tetap beraktivitas seperti biasa. Memilah-milih sampah seolah tidak khawatir akan terkena percikan api.
"Mereka sudah biasa pak, bahkan sebenarnya setiap tahun kawasan ini terbakar, namun kali ini yang cukup luas dampaknya. Sebagian pemulung justru senang jika terbakar sebab biasanya akan muncul logam atau besi ke permukaan sampah yang tentu harganya jauh lebih mahal dari sampah plastik pada umumnya," jelas Syamsir, salah seorang warga setempat.
Dalam kebakaran itu juga, belum ada laporan korban jiwa, namun empat ekor sapi warga sekitar mati karena terdampak kebakaran.