Mamuju (ANTARA) - Bupati Mamuju Provinsi Sulawesi Barat Habsi Wahid menyebut, prosesi "Masossor Manurung" atau pencucian keris pusaka merupakan perpaduan dua kerajaan nusantara, yakni Kerajaan Mamuju dan Badung, Bali.

"Ritual adat Masossor Manurung merupakan suatu gambaran hubungan yang kuat dari dua kerajaan nusantara, yakni Mamuju dan Badung Bali di masa lampau," kata Habsi Wahid, saat prosesi Masossor Manurung, Selasa.

"Dari ke dua kerajaan ini, melahirkan Manurung sebagai bukti sejarah kekuatan hubungan antara dua kerajaan tersebut," katanya.

Prosesi Masossor Manurung yang dilaksanakan di Pelataran Rumah Adat Mamuju, merupakan salah satu agenda utama pada Festival Maradika Mamuju yang akan dilaksanakan selama dua hari, yakni 17 dan 18 Desember 2019.

Bupati menyatakan, kekuatan hubungan itu akan terus dipelihara dan dikembangkan pada aspek-aspek yang lain, khususnya dalam mendorong kemajuan daerah dan seluruh bidang pembangunan yang diwujudkan dalam bentuk kerja sama antardaerah.

"Hal ini dilakukan untuk menciptakan daya tarik daerah dan mendorong kemajuan, salah satunya adalah sektor pariwisata dan kebudayaan," terang Habsi Wahid.

Ia juga menyampaikan bahwa kehadiran Forum Silaturrahmi Keraton Nusantara (FSKN) dan Majelis Adat Kerajaan Nusantara (MAKN) pada Festival Maradika Mamuju 2019 tersebut, membuktikan budaya memiliki magnet yang sangat kuat dalam membingkai keberagaman dan memunculkan nilai-nilai keluhuran untuk mengedepankan kautuhan dan semangat kebersamaan.

Bupati Mamuju berharap, melalui kegiatan itu semakin mempererat kekerabatan dan rasa persaudaraan seluruh kerajaan dan keraton se-nusantara serta menjadi perekat keberagaman budaya untuk memperkuat NKRI.

Ia menambahkan, ritual Masossor Manurung selama ini dilaksankan dalam satu kali dalam dua tahun, yakni pada tahun ganjil.

Sementara, Sekretaris Provinsi Sulbar Muhammad Idris mengatakan, ritual adat Masossor Manurung sebagai suatu kegiatan yang membanggakan bagi masyarakat Sulbar, khususnya Mamuju.

"Alhamdulillah, kegiatan hari ini cukup meriah dan membanggakan bagi kita semua orang Sulbar, khususnya masyarakat Mamuju," ucap Muhammad Idris.

Penyelenggaraan ritual adat Massossor Manurung lanjutnya, dapat pula dikatakan suatu kegiatan yang tergolong sangat langka dan unik, sebab di dalamnya dapat mempertemukan dua Kelompok Kerajaan yang eksis di nusantara, yakni Forum Silaturrahmi Keraton Nusantara (FSKN) dan Majelis Adat Kerajaan Nusantara (MAKN).

"Menurut saya, sulit kita mempertemukan dua kelompok kerajaan dan Alhamdulillah melalui perhelatan ini keduanya dapat menjadi satu," terang Muhammad Idris.

Sekprov Sulbar berharap, kegiatan itu dapat disebarluaskan kepada masyarakat di nusantara, baik melalui media cetak maupun elektronik, agar ke depan mereka dapat hadir di Mamuju untuk menyaksikan langsung ritual tersebut.

"Kita berharap kegiatan ini dapat dipublikasikan secara luas sebab merupakan salah satu modal besar kita untuk mendorong bagaimana warga di nusantara ini bisa melihat lebih dekat ritual adat yang luar biasa ini," harap Muhammad Idris. Salah satu prosesi "Masossor Manurung" atau pencucian keris pusaka pada Festival Maradika Mamuju 2019, Selasa (17/12). (ANTARA/HO/Humas Pemkab Mamuju)

Pewarta : Amirullah
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024