Makassar (ANTARA) - Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) mengklaim berhasil menurunkan angka tumbuh kerdil (stunting) pada anak sebesar 5,1 persen  dari angka 35,6 persen pada 2018 menjadi 30,5 persen pada 2019.

"Penurunan ini sekaligus menempatkan Sulsel naik ke posisi 11 yang sebelumnya berada di urutan ke empat untuk kasus stunting tertinggi di Indonesia," kata Ketua Tim Penggerak PKK Sulsel Liestiaty Fachruddin usai kunjungan pada baksos operasi celah bibir di RSUD Salewangang Kabupaten Maros, Sulsel, Kamis.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan, angka stunting di Sulsel pada 2018 berada di angka 35,6 persen. Sedangkan, pada 2019, berdasarkan data dari Kementerian Koordinasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI, angka stunting Sulsel menjadi 30,5 persen.

Istri Gubernur Sulsel ini optimis angkanya di Sulsel dapat terus ditekan karena Pemprov Sulsel telah menyiapkan bantuan Rp100 juta untuk masing-masing kabupaten/kota guna menjalankan program-program terkait pengentasan stunting.

Pengentasan stunting di seluruh daerah se Indonesia merupakan salah satu program Rencana Pembngunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.
 

Selain itu, Gubernur Sulsel, Wakil Gubernur bersama TP PKK Provinsi Sulsel telah juga telah mencanangkan Program Zero Stunting sejak awal dilantik.

Karenanya, dia berharap kehadiran posyandu juga dapat membantu mengentaskan stunting di Sulawesi Selatan.

“Mudah-mudahan semua posyandu di kabupaten/kota aktif, sebab dari data tercatat ada sekitar 9.600 posyandu se-Sulsel, namun yang aktif cuma sekitar 7.000 posyandu. Jadi tugas kita lah sebagai pokja 4 untuk keliling untuk terus memberi dukungan,” jelasnya.

Pelaksana Tugas Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, Bahtiar Baso mengapresiasi kerja optimal yang dilakukan TP PKK Provinsi Sulwesi Selatan bersama komponen selama satu tahun terakhir terkait penurunan angka stunting di Sulsel.

"Ibu Ketua TP PKK Sulsel sejak awal sudah bergerak bersama kami di Dinas Kesehatan Sulsel. Tidak mudah mencapai angka ini," tegasnya.

Empat faktor
Bahtiar menyebutkan penurunan angka stunting di Sulsel disebabkan empat faktor, yakni gencarnya sosialisasi ke masyarakat dan kerja sama dengan lima fakultas kesehatan Universitas Hasanuddin (Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas Keperawatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Fakultas Farmasi).
 

Ada juga program zero stunting yang dicanangkan Pemprov Sulsel bersama seluruh pimpinan daerah, hingga program unggulan Pemprov Sulsel yakni 1.000 Hari Pertama Kelahiran.

"Utamanya program unggulan 1.000 Hari Pertama Kelahiran. Sejak ibu mengandung hingga melahirkan anaknya, perkembangan ini terus kita pantau yang pada akhirnya menurunkan angka stunting di Sulsel secara signifikan," kata Bahtiar.


Pewarta : Nur Suhra Wardyah
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024