Makassar (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan melalui Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM-PTSP) mencatat realisasi investasi sepanjang tahun 2020 mencapai Rp12,541 triliun, melampaui target yang ditetapkan sebesar Rp7 triliun.
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM-PTSP) Sulsel Jayadi Nas melalui keterangannya di Makassar, Selasa mengatakan kemudahan berinvestasi yang diberikan oleh Pemprov Sulsel membuat realisasi investasi melebihi target sepanjang tahun 2020.
Tercatat total realisasi investasi tersebut terdiri dari Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp3,399 triliun dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp9,142 triliun. Sementara untuk proyek secara kumulatif periode Januari hingga Desember mencapai 1.981 proyek (PMDN) dan 525 proyek (PMA).
Dari prestasi tersebut, ada lima sektor usaha dengan nilai realisasi terbesar, di antaranya transportasi, gudang dan telekomunikasi Rp4,052 triliun (32 persen), sektor pertambangan Rp2,588 (21 persen), listrik, gas, dan air Rp2,421 triliun (19 persen), konstruksi Rp1,059 triliun (9 persen), dan sektor lainnya Rp2,420 triliun (19 persen).
"Sejumlah pengusaha yang memang sudah menanamkan modalnya di Sulsel menambah kapasitas produksi. Itu membutuhkan sarana dan prasarana sehingga berdampak pada peningkatan investasi yang mengalir," jelas Jayadi Nas.
Negara dengan nilai investasi terbesar yang masuk ke Sulsel yakni Kanada dengan nilai investasi Rp2,196 triliun (65 persen), disusul Tiongkok Rp494 miliar (21 persen), Australia Rp337 miliar (10 persen), Malaysia Rp209 miliar (6 persen), dan negara lainnya Rp163 miliar (5 persen).
Sementara untuk kabupaten dan kota dengan serapan investasi terbesar sepanjang tahun 2020, di antaranya Kota Makassar Rp5,465 triliun (43 persen), Luwu Timur Rp2,268 triliun (18 persen), Tana Toraja Rp499 miliar (4 persen), dan kabupaten/kota lainnya Rp4,309 triliun (22 persen).
"Ada juga sejumlah investor melakukan ekspansi dengan sektor usaha yang sama sehingga menambah realisasi nilai investasi," ujar Jayadi.
Bukan itu saja, capaian ini, kata Jayadi tidak lepas dari peran serta perusahaan skala menengah dan kecil yang semakin sadar dalam menyampaikan laporan kegiatan penanaman modal (LKPM). Hal itu juga sebagai dampak dari upaya DPM-PTSP yang turun langsung melakukan sosialisasi dan edukasi kepada para pengusaha agar menyampaikan LKPM.
"Teman-teman turun ke bawah, ke kabupaten dan kota. Sehingga didapati perusahaan, ada yang tidak ngerti, tidak tahu caranya, ini kita lakukan pendampingan, kami edukasi tata cara penyampaian LKPM. Bagi yang lupa, dingatkan kembali," urai Jayadi.
Pada tahun 2021, DPM-PTSP Sulsel ditarget mampu menyerap investasi senilai Rp8 miliar. Guna mencapai angka tersebut, pihaknya akan melakukan pemetaan potensi yang bisa menarik investor untuk menanamkan dananya.
"Kita buatkan mapping investasi dengan setiap potensi daerah yang ada di Sulsel. Agar para pengusaha bisa lebih mudah. Misal investasi di sektor peternakan, bagaimana di Seko, Enrekang. Lalu wisata, seperti apa," sebutnya.
Sesuai harapan Gubernur Sulsel, Prof HM Nurdin Abdullah yang ingin menjadikan Sulsel sebagai provinsi ramah investasi, tiga daerah di Sulsel telah selesai dipetakan potensinya. Daerah tersebut adalah Soppeng, Bantaeng, dan Luwu Utara. Pemetaan potensi kabupaten dan kota lainnya juga segera rampung tahun ini.
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM-PTSP) Sulsel Jayadi Nas melalui keterangannya di Makassar, Selasa mengatakan kemudahan berinvestasi yang diberikan oleh Pemprov Sulsel membuat realisasi investasi melebihi target sepanjang tahun 2020.
Tercatat total realisasi investasi tersebut terdiri dari Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp3,399 triliun dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp9,142 triliun. Sementara untuk proyek secara kumulatif periode Januari hingga Desember mencapai 1.981 proyek (PMDN) dan 525 proyek (PMA).
Dari prestasi tersebut, ada lima sektor usaha dengan nilai realisasi terbesar, di antaranya transportasi, gudang dan telekomunikasi Rp4,052 triliun (32 persen), sektor pertambangan Rp2,588 (21 persen), listrik, gas, dan air Rp2,421 triliun (19 persen), konstruksi Rp1,059 triliun (9 persen), dan sektor lainnya Rp2,420 triliun (19 persen).
"Sejumlah pengusaha yang memang sudah menanamkan modalnya di Sulsel menambah kapasitas produksi. Itu membutuhkan sarana dan prasarana sehingga berdampak pada peningkatan investasi yang mengalir," jelas Jayadi Nas.
Negara dengan nilai investasi terbesar yang masuk ke Sulsel yakni Kanada dengan nilai investasi Rp2,196 triliun (65 persen), disusul Tiongkok Rp494 miliar (21 persen), Australia Rp337 miliar (10 persen), Malaysia Rp209 miliar (6 persen), dan negara lainnya Rp163 miliar (5 persen).
Sementara untuk kabupaten dan kota dengan serapan investasi terbesar sepanjang tahun 2020, di antaranya Kota Makassar Rp5,465 triliun (43 persen), Luwu Timur Rp2,268 triliun (18 persen), Tana Toraja Rp499 miliar (4 persen), dan kabupaten/kota lainnya Rp4,309 triliun (22 persen).
"Ada juga sejumlah investor melakukan ekspansi dengan sektor usaha yang sama sehingga menambah realisasi nilai investasi," ujar Jayadi.
Bukan itu saja, capaian ini, kata Jayadi tidak lepas dari peran serta perusahaan skala menengah dan kecil yang semakin sadar dalam menyampaikan laporan kegiatan penanaman modal (LKPM). Hal itu juga sebagai dampak dari upaya DPM-PTSP yang turun langsung melakukan sosialisasi dan edukasi kepada para pengusaha agar menyampaikan LKPM.
"Teman-teman turun ke bawah, ke kabupaten dan kota. Sehingga didapati perusahaan, ada yang tidak ngerti, tidak tahu caranya, ini kita lakukan pendampingan, kami edukasi tata cara penyampaian LKPM. Bagi yang lupa, dingatkan kembali," urai Jayadi.
Pada tahun 2021, DPM-PTSP Sulsel ditarget mampu menyerap investasi senilai Rp8 miliar. Guna mencapai angka tersebut, pihaknya akan melakukan pemetaan potensi yang bisa menarik investor untuk menanamkan dananya.
"Kita buatkan mapping investasi dengan setiap potensi daerah yang ada di Sulsel. Agar para pengusaha bisa lebih mudah. Misal investasi di sektor peternakan, bagaimana di Seko, Enrekang. Lalu wisata, seperti apa," sebutnya.
Sesuai harapan Gubernur Sulsel, Prof HM Nurdin Abdullah yang ingin menjadikan Sulsel sebagai provinsi ramah investasi, tiga daerah di Sulsel telah selesai dipetakan potensinya. Daerah tersebut adalah Soppeng, Bantaeng, dan Luwu Utara. Pemetaan potensi kabupaten dan kota lainnya juga segera rampung tahun ini.