Makassar (ANTARA) - Universitas Hasanuddin mengukuhkan Prof Dr Andi Makbul Aman, SpPD sebagai Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam, melalui Rapat Paripurna Senat Akademik terbatas offline di Ruang Senat Akademik Gedung Rektorat Unhas, Makassar, Rabu
Prof Malbul dalam sambutannya memaparkan tentang “Optimalisasi Pengobatan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2: Tinjauan Aspek Genetik dan Epigenetik”.
Prof Makbul menjelaskan bahwa diabetes melitus merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia) akibat kurangnya sekresi insulin pankreas atau terganggunya kerja insulin di perifer.
Hiperglikemia kronis sebenarnya sangat berbahaya karena dapat menimbulkan berbagai komplikasi.
Ada dua bentuk utama DM, yaitu tipe 1 dan tipe 2. Diabetes mellitus tipe I disebabkan oleh kerusakan besar-besaran pada sel beta pankreas, yang menyebabkan defisiensi insulin absolut. Pengobatannya adalah melalui suntikan insulin untuk mencapai kadar gula darah normal.
Sedangkan diabetes melitus tipe 2 merupakan penyakit metabolik yang paling banyak ditemukan dan berkaitan erat dengan faktor genetik dan epigenetik.
“Penelitian saya fokus pada DM tipe 2, dimana penyakitnya berdasarkan faktor genetik dan lingkungan. Faktor lingkungan DM tipe 2 antara lain obesitas, gaya hidup sedentary , asupan makanan berlebihan, stres dan lainnya,” ujarnya.
“Individu yang orang tuanya mengidap DM tipe 2 akan memiliki risiko 40 persen terkena penyakit yang sama, dan akan meningkat menjadi 70 persen jika kedua orang tuanya mengidap DM tipe 2,” lanjutnya.
Selanjutnya, Prof. Makbul mengatakan upaya pengendalian glukosa darah pada pasien DM tipe 2 adalah melalui perubahan pola hidup sehat seperti pola makan, olahraga teratur, penurunan berat badan dan pengobatan antidiabetes.
“Saat ini tersedia berbagai jenis obat antidiabetes, baik yang diberikan secara oral maupun injeksi dengan mekanisme kerja yang berbeda-beda,” kata Guru Besar kelahiran Bulukumba, 23 Juni 1964 ini.
Faktor risiko utama terjadinya DM tipe 2 tidak hanya didasarkan pada interaksi antara faktor genetik dan lingkungan. Namun, juga bagaimana faktor lingkungan akan mempengaruhi ekspresi gen.
Pemahaman yang lengkap tentang proses epigenetik yang berperan dalam patofisiologi kejadian hiperglikemik pada pasien DM tipe 2 merupakan bagian penting untuk mencegah terjadinya pradiabetes.
Sementara itu, Rektor Unhas Prof Dr Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA mengatakan, Unhas berkomitmen untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, termasuk menambah jumlah guru besar. Prof. Dwia menjelaskan, pada tahun 2021, Unhas menghasilkan 25 guru besar baru.
Hal ini merupakan bentuk komitmen Unhas yang terus memaksimalkan sumber daya manusia yang unggul. Penambahan guru besar juga berdampak pada peningkatan hasil penelitian Unhas. Dengan konsep humaniversity, diharapkan seluruh civitas akademika dapat terus memberikan komitmen dan kontribusi terbaiknya.
“Penambahan guru besar di Fakultas Kedokteran kami harapkan dapat memberikan peran yang optimal. FK Unhas merupakan salah satu fakultas yang terlibat aktif dalam mendukung Unhas sebagai kampus humaniora,” ujarnya.
Prof Malbul dalam sambutannya memaparkan tentang “Optimalisasi Pengobatan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2: Tinjauan Aspek Genetik dan Epigenetik”.
Prof Makbul menjelaskan bahwa diabetes melitus merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia) akibat kurangnya sekresi insulin pankreas atau terganggunya kerja insulin di perifer.
Hiperglikemia kronis sebenarnya sangat berbahaya karena dapat menimbulkan berbagai komplikasi.
Ada dua bentuk utama DM, yaitu tipe 1 dan tipe 2. Diabetes mellitus tipe I disebabkan oleh kerusakan besar-besaran pada sel beta pankreas, yang menyebabkan defisiensi insulin absolut. Pengobatannya adalah melalui suntikan insulin untuk mencapai kadar gula darah normal.
Sedangkan diabetes melitus tipe 2 merupakan penyakit metabolik yang paling banyak ditemukan dan berkaitan erat dengan faktor genetik dan epigenetik.
“Penelitian saya fokus pada DM tipe 2, dimana penyakitnya berdasarkan faktor genetik dan lingkungan. Faktor lingkungan DM tipe 2 antara lain obesitas, gaya hidup sedentary , asupan makanan berlebihan, stres dan lainnya,” ujarnya.
“Individu yang orang tuanya mengidap DM tipe 2 akan memiliki risiko 40 persen terkena penyakit yang sama, dan akan meningkat menjadi 70 persen jika kedua orang tuanya mengidap DM tipe 2,” lanjutnya.
Selanjutnya, Prof. Makbul mengatakan upaya pengendalian glukosa darah pada pasien DM tipe 2 adalah melalui perubahan pola hidup sehat seperti pola makan, olahraga teratur, penurunan berat badan dan pengobatan antidiabetes.
“Saat ini tersedia berbagai jenis obat antidiabetes, baik yang diberikan secara oral maupun injeksi dengan mekanisme kerja yang berbeda-beda,” kata Guru Besar kelahiran Bulukumba, 23 Juni 1964 ini.
Faktor risiko utama terjadinya DM tipe 2 tidak hanya didasarkan pada interaksi antara faktor genetik dan lingkungan. Namun, juga bagaimana faktor lingkungan akan mempengaruhi ekspresi gen.
Pemahaman yang lengkap tentang proses epigenetik yang berperan dalam patofisiologi kejadian hiperglikemik pada pasien DM tipe 2 merupakan bagian penting untuk mencegah terjadinya pradiabetes.
Sementara itu, Rektor Unhas Prof Dr Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA mengatakan, Unhas berkomitmen untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, termasuk menambah jumlah guru besar. Prof. Dwia menjelaskan, pada tahun 2021, Unhas menghasilkan 25 guru besar baru.
Hal ini merupakan bentuk komitmen Unhas yang terus memaksimalkan sumber daya manusia yang unggul. Penambahan guru besar juga berdampak pada peningkatan hasil penelitian Unhas. Dengan konsep humaniversity, diharapkan seluruh civitas akademika dapat terus memberikan komitmen dan kontribusi terbaiknya.
“Penambahan guru besar di Fakultas Kedokteran kami harapkan dapat memberikan peran yang optimal. FK Unhas merupakan salah satu fakultas yang terlibat aktif dalam mendukung Unhas sebagai kampus humaniora,” ujarnya.