Makassar (ANTARA) - Pemerintah Kota Makassar, Sulawesi Selatan, merencanakan kerja sama dengan investor Entomo asal Korea yang berpengalaman mengolah sampah organik menggunakan teknologi maggot atau Black Soldier Fly (BSF).
"Sampah organik itu khusus sampah-sampah makanan dengan menggunakan teknologi tersebut," ujar Wali Kota Makassar, Moh Ramdhan Pomanto usai pertemuan di kediaman pribadi di Jalan Amirullah Kota Makassar, Rabu.
Pria yang akrab disapa Danny Pomanto ini mengatakan, hal ini juga selaras dengan arahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) saat pertemuan membahas pengelolaan sampah belum lama ini di Jakarta.
"Jadi saya akan masukkan ini dalam teknologi pengolahan sampah. Saya bilang sampah itu tidak dibakar, jadi dengan menggunakan teknologi," papar Danny.
Selain itu, Pemkot Makassar bahkan telah menjajaki kerja sama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) dalam hal mengembangkan teknologi Biodigister.
"Kita punya kerja sama dengan ITB, biodigister. Setelah biodigister masuk ke sini. Saya tanya ke mereka bisakah masuk ke sini, ternyata bisa. Sehingga kita bikin skema, seperti arahan KPK kemarin, kita olah semua sampah kita," tuturnya.
Menurut dia, teknologi maggot ini sangat menarik, karena dapat menjadi sebuah industri kosmetik dan Kota Makassar bisa menjadi salah satu daerah percontohan di Indonesia.
"Artinya, ini hal yang baru dan green, jadi pro lingkungan. Saya perintahkan Dinas Lingkungan Hidup untuk merespons ini. Alat sudah dipasang. Jumat saya pergi lihat. Dia memang kasih, karena dianggap kita serius, jadi contoh di sini di Makassar, jadi promosi," ungkapnya.
Danny kemudian mencontohkan sampah makanan di Makassar ada sebesar 53 persen, kalau bicara 1.000 ton per hari, berarti ada 530 ton sampah makanan per harinya.
"Sekarang, skala mesin itu hanya 3 ton per hari. Bayangkan berapa besar kita harus kelola sampah makanan. Orang Makassar itu gemar makan," katanya.
"Tentu penanganan sampah makanan ini berbeda, jadi kita siapkan ember di rumah, terus kita kasih mobil tangki, dikasih masuk, diblender, diambil gasnya, sisa dari gasnya itu dipakai untuk maggot," ujarnya menjelaskan.
"Sampah organik itu khusus sampah-sampah makanan dengan menggunakan teknologi tersebut," ujar Wali Kota Makassar, Moh Ramdhan Pomanto usai pertemuan di kediaman pribadi di Jalan Amirullah Kota Makassar, Rabu.
Pria yang akrab disapa Danny Pomanto ini mengatakan, hal ini juga selaras dengan arahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) saat pertemuan membahas pengelolaan sampah belum lama ini di Jakarta.
"Jadi saya akan masukkan ini dalam teknologi pengolahan sampah. Saya bilang sampah itu tidak dibakar, jadi dengan menggunakan teknologi," papar Danny.
Selain itu, Pemkot Makassar bahkan telah menjajaki kerja sama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) dalam hal mengembangkan teknologi Biodigister.
"Kita punya kerja sama dengan ITB, biodigister. Setelah biodigister masuk ke sini. Saya tanya ke mereka bisakah masuk ke sini, ternyata bisa. Sehingga kita bikin skema, seperti arahan KPK kemarin, kita olah semua sampah kita," tuturnya.
Menurut dia, teknologi maggot ini sangat menarik, karena dapat menjadi sebuah industri kosmetik dan Kota Makassar bisa menjadi salah satu daerah percontohan di Indonesia.
"Artinya, ini hal yang baru dan green, jadi pro lingkungan. Saya perintahkan Dinas Lingkungan Hidup untuk merespons ini. Alat sudah dipasang. Jumat saya pergi lihat. Dia memang kasih, karena dianggap kita serius, jadi contoh di sini di Makassar, jadi promosi," ungkapnya.
Danny kemudian mencontohkan sampah makanan di Makassar ada sebesar 53 persen, kalau bicara 1.000 ton per hari, berarti ada 530 ton sampah makanan per harinya.
"Sekarang, skala mesin itu hanya 3 ton per hari. Bayangkan berapa besar kita harus kelola sampah makanan. Orang Makassar itu gemar makan," katanya.
"Tentu penanganan sampah makanan ini berbeda, jadi kita siapkan ember di rumah, terus kita kasih mobil tangki, dikasih masuk, diblender, diambil gasnya, sisa dari gasnya itu dipakai untuk maggot," ujarnya menjelaskan.