Makassar (ANTARA News) - Pakar Linguistik Universitas Atmajaya, Jakarta Prof Bambang Kaswanti Purwo mengatakan, dari sekitar 700 bahasa daerah di Indonesia sekitar 10 persen sudah punah, karena kehilangan penutur.

"Hilangnya suatu bahasa daerah karena tidak ada lagi yang menuturkan bahasa itu dan tidak ditemukan naskah dan sistem bahasanya," kata Bambang pada seminar karya sastra I La Galigo di Makassar, Jumat.

Dia mengatakan, penyebab hilangnya bahasa daerah yang juga diistilahkan bahasa Ibu itu, karena penuturnya berpindah tempat dan tidak lagi menggunakan bahasa daerahnya di lokasi yang baru.

Sebagai gambaran, warga yang bermukim di pelosok kemudian merantau dan tidak menggunakan bahasa ibunya lagi di tempat perantauan.

Selain itu, lanjut dia, karena sudah minimnya keluarga menggunakan bahasa daerah di lingkungannya, khususnya dalam rumah tangga.

"Tidak heran, jika kini banyak anak-anak yang sudah tidak tahu bahasa daerahnya, karena orang tua mereka tidak pernah menerapkan bahasa daerah di rumah dan hanya menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi," katanya.

Menurut dia, fenomena lainnya yang menyebabkan sebagian bahasa daerah di Indonesia menjadi punah, karena kurangnya ahli bahasa yang mau turun ke pelosok memberikan pembinaan dan pendampingan pembuatan sistem atau tatabahasa.

Dia mengatakan, selama ini pakar bahasa yang tergabung dalam Masyarakat Linguistik Indonesia (MLI) memberikan pendampingan ke komunitas pengguna bahasa di sejumlah daerah.

Namun karena keterbatasan SDM dan dukungan infrastruktur, lanjutnya, masih banyak komunitas pengguna bahasa daerah yang belum terjangkau. (T.S036/B012) 


Pewarta :
Editor :
Copyright © ANTARA 2024