Gowa (ANTARA) - Perusahaan Daerah (Perusda) Holding Company Gowa Mandiri membudidayakan padi secara organik untuk menghasilkan beras yang memiliki kandungan nutrisi, mineral dan glukosa yang tinggi serta karbohidrat dan proteinnya mudah terurai sehingga aman dan sangat baik dikonsumsi penderita diabetes.
Direktur Utama PD Holding Company Gowa Mandiri Rahmansyah di Gowa, Kamis, mengatakan budi daya padi secara organik tentu tidak menggunakan pupuk dan pestisida kimia.
"Kalau padi organik ini menggunakan pupuk yang alami atau tidak mengandung sedikitpun bahan kimia. Berbeda dengan padi konvensional yang menggunakan pupuk mengandung bahan kimia," ujarnya.
Perusda (Holding Company) Gowa Mandiri dibentuk Berdasarkan Peraturan Daerah PERDA Kabupaten Gowa No.3 Tahun 2007 yang bertujuan untuk ikut mendorong pertumbuhan ekonomi kerakyatan di daerah dan menyelenggarakan pelayanan umum, pengembangan kemitraan dengan masyarakat/usaha mikro, menata struktur organisasi dan manajemen, proses dan strategis bisnis, struktur keuangan dan permodalan, Sumber Daya Manusia, menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi.
Rahmansyah mengatakan budi daya padi secara organik dari segi pertimbangan kesehatan juga sangat baik dan ekonomis karena bisa saja petani tidak mengeluarkan uang sedikitpun untuk membeli pupuk tapi bisa diproduksi sendiri.
Selain tidak mengurangi biaya pembelian pupuk petani, dalam budi daya padi organik ini juga akan meningkatkan hasil panen para petani yang ditargetkan setiap panen mampu menghasilkan 6 ton per hektare.
"Perbedaan hasil yang mencolok dari padi organik ini tentu melebihi hasil panen padi konvensional. Jika biasanya panen 3,5 - 4,3 ton per hektare maka dalam budidaya ini kita target 6 ton per hektare," katanya.
Saat ini, kata Rahmansyah, tugas pemerintah akan terus meyakinkan para petani yang ada di Kabupaten Gowa agar bisa beralih ke budi daya secara organik, salah satunya dengan menjadikan percontohan 100 ha yang tersebar di enam desa yang lebih awal melakukan budi daya tersebut.
Menurut dia, tidak ada alasan bagi para petani untuk tidak melakukan penanaman padi secara organik, mengingat akan lebih menghemat ongkos produksi dan sebagai bentuk penyelamatan lingkungan terhadap pupuk-pupuk kimia.
"Jadi sudah ada enam desa termasuk di Desa Julu Pa'mai ini 15 ha, Desa Biringala 2 ha, Desa Panyangkalang 5 hektar, Desa Manjalling 5 ha, Desa Lempangan 50 ha, dan Desa Panakukang 23 ha. Sementara ini yang menjadi percontohan insyaallah dalam waktu 3-4 bulan akan panen," terangnya.
Adapun bahan alami yang dijadikan pupuk cair dan dapat ditemui di sekitar tempat tinggal yaitu sabut kelapa, pepaya hampir busuk, pisang, molase, air rebusan tempe, keong emas, air cucian beras, daun gamal, buah maja, rebung, dan bonggol pisang.
"Jadi semua bahan yang digunakan itu gampang ditemui dan bisa diproduksi sendiri. Bahkan kami juga melibatkan tim ahli dari Kementerian Pertanian untuk menunjang keberhasilan budidaya padi organik ini," ucapnya.
Direktur Utama PD Holding Company Gowa Mandiri Rahmansyah di Gowa, Kamis, mengatakan budi daya padi secara organik tentu tidak menggunakan pupuk dan pestisida kimia.
"Kalau padi organik ini menggunakan pupuk yang alami atau tidak mengandung sedikitpun bahan kimia. Berbeda dengan padi konvensional yang menggunakan pupuk mengandung bahan kimia," ujarnya.
Perusda (Holding Company) Gowa Mandiri dibentuk Berdasarkan Peraturan Daerah PERDA Kabupaten Gowa No.3 Tahun 2007 yang bertujuan untuk ikut mendorong pertumbuhan ekonomi kerakyatan di daerah dan menyelenggarakan pelayanan umum, pengembangan kemitraan dengan masyarakat/usaha mikro, menata struktur organisasi dan manajemen, proses dan strategis bisnis, struktur keuangan dan permodalan, Sumber Daya Manusia, menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi.
Rahmansyah mengatakan budi daya padi secara organik dari segi pertimbangan kesehatan juga sangat baik dan ekonomis karena bisa saja petani tidak mengeluarkan uang sedikitpun untuk membeli pupuk tapi bisa diproduksi sendiri.
Selain tidak mengurangi biaya pembelian pupuk petani, dalam budi daya padi organik ini juga akan meningkatkan hasil panen para petani yang ditargetkan setiap panen mampu menghasilkan 6 ton per hektare.
"Perbedaan hasil yang mencolok dari padi organik ini tentu melebihi hasil panen padi konvensional. Jika biasanya panen 3,5 - 4,3 ton per hektare maka dalam budidaya ini kita target 6 ton per hektare," katanya.
Saat ini, kata Rahmansyah, tugas pemerintah akan terus meyakinkan para petani yang ada di Kabupaten Gowa agar bisa beralih ke budi daya secara organik, salah satunya dengan menjadikan percontohan 100 ha yang tersebar di enam desa yang lebih awal melakukan budi daya tersebut.
Menurut dia, tidak ada alasan bagi para petani untuk tidak melakukan penanaman padi secara organik, mengingat akan lebih menghemat ongkos produksi dan sebagai bentuk penyelamatan lingkungan terhadap pupuk-pupuk kimia.
"Jadi sudah ada enam desa termasuk di Desa Julu Pa'mai ini 15 ha, Desa Biringala 2 ha, Desa Panyangkalang 5 hektar, Desa Manjalling 5 ha, Desa Lempangan 50 ha, dan Desa Panakukang 23 ha. Sementara ini yang menjadi percontohan insyaallah dalam waktu 3-4 bulan akan panen," terangnya.
Adapun bahan alami yang dijadikan pupuk cair dan dapat ditemui di sekitar tempat tinggal yaitu sabut kelapa, pepaya hampir busuk, pisang, molase, air rebusan tempe, keong emas, air cucian beras, daun gamal, buah maja, rebung, dan bonggol pisang.
"Jadi semua bahan yang digunakan itu gampang ditemui dan bisa diproduksi sendiri. Bahkan kami juga melibatkan tim ahli dari Kementerian Pertanian untuk menunjang keberhasilan budidaya padi organik ini," ucapnya.