Kupang (ANTARA News) - Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Nusa Tenggara Timur Kusnadi, menegaskan, akan terus mengkampanyekan pencegahan penularan HIV/AIDS program generasi berencana atau "Goes to School" untuk menjauhkan anak didik dari permasalahan remaja.
Program generasi berencana (Genre) atau "Goes to School" ini dipandang cocok dengan kondisi saat ini yaitu permasalahan seputar seksualitas, HIV AIDS, rendahnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan median usia kawin pertama perempuan yang relatif masih rendah," katanya di Kupang, Kamis.
Ia mengatakan hal tersebut, terkait peran BKKBN dalam mengkampanyekan pencegahan penularan penyakit mematikan itu yang dari hari ke hari semakin mengkhawatirkan bahkan sudah merambah hingga ke ibu rumah tangga dan anak-anak.
Ia menyebut data dari Komisi Penanggulangan Aids Daerah (KPAD) Nusa Tenggara Timur menyebutkan jumlah pengidap HIV/AIDS di NTT berdasarkan jenis kelamin pria triwulan pertama 2012 mencapai 52 persen dari total 1.491 kasus.
"Dari total 1.491 kasus yang diidap korban di NTT 52 persen berjenis kelamin pria dalam tenggat waktu 14 tahun itu, sisanya 48 persen berjenis kelamin perempuan dan saat ini tinggal serta menetap di daerah kepulauan ini," katanya.
Hal ini (kasus HIV/AIDS berdasarkan jenis kelamin) katanya juga tergambar jelas dalam data pengidap berdasarkan jenis pekerjaan, terdapat 298 berprofesi sebagai pekerja swasta, diikuti pengidap yang berprofesi sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) sebanyak 268 orang.
Menyusul katanya pengidap yang berprofesi sebagai petani 193 orang, lalu Tenaga Kerja Indonesia dan Wanita Pekerja Sekskomersial masing-masing sebanyak 134 orang, PNS 89, sopir 74 dan tukang ojek 60 orang.
Selanjutnya mahasiswa dan TNI/Polri masing-masing 45 orang, pekerja yang berprofesi sebagai guru 30 orang dan sisanya buruh, nelayan dan pelaut, masing-masing 15 orang, serta pengidap yang adalah pengangguran atau tidak memili pekerjaan jumlahnya mencapai 75 orang.
Data tersebut menunjukkan bahwa virus yang menular hanya melalui darah dan sentuhan fisik suami-isteri itu, benar-benar telah mengkhawatirkan siapapun, sehingga perlu penanganan yang cepat dan terjadwal dari
Bahkan apabila dipetakan berdsasarkan daerah, maka Kasus HIV/AIDS di NTT cukup besar dan kabupaten yang menduduki urutan pertama adalah Kabupaten Belu dengan kasus HIV sebanyak 336 orang, AIDS 130 orang dan meninggal 88 orang.
Menyusul Kota Kupang dengan kasus HIV sebanyak 176 orang dan AIDS sebanyak 78 orang dan meninggal sebanyak 34 orang.
Selanjutnya Kabupaten Sikka dengan jumlah kasus HIV sebanyak 70 orang dan AIDS sebanyak 133 orang dan dinyatakan meninggal 40 orang.
Sementara Kabupaten Sumba Tengah, Manggarai Timur, Sabu Raijua dan Rote Ndao sejauh ini belum ada kasus, bukan karena tidak ada ODHA, tetapi karena belum ada laporan sama sekali.
Menurut Kusnadi, selain sosialisasi dan program dan pendampingan terhadap pengidap, tindakan lain untuk mencegah virus yang belum ditemuka obatnya ini, membutuhkan kerja sama dengan semua pihak baik lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang HIV/AIDS, instansi terkait.
"Pemerintah akan berupaya semaksimal mungkin untuk memfasilitasi dan memediasi penanganan dan pendampingan dri berbagai pihak, dengan tujuan mencegah pengidap dan mengurangi jumlah pengidap termasuk yang terancam nyawa sekalipun," katanya. (T.pso-084/B012)
Program generasi berencana (Genre) atau "Goes to School" ini dipandang cocok dengan kondisi saat ini yaitu permasalahan seputar seksualitas, HIV AIDS, rendahnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan median usia kawin pertama perempuan yang relatif masih rendah," katanya di Kupang, Kamis.
Ia mengatakan hal tersebut, terkait peran BKKBN dalam mengkampanyekan pencegahan penularan penyakit mematikan itu yang dari hari ke hari semakin mengkhawatirkan bahkan sudah merambah hingga ke ibu rumah tangga dan anak-anak.
Ia menyebut data dari Komisi Penanggulangan Aids Daerah (KPAD) Nusa Tenggara Timur menyebutkan jumlah pengidap HIV/AIDS di NTT berdasarkan jenis kelamin pria triwulan pertama 2012 mencapai 52 persen dari total 1.491 kasus.
"Dari total 1.491 kasus yang diidap korban di NTT 52 persen berjenis kelamin pria dalam tenggat waktu 14 tahun itu, sisanya 48 persen berjenis kelamin perempuan dan saat ini tinggal serta menetap di daerah kepulauan ini," katanya.
Hal ini (kasus HIV/AIDS berdasarkan jenis kelamin) katanya juga tergambar jelas dalam data pengidap berdasarkan jenis pekerjaan, terdapat 298 berprofesi sebagai pekerja swasta, diikuti pengidap yang berprofesi sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) sebanyak 268 orang.
Menyusul katanya pengidap yang berprofesi sebagai petani 193 orang, lalu Tenaga Kerja Indonesia dan Wanita Pekerja Sekskomersial masing-masing sebanyak 134 orang, PNS 89, sopir 74 dan tukang ojek 60 orang.
Selanjutnya mahasiswa dan TNI/Polri masing-masing 45 orang, pekerja yang berprofesi sebagai guru 30 orang dan sisanya buruh, nelayan dan pelaut, masing-masing 15 orang, serta pengidap yang adalah pengangguran atau tidak memili pekerjaan jumlahnya mencapai 75 orang.
Data tersebut menunjukkan bahwa virus yang menular hanya melalui darah dan sentuhan fisik suami-isteri itu, benar-benar telah mengkhawatirkan siapapun, sehingga perlu penanganan yang cepat dan terjadwal dari
Bahkan apabila dipetakan berdsasarkan daerah, maka Kasus HIV/AIDS di NTT cukup besar dan kabupaten yang menduduki urutan pertama adalah Kabupaten Belu dengan kasus HIV sebanyak 336 orang, AIDS 130 orang dan meninggal 88 orang.
Menyusul Kota Kupang dengan kasus HIV sebanyak 176 orang dan AIDS sebanyak 78 orang dan meninggal sebanyak 34 orang.
Selanjutnya Kabupaten Sikka dengan jumlah kasus HIV sebanyak 70 orang dan AIDS sebanyak 133 orang dan dinyatakan meninggal 40 orang.
Sementara Kabupaten Sumba Tengah, Manggarai Timur, Sabu Raijua dan Rote Ndao sejauh ini belum ada kasus, bukan karena tidak ada ODHA, tetapi karena belum ada laporan sama sekali.
Menurut Kusnadi, selain sosialisasi dan program dan pendampingan terhadap pengidap, tindakan lain untuk mencegah virus yang belum ditemuka obatnya ini, membutuhkan kerja sama dengan semua pihak baik lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang HIV/AIDS, instansi terkait.
"Pemerintah akan berupaya semaksimal mungkin untuk memfasilitasi dan memediasi penanganan dan pendampingan dri berbagai pihak, dengan tujuan mencegah pengidap dan mengurangi jumlah pengidap termasuk yang terancam nyawa sekalipun," katanya. (T.pso-084/B012)