Kupang (ANTARA News) - Kinerja perdagangan lintas batas antara Indonesia (NTT)-Timor Leste dan Australia menunjukkan tren positif, terutama untuk komoditas hasil peternakan, hasil kelautan dan perikanan hasil pertanian dan perkebunan serta industri garam.

Hal itu nampak dari Nusa Tenggara Timur merupakan provinsi yang berpotensi untuk pengembangan ternak dan peternakan merupakan salah satu sektor dominan dalam kehidupan masyarakat di daerah itu, kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Nusa Tenggara Timur Frederik JW Tielman, di Kupang, Rabu.

Ia mengatakan hal itu pada konsultasi publik perkembangan kerja sama bilateral Indonesia dengan negara mitra dagang (Timor Leste dan Australia) yang diselenggarakan Kementerian Perdagangan Indonesia di Kupang.
Ia menyebutkan, empat sektor yang potensial untuk dikembangkan dalam perdagangan itu seperti peternakan, hasil kelautan dan perikanan hasil pertanian dan perkebunan serta industri garam.

"Produksi ternak di NTT mulai 2005-2010 terus mengalami peningkatan walaupun pada percepatan rendah. Produksi ternak pada 2010 meningkat 3,96 persen dibanding tahun sebelumnya," katanya.

Peningkatan yang sangat besar terjadi pada jenis ternak sapi yaitu sebesar 2,49 persen dan ternak babi sebesar 2,07 persen dibanding tahun sebelumnya.

Namun, perkembangan populasi ternak khususnya ternak besar sebagai sektor unggulan selama lima tahun terakhir ini dapat dikatakan belum optimal karena makin terbatasnya lahan atau padang rumput dan sumber air minum.

Sementara pola pemeliharaan dominan non intensif, permintaan/pengeluaran melampaui ketersediaan, pemotongan ternak produktif tinggi dan penyakit strategis makin bertambah.

Kawasan pengembangan sapi sesuai dengan lingkungan fisik dan budaya, diprioritaskan pada wlayah-wilayah daratan Timor, dan Sumba, dan secara parsial juga dikembangkan didaerah lainnya di NTT.

"Kegiatan perikanan terdiri atas perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Potensi sumberdaya perikanan Provinsi Nusa Tenggara Timur meliputi seluruh perairan laut yang mencapai luas sekitar 200.000 km di luar Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) dan mempunyai potensi komoditi lestari ikan yang cukup besar," katanya.

Berdasarkan data Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Nusa Tenggara Timur, pemanfaatannya baru mencapai 35,42 persen sehingga masih ada potensi dan peluang untuk penangkapan dan budidaya sumberdaya kelautan.
Jenis komoditas perikanan yang diekspor ke Timor Leste antara lain udang beku, Cumi, ikan teri kering, bandeng, kerapu dan tuna.

Sedangkan komoditi perikanan yang diekspor ke Australia yakni udang jenis Scamphy dan Crayfish.

"Mencermati potensi tersebut, kita berharap pelaku usaha terus bersinergi dengan pemerintah, berusaha menyusun sebuah konsep rencana pengembangan wilayah terpadu yang berorientasi pada pemberdayaan potensi daerah khususnya di wilayah perbatasan," katanya.

Dengan demikian, menurut dia, akan bermuara pada peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di kawasan perbatasan. (T.pso-084/S004) 


Pewarta :
Editor :
Copyright © ANTARA 2024