Makassar (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Luwu Timur (Lutim), Sulawesi Selatan mendata sebanyak 14.756 ekor babi mati secara tiba-tiba karena serangan virus African Swine Fever (ASF) selama beberapa hari.
Dokter hewan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Luwu Timur, I Gusti Ngurah melalui keterangannya diterima di Makassar, Senin, mengatakan kematian belasan ribu ternak babi warga karena serangan virus.
"Awal masuknya virus ASF di Luwu Timur terjadi sejak awal bulan April 2023 lalu melalui daging babi yang dikirim dari luar Luwu Timur kemudian menyebar ke seluruh kecamatan yang mengakibatkan banyak babi yang mati," ujarnya.
Drh I Gusti Ngurah menjelaskan virus African Swine Fever (ASF) yang diterbitkan oleh Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Tahun 2020, ASF adalah Penyakit yang disebabkan oleh virus Genus Asfivirus Family.
Virus itu menyerang ternak babi dan babi liar di semua umur yang menyebabkan babi sakit dengan tingkat fatalitas 100 persen. Virus ASF Bukan zoonosis namun bisa menyebabkan kerugian ekonomi yang sangat besar karena belum ada vaksin dan obat untuk ASF.
"Untuk daya tahan, virus ASF dalam beberapa material tanpa perlakuan apapun bisa bertahan antara lain; urin sampai dengan 15 hari, feses sampai dengan 160 hari, daging babi olahan yang disimpan pada suhu ruang sampai dengan 105 – 300 hari, dan daging babi beku sampai dengan 1000 hari," katanya menjelaskan.
Ia pun menyebutkan jika data yang diperbarui hingga tanggal 13 Mei 2023, jumlah ternak babi yang mati di Luwu Timur sebanyak 14.756 dari total populasi Babi sebanyak 32.072 ekor.
Tingkat kematian babi di Lutim mengalami peningkatan yang cukup signifikan dalam dua hari terakhir atau sejak 12-13 Mei 2023.
Data kematian babi di Kecamatan Tomoni Timur data 12 Mei 2023 jumlah babi yang mati sebanyak 8.081 ekor dari jumlah populasi babi sebanyak 12.054 ekor.
Kondisi yang sama juga terjadi di Kecamatan Kalaena dengan jumlah kematian 17 ekor, di kecamatan Mangkutana dari populasi babi sebanyak 3.709 ekor yang mati mencapai 1.558 ekor.
Angka kematian ini diperkirakan akan terus bertambah seiring dengan makin luasnya cakupan virus ASF ini yang hampir merata di seluruh wilayah Lutim.
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Luwu Timur, Bidang Peternakan juga masih terus memperbaharui data setiap hari terkait kondisi terakhir jumlah babi yang mati untuk dilaporkan ke tingkat provinsi maupun kementerian guna mendapatkan respon untuk penanganan termasuk pengadaan disinfektan.
Dokter hewan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Luwu Timur, I Gusti Ngurah melalui keterangannya diterima di Makassar, Senin, mengatakan kematian belasan ribu ternak babi warga karena serangan virus.
"Awal masuknya virus ASF di Luwu Timur terjadi sejak awal bulan April 2023 lalu melalui daging babi yang dikirim dari luar Luwu Timur kemudian menyebar ke seluruh kecamatan yang mengakibatkan banyak babi yang mati," ujarnya.
Drh I Gusti Ngurah menjelaskan virus African Swine Fever (ASF) yang diterbitkan oleh Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Tahun 2020, ASF adalah Penyakit yang disebabkan oleh virus Genus Asfivirus Family.
Virus itu menyerang ternak babi dan babi liar di semua umur yang menyebabkan babi sakit dengan tingkat fatalitas 100 persen. Virus ASF Bukan zoonosis namun bisa menyebabkan kerugian ekonomi yang sangat besar karena belum ada vaksin dan obat untuk ASF.
"Untuk daya tahan, virus ASF dalam beberapa material tanpa perlakuan apapun bisa bertahan antara lain; urin sampai dengan 15 hari, feses sampai dengan 160 hari, daging babi olahan yang disimpan pada suhu ruang sampai dengan 105 – 300 hari, dan daging babi beku sampai dengan 1000 hari," katanya menjelaskan.
Ia pun menyebutkan jika data yang diperbarui hingga tanggal 13 Mei 2023, jumlah ternak babi yang mati di Luwu Timur sebanyak 14.756 dari total populasi Babi sebanyak 32.072 ekor.
Tingkat kematian babi di Lutim mengalami peningkatan yang cukup signifikan dalam dua hari terakhir atau sejak 12-13 Mei 2023.
Data kematian babi di Kecamatan Tomoni Timur data 12 Mei 2023 jumlah babi yang mati sebanyak 8.081 ekor dari jumlah populasi babi sebanyak 12.054 ekor.
Kondisi yang sama juga terjadi di Kecamatan Kalaena dengan jumlah kematian 17 ekor, di kecamatan Mangkutana dari populasi babi sebanyak 3.709 ekor yang mati mencapai 1.558 ekor.
Angka kematian ini diperkirakan akan terus bertambah seiring dengan makin luasnya cakupan virus ASF ini yang hampir merata di seluruh wilayah Lutim.
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Luwu Timur, Bidang Peternakan juga masih terus memperbaharui data setiap hari terkait kondisi terakhir jumlah babi yang mati untuk dilaporkan ke tingkat provinsi maupun kementerian guna mendapatkan respon untuk penanganan termasuk pengadaan disinfektan.