Makassar (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan terus berjibaku menuju predikat zero kusta atau tanpa kasus penyakit kusta dengan berbagai program yang telah dicanangkan pemerintah setempat.
Pejabat Dinas Kesehatan Bulukumba, Ahmad melalui keterangannya di Makassar, Rabu menyebutkan ide inovatif "Bereskan Sotta" telah dicanangkan Pemkab Bulukumba untuk mengurangi stigma buruk terhadap kusta dan mencapai Bulukumba Zero Kusta 2030.
"Penyakit kusta bukan hanya isu kesehatan, tetapi juga memiliki dampak sosial, ekonomi, budaya, dan pendidikan, sehingga harus segera diperangi," kata dia.
Pada 2022 terdapat 63 kasus kusta yang diidentifikasi dan diobati, 10 persen di antaranya adalah anak-anak. Ini menunjukkan tingkat penularan yang masih tinggi di masyarakat.
Sementara hingga Juni 2023, telah teridentifikasi 24 kasus dengan prevalensi 1,7/10.000 penduduk. Dengan demikian, Kabupaten Bulukumba masih menjadi salah satu dari tujuh kabupaten di Sulawesi Selatan yang melaporkan prevalensi di atas target nasional <1/10.000 penduduk.
Sebelumnya, sejumlah kegiatan telah dilakukan, termasuk pertemuan persiapan daring, pendataan sasaran oleh Tim Puskesmas dengan melibatkan kelompok potensial desa, bimbingan teknis cluster, sosialisasi lintas sektor yang dihadiri oleh berbagai pihak termasuk kepala OPD, ketua TP PKK Kabupaten Bulukumba, camat, ormas, dan media di
Meskipun telah dilakukan berbagai upaya penanganan, kasus kusta masih belum berhasil ditekan.
Pemerintah, melalui Kementerian Kesehatan, mengembangkan strategi pemberian kemoprofilaksis dengan rifampisin satu dosis, didukung oleh WHO atau Badan Kesehatan Dunia melalui dana dari Kementerian Kesehatan.
Tujuannya adalah mengurangi risiko kusta aktif pada orang yang kontak dengan penderita, termasuk kontak serumah, tetangga, dan sosial.
Tim Kemoprofilaksis yang terdiri dari Tim Kemenkes dan Tim Provinsi Sulsel telah mengunjungi berbagai lokasi pelaksanaan pemberian kemoprofilaksis.
Tim ini berharap adanya dukungan kebijakan dan anggaran untuk kelanjutan program pencegahan. Kendati dukungan dari WHO adalah stimulan, tetapi dinilai tetap perlu penguatan kebijakan dan anggaran di tingkat daerah agar program ini berkelanjutan dalam jangka panjang.
"Kami berharap agar semua pihak, termasuk lintas program di Dinas Kesehatan, lintas sektor terkait, ormas, dan masyarakat, dapat mendukung penuh upaya ini untuk mencapai Bulukumba Zero Kusta," tambah Sekretaris Dinas Kesehatan dr Muh Amrullah.
dr Amrullah berkomitmen untuk mengawal penyusunan RUK puskesmas guna memastikan kegiatan pengobatan pencegahan kusta terakomodir dalam rencana tersebut dengan memaksimalkan dana BOK dan ADD.
"Tim itu melakukan pendampingan dan pemantauan selama dua hari di Desa Anrang dan Desa Salassae," ujar dia.
Pejabat Dinas Kesehatan Bulukumba, Ahmad melalui keterangannya di Makassar, Rabu menyebutkan ide inovatif "Bereskan Sotta" telah dicanangkan Pemkab Bulukumba untuk mengurangi stigma buruk terhadap kusta dan mencapai Bulukumba Zero Kusta 2030.
"Penyakit kusta bukan hanya isu kesehatan, tetapi juga memiliki dampak sosial, ekonomi, budaya, dan pendidikan, sehingga harus segera diperangi," kata dia.
Pada 2022 terdapat 63 kasus kusta yang diidentifikasi dan diobati, 10 persen di antaranya adalah anak-anak. Ini menunjukkan tingkat penularan yang masih tinggi di masyarakat.
Sementara hingga Juni 2023, telah teridentifikasi 24 kasus dengan prevalensi 1,7/10.000 penduduk. Dengan demikian, Kabupaten Bulukumba masih menjadi salah satu dari tujuh kabupaten di Sulawesi Selatan yang melaporkan prevalensi di atas target nasional <1/10.000 penduduk.
Sebelumnya, sejumlah kegiatan telah dilakukan, termasuk pertemuan persiapan daring, pendataan sasaran oleh Tim Puskesmas dengan melibatkan kelompok potensial desa, bimbingan teknis cluster, sosialisasi lintas sektor yang dihadiri oleh berbagai pihak termasuk kepala OPD, ketua TP PKK Kabupaten Bulukumba, camat, ormas, dan media di
Meskipun telah dilakukan berbagai upaya penanganan, kasus kusta masih belum berhasil ditekan.
Pemerintah, melalui Kementerian Kesehatan, mengembangkan strategi pemberian kemoprofilaksis dengan rifampisin satu dosis, didukung oleh WHO atau Badan Kesehatan Dunia melalui dana dari Kementerian Kesehatan.
Tujuannya adalah mengurangi risiko kusta aktif pada orang yang kontak dengan penderita, termasuk kontak serumah, tetangga, dan sosial.
Tim Kemoprofilaksis yang terdiri dari Tim Kemenkes dan Tim Provinsi Sulsel telah mengunjungi berbagai lokasi pelaksanaan pemberian kemoprofilaksis.
Tim ini berharap adanya dukungan kebijakan dan anggaran untuk kelanjutan program pencegahan. Kendati dukungan dari WHO adalah stimulan, tetapi dinilai tetap perlu penguatan kebijakan dan anggaran di tingkat daerah agar program ini berkelanjutan dalam jangka panjang.
"Kami berharap agar semua pihak, termasuk lintas program di Dinas Kesehatan, lintas sektor terkait, ormas, dan masyarakat, dapat mendukung penuh upaya ini untuk mencapai Bulukumba Zero Kusta," tambah Sekretaris Dinas Kesehatan dr Muh Amrullah.
dr Amrullah berkomitmen untuk mengawal penyusunan RUK puskesmas guna memastikan kegiatan pengobatan pencegahan kusta terakomodir dalam rencana tersebut dengan memaksimalkan dana BOK dan ADD.
"Tim itu melakukan pendampingan dan pemantauan selama dua hari di Desa Anrang dan Desa Salassae," ujar dia.