Jakarta (ANTARA) - Presiden RI Joko Widodo menyatakan krisis pangan dunia yang terjadi akibat kondisi geopolitik dapat menjadi peluang bagi Indonesia untuk membuat lumbung pangan.
Menurut Presiden Jokowi, tantangan krisis pangan dunia menuntut warga Indonesia, termasuk Insitut Pertanian Bogor (IPB), untuk melakukan inovasi besar-besaran dalam menangani permasalahan tersebut.
"Dengan tantangan-tantangan yang ada tadi, kita perlu inovasi besar-besaran yang bisa menjadi terobosan, yang bisa menjadi langkah besar kita ke depan itu seperti apa. Untuk menjadikan permasalahan pangan dunia sebagai peluang Indonesia menjadi lumbung pangan," kata Presiden Jokowi saat menyampaikan orasi dalam Sidang Terbuka Institut Pertanian Bogor (IPB) dalam rangka Dies Natalis ke-60 di Kampus IPB Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat.
Presiden menjelaskan bahwa lumbung pangan dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan nelayan kita, selain untuk mengatasi krisis pangan dunia yang terjadi.
Kepala Negara menilai butuh inovasi yang di luar nalar dan luar biasa dalam membangun ekosistem pangan. Presiden pun menyerahkan inovasi untuk ketahanan pangan itu ke kampus IPB.
Saat ini, rata-rata produktivitas padi nasional mencapai 5,9 ton per hektare. Presiden Jokowi mengharapkan inovasi yang dikembangkan IPB dapat meningkatkan produktivitas padi menjadi 10-12 ton per hektare.
"Menurut saya belum bisa dibilang inovasi jika belum kita ini rada-rada gila gitu. Belum bisa. Dibilang inovasi jika kita belum dibilang 'out of mind'. Belum bisa dibilang inovasi jika belum dibilang tidak mungkin. Karena inovasi semestinya memang bukan hal yang biasa-biasa saja," katanya.
Oleh sebab itu, Presiden menyambut baik perluasan disiplin ilmu dari IPB untuk mengembangkan ekosistem pangan, serta intervensi teknologi canggih, bahkan kecerdasan buatan hingga sistem robotik.
Dalam kesempatan yang sama, Rektor IPB Prof. Arif Satria mengatakan IPB menetapkan lima agenda besar, antara lain memimpin inovasi pangan dan transformasi ekonomi Indonesia melalui industrialisasi agro maritim 4.0, meningkatkan peran "trendsetter" dari "national leader" menjadi "global south leader" di bidang agro maritim yang inklusif dan berkelanjutan.
Menurut Presiden Jokowi, tantangan krisis pangan dunia menuntut warga Indonesia, termasuk Insitut Pertanian Bogor (IPB), untuk melakukan inovasi besar-besaran dalam menangani permasalahan tersebut.
"Dengan tantangan-tantangan yang ada tadi, kita perlu inovasi besar-besaran yang bisa menjadi terobosan, yang bisa menjadi langkah besar kita ke depan itu seperti apa. Untuk menjadikan permasalahan pangan dunia sebagai peluang Indonesia menjadi lumbung pangan," kata Presiden Jokowi saat menyampaikan orasi dalam Sidang Terbuka Institut Pertanian Bogor (IPB) dalam rangka Dies Natalis ke-60 di Kampus IPB Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat.
Presiden menjelaskan bahwa lumbung pangan dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan nelayan kita, selain untuk mengatasi krisis pangan dunia yang terjadi.
Kepala Negara menilai butuh inovasi yang di luar nalar dan luar biasa dalam membangun ekosistem pangan. Presiden pun menyerahkan inovasi untuk ketahanan pangan itu ke kampus IPB.
Saat ini, rata-rata produktivitas padi nasional mencapai 5,9 ton per hektare. Presiden Jokowi mengharapkan inovasi yang dikembangkan IPB dapat meningkatkan produktivitas padi menjadi 10-12 ton per hektare.
"Menurut saya belum bisa dibilang inovasi jika belum kita ini rada-rada gila gitu. Belum bisa. Dibilang inovasi jika kita belum dibilang 'out of mind'. Belum bisa dibilang inovasi jika belum dibilang tidak mungkin. Karena inovasi semestinya memang bukan hal yang biasa-biasa saja," katanya.
Oleh sebab itu, Presiden menyambut baik perluasan disiplin ilmu dari IPB untuk mengembangkan ekosistem pangan, serta intervensi teknologi canggih, bahkan kecerdasan buatan hingga sistem robotik.
Dalam kesempatan yang sama, Rektor IPB Prof. Arif Satria mengatakan IPB menetapkan lima agenda besar, antara lain memimpin inovasi pangan dan transformasi ekonomi Indonesia melalui industrialisasi agro maritim 4.0, meningkatkan peran "trendsetter" dari "national leader" menjadi "global south leader" di bidang agro maritim yang inklusif dan berkelanjutan.