Jakarta (ANTARA) - Wakil Presiden (Wapres) ke-10 dan ke-12 RI Jusuf Kalla menyebut perubahan iklim telah berdampak pada segala aspek lini kehidupan, mulai bencana alam yang makin masif hingga mempengaruhi kondisi sosial ekonomi masyarakat.
"Hari ini bukan lagi membahas apa itu perubahan iklim, tapi apa tindakan kita semua," ujar Jusuf Kalla saat menghadiri Konferensi Agama dan Perubahan Iklim di Jakarta, Rabu.
Kalla menyoroti berbagai anomali yang terjadi akhir-akhir ini. Sejumlah wilayah di Indonesia mengalami cuaca panas yang suhunya bahkan ada yang mencapai 36 derajat Celsius. Suhu tersebut jarang terjadi di Indonesia.
Kemudian banjir yang kini tak hanya terjadi di negara-negara tropis. Negara-negara di benua Amerika dan Eropa pun mulai kerap mengalami hal serupa. Pun demikian dengan kebakaran hutan yang juga terjadi di berbagai belahan dunia.
"Akibatnya ialah kehidupan terpengaruh, makanan berkurang, produksi beras di Asia berkurang, sehingga banyak orang harus menghemat," kata Jusuf Kalla.
Maka dari itu, kata dia, Konferensi Agama dan Perubahan Iklim yang diinisiasi Majelis Hukama Muslim menjadi penting dalam upaya mencari solusi-solusi untuk menekan kerusakan lingkungan dalam perspektif agama. Menurutnya, rekomendasi yang dihasilkan harus menjadi panduan.
"Tidak ada agama yang mengajarkan merusak alam, semuanya begitu juga. Karena itu tindakan yang perlu adalah mengatasi hal yang rusak itu, memperbaikinya, dan juga untuk mengurangi cara kita merusak alam," kata Jusuf Kalla.
Sementara itu pendiri sekaligus anggota Majelis Hukama Muslim (MHM) Quraish Shihab mengatakan kemajuan ilmu pengetahuan melahirkan kemudahan dan kenyamanan bagi umat manusia.
Tetapi di saat yang bersamaan, kata dia, tidak jarang mengakibatkan bencana bagi manusia dan lingkungannya. Eksploitasi besar-besaran tanpa memperhatikan lingkungan hidup membuat dunia diambang krisis.
"Manusia dewasa ini hampir-hampir mirip dengan kupu-kupu yang terbakar karena kepandaiannya terbang," kata Quraish Shihab.
Ia mengatakan Majelis Hukama mengajak umat manusia untuk memadukan antara ilmu dan hikmah, akal dan kalbu, rasa dan rasio, demi kehidupan di dunia dan akhirat.
Menurutnya, ilmu menciptakan alat-alat produksi dan akselerasi, sedangkan iman menetapkan arah yang harus dituju. Ilmu menyesuaikan manusia dengan lingkungan, tetapi iman dan cinta menyesuaikan dengan jati diri.
"Salah satu penyebab problema dan aneka krisis yang dialami oleh umat manusia dewasa ini adalah akibat pemisahan keduanya," kata Quraish Shihab.
"Hari ini bukan lagi membahas apa itu perubahan iklim, tapi apa tindakan kita semua," ujar Jusuf Kalla saat menghadiri Konferensi Agama dan Perubahan Iklim di Jakarta, Rabu.
Kalla menyoroti berbagai anomali yang terjadi akhir-akhir ini. Sejumlah wilayah di Indonesia mengalami cuaca panas yang suhunya bahkan ada yang mencapai 36 derajat Celsius. Suhu tersebut jarang terjadi di Indonesia.
Kemudian banjir yang kini tak hanya terjadi di negara-negara tropis. Negara-negara di benua Amerika dan Eropa pun mulai kerap mengalami hal serupa. Pun demikian dengan kebakaran hutan yang juga terjadi di berbagai belahan dunia.
"Akibatnya ialah kehidupan terpengaruh, makanan berkurang, produksi beras di Asia berkurang, sehingga banyak orang harus menghemat," kata Jusuf Kalla.
Maka dari itu, kata dia, Konferensi Agama dan Perubahan Iklim yang diinisiasi Majelis Hukama Muslim menjadi penting dalam upaya mencari solusi-solusi untuk menekan kerusakan lingkungan dalam perspektif agama. Menurutnya, rekomendasi yang dihasilkan harus menjadi panduan.
"Tidak ada agama yang mengajarkan merusak alam, semuanya begitu juga. Karena itu tindakan yang perlu adalah mengatasi hal yang rusak itu, memperbaikinya, dan juga untuk mengurangi cara kita merusak alam," kata Jusuf Kalla.
Sementara itu pendiri sekaligus anggota Majelis Hukama Muslim (MHM) Quraish Shihab mengatakan kemajuan ilmu pengetahuan melahirkan kemudahan dan kenyamanan bagi umat manusia.
Tetapi di saat yang bersamaan, kata dia, tidak jarang mengakibatkan bencana bagi manusia dan lingkungannya. Eksploitasi besar-besaran tanpa memperhatikan lingkungan hidup membuat dunia diambang krisis.
"Manusia dewasa ini hampir-hampir mirip dengan kupu-kupu yang terbakar karena kepandaiannya terbang," kata Quraish Shihab.
Ia mengatakan Majelis Hukama mengajak umat manusia untuk memadukan antara ilmu dan hikmah, akal dan kalbu, rasa dan rasio, demi kehidupan di dunia dan akhirat.
Menurutnya, ilmu menciptakan alat-alat produksi dan akselerasi, sedangkan iman menetapkan arah yang harus dituju. Ilmu menyesuaikan manusia dengan lingkungan, tetapi iman dan cinta menyesuaikan dengan jati diri.
"Salah satu penyebab problema dan aneka krisis yang dialami oleh umat manusia dewasa ini adalah akibat pemisahan keduanya," kata Quraish Shihab.