Makassar (ANTARA) - Manajemen PT PLN Unit Induk Distribusi (UID) Sulawesi Selatan Tenggara dan Barat (Sulselrabar) mendukung pengentasan kemiskinan melalui program Electrifying Agriculture (EA)

"Program EA juga menjadi bagian dari langkah strategis perseroan dalam upaya mendukung pengentasan kemiskinan melalui sektor ketenagalistrikan," kata General Manager PLN UID Sulselrabar Moch Andy Adchaminoerdin dalam rilis yang diterima di Makassar, Selasa.

Program electrifying agriculture merupakan salah satu inovasi PLN dengan pemanfaatan energi listrik di bidang agrikultur seperti pertanian, perikanan, perkebunan serta peternakan yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi operasional.

Andy Adchaminoerdin menjelaskan melalui program EA, PLN berkomitmen mendukung pelaku usaha di sektor agrikultur untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi operasional yang meningkatkan keuntungan. 

Melalui program EA,  PLN dalam mengajak para pelaku di sektor agrikultur untuk beralih menggunakan alat-alat dan mesin produksi berbasis listrik sehingga lebih maju, efisien dan ramah lingkungan.

PLN juga berupaya menciptakan Creating Shared Value (CSV) bagi masyarakat dan lingkungan sekitar lewat berbagai inovasi teknologi kelistrikan. 

"Kami optimistis kualitas dan kuantitas produktivitas para petani dapat meningkat, maju dan modern,” ujar Andy.

Andy mencatat, hingga akhir tahun 2023, jumlah pelanggan Program EA di Sulselrabar telah mencapai 3.340 dengan total daya tersambung sebesar 186.138 kVA.

Salah satu peternak ayam kandang tertutup di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan bernama Mustakim berhasil menghemat hingga puluhan juta dengan menggunakan listrik PLN melalui Program EA.

Mustakim mengaku menggunakan listrik PLN sejak 2022 dan hasilnya lebih efisien dibandingkan menggunakan genset yang selama ini digunakannya.

"Jika harus menggunakan genset, kami membutuhkan rata-rata 3.600 liter solar atau setara sekitar Rp32 juta per bulannya," ungkapnya.

Jika tidak menggunakan listrik, Mustakim hanya perlu mengeluarkan biaya sekitar Rp7 juta per bulannya untuk operasional peternakan kandang tertutupnya. 

Setelah menggunakan listrik, Mustakim bahkan dapat mengoptimalkan produksi yang tadinya panen membutuhkan waktu 28 hari, kini hanya membutuhkan waktu 22 hari. 

"Dari sisi efektifitas waktu lebih singkat dan omzet kami pun otomatis meningkat," ujarnya.

Maka pelanggan industri peternakan ayam yang telah menggunakan listrik PLN sejak 2022 tersebut kembali melakukan pasang baru listrik PLN sehingga total daya terpasang sebesar 210,5 kilo VoltAmpere (kVA).

Dia mengungkapkan, kunci keberhasilan dalam mengelola peternakan ayam adalah menjaga suhu tubuh ayam dengan menjaga suhu kandang menggunakan peralatan elektronik seperti kipas blower, penghangat ruangan dan lampu. Ini bertujuan meningkatkan performa produksi ayam telur maupun pertumbuhan ayam daging.

Pewarta : Nur Suhra Wardyah
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024