Makassar (ANTARA) - Kepala Dinas Pariwisata Kota Makassar Muhammad Roem mengatakan wisata Meeting, Convention, and Exhibition (MICE) mendorong peningkatan okupansi hotel di suatu daerah.
"Wisata MICE menjadi salah satu pendorong tingkat okupansi hotel di Makassar dan sekitarnya," kata Kadis Pariwisata Makassar Muhammad Roem di Makassar, Senin (26/2).
Ketika pembatasan sosial diberlakukan karena pandemi COVID-19 pada tahun 2020/2021, kata dia, tingkat okupansi hotel di bawah 50 persen, bahkan 30 persen dari sekitar 15.000 kamar hotel di Ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan.
Namun, saat pemberlakuan masa pemulihan hingga pascapandemi, lanjut dia, tingkat okupansi hotel di kota ini sudah merangkak naik di atas 50 persen, bahkan 70 persen pada saat ada kegiatan nasional dan internasional.
Hal itu dibenarkan Sales Manager Ibis Makassar City Center Azima Shallymar.
Menurut dia, momen-momen tertentu menjadi kesempatan bagi pihak hotel untuk mendapatkan tingkat okupansi sekitar 60—70 persen.
Sebagai gambaran, untuk menghadapi momen bulan puasa tahun ini, pihaknya sudah menyiapkan momen spesial yang bernama Lorong Ramadan.
Melalui program tersebut, lanjut dia, bukan sekadar menyedot pengujung untuk berbuka puasa bersama, melainkan ada momen yang berbeda dengan buka puasa pada umumnya.
"Kami menyediakan foto booth dengan nuansa religi selain menyiapkan 50 menu dari enam daerah di Indonesia, di antaranya masakan khas Makassar, Padang, dan Jawa akan menjadi memori indah bagi pengujung," katanya.
Dari segi harga, menurut dia, masih relatif cukup terjangkau dengan harga Rp110 ribu per pax. Untuk reservasi 10 orang, akan mendapatkan bonus satu orang.
Dengan demikian, selain Lorong Ramadan bagi penghuni hotel juga terbuka untuk umum.
Sales Manager Hotel Ibis Makassar City Center Azima Shallymar. ANTARA/Suriani Mappong
"Wisata MICE menjadi salah satu pendorong tingkat okupansi hotel di Makassar dan sekitarnya," kata Kadis Pariwisata Makassar Muhammad Roem di Makassar, Senin (26/2).
Ketika pembatasan sosial diberlakukan karena pandemi COVID-19 pada tahun 2020/2021, kata dia, tingkat okupansi hotel di bawah 50 persen, bahkan 30 persen dari sekitar 15.000 kamar hotel di Ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan.
Namun, saat pemberlakuan masa pemulihan hingga pascapandemi, lanjut dia, tingkat okupansi hotel di kota ini sudah merangkak naik di atas 50 persen, bahkan 70 persen pada saat ada kegiatan nasional dan internasional.
Hal itu dibenarkan Sales Manager Ibis Makassar City Center Azima Shallymar.
Menurut dia, momen-momen tertentu menjadi kesempatan bagi pihak hotel untuk mendapatkan tingkat okupansi sekitar 60—70 persen.
Sebagai gambaran, untuk menghadapi momen bulan puasa tahun ini, pihaknya sudah menyiapkan momen spesial yang bernama Lorong Ramadan.
Melalui program tersebut, lanjut dia, bukan sekadar menyedot pengujung untuk berbuka puasa bersama, melainkan ada momen yang berbeda dengan buka puasa pada umumnya.
"Kami menyediakan foto booth dengan nuansa religi selain menyiapkan 50 menu dari enam daerah di Indonesia, di antaranya masakan khas Makassar, Padang, dan Jawa akan menjadi memori indah bagi pengujung," katanya.
Dari segi harga, menurut dia, masih relatif cukup terjangkau dengan harga Rp110 ribu per pax. Untuk reservasi 10 orang, akan mendapatkan bonus satu orang.
Dengan demikian, selain Lorong Ramadan bagi penghuni hotel juga terbuka untuk umum.