Makassar (ANTARA) - Dinas Ketahanan Pangan (Ketapang) Kota Makassar terus berupaya mendorong kemandirian pangan Lorong Wisata (Longwis) melalui pengembangan Kelompok Wanita Tani (KWT).
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Makassar Alamsyah di Makassar, Rabu, mengatakan, saat ini jumlah Lorong Wisata di Makassar mencapai 2.612, dengan 1.323 KWT yang aktif beroperasi dalam tiga tahun terakhir.
"Kita punya potensi mendukung program pemerintah dengan mendorong kemandirian pangan melalui kelompok wanita tani," ujarnya.
Alamsyah mengatakan dalam upaya pengambangan KWT, Dinas Ketahanan Pangan Makassar memberikan intervensi melalui penyediaan sarana dan prasarana budidaya tanam.
"Bantuan yang diberikan mencakup benih, bibit, hidroponik, media tanam, polibag, serta berbagai jenis bibit lainnya untuk mendorong pertumbuhan produktivitas di lorong-lorong wisata," katanya.
Dia menyebut sejumlah lorong wisata telah berhasil dalam kemandirian pangan, misalnya Lorong Wisata Haderslev yang berhasil menjual hasil komoditas tanamnya di beberapa gerai ritel.
"Pada tanaman hidroponik yang dikelola mereka seperti sayur Pakcoy dan Selada. Komoditas ini pun bukan hanya dijual dalam bentuk sayur-mayur, tetapi juga dikelola menjadi produk kuliner yang bisa memiliki nilai jual dan keuntungan yang cukup tinggi," tambahnya.
Menurut Alamsyah, lorong wisata juga berkontribusi dalam menciptakan perekatan sosial dalam upaya mitigasi sosial.
Ia mencontohkan kegiatan bersama seperti berkebun dan penghijauan di halaman rumah menjadi sarana untuk memperkuat hubungan antar tetangga dan masyarakat sekitar.
Upaya optimalisasi lorong wisata itu didukung dengan inisiatif Wali Kota Makassar Moh Ramdhan Pomanto yang membentuk Dewan Lorong yang menjadi jembatan komunikasi antar masyarakat lorong.
"Dengan melibatkan 7.013 orang, dewan lorong berfungsi sebagai penghubung dalam penyebaran informasi dan edukasi termasuk terntang pertanian dan pengembangan ekonomi lokal," jelasnya.
Di sisi lain, kesuksesan lorong wisata tidak lepas dari partisipasi aktif masyarakat.
"Keterlibatan warga dalam kegiatan budidaya dan pengelolaan lorong sangat penting untuk memastikan keberlanjutan program ini. Hal ini juga bertujuan menciptakan sirkulasi ekonomi yang berkelanjutan," ucapnya.
Alamsyah berharap dengan berbagai dukungan dan kolaborasi yang telah terjalin, lorong wisata dapat terus berkembang, memberikan manfaat yang berkelanjutan bagi masyarakat, dan menjadi contoh bagi kota-kota lain dalam kemandirian pangan.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Makassar Alamsyah di Makassar, Rabu, mengatakan, saat ini jumlah Lorong Wisata di Makassar mencapai 2.612, dengan 1.323 KWT yang aktif beroperasi dalam tiga tahun terakhir.
"Kita punya potensi mendukung program pemerintah dengan mendorong kemandirian pangan melalui kelompok wanita tani," ujarnya.
Alamsyah mengatakan dalam upaya pengambangan KWT, Dinas Ketahanan Pangan Makassar memberikan intervensi melalui penyediaan sarana dan prasarana budidaya tanam.
"Bantuan yang diberikan mencakup benih, bibit, hidroponik, media tanam, polibag, serta berbagai jenis bibit lainnya untuk mendorong pertumbuhan produktivitas di lorong-lorong wisata," katanya.
Dia menyebut sejumlah lorong wisata telah berhasil dalam kemandirian pangan, misalnya Lorong Wisata Haderslev yang berhasil menjual hasil komoditas tanamnya di beberapa gerai ritel.
"Pada tanaman hidroponik yang dikelola mereka seperti sayur Pakcoy dan Selada. Komoditas ini pun bukan hanya dijual dalam bentuk sayur-mayur, tetapi juga dikelola menjadi produk kuliner yang bisa memiliki nilai jual dan keuntungan yang cukup tinggi," tambahnya.
Menurut Alamsyah, lorong wisata juga berkontribusi dalam menciptakan perekatan sosial dalam upaya mitigasi sosial.
Ia mencontohkan kegiatan bersama seperti berkebun dan penghijauan di halaman rumah menjadi sarana untuk memperkuat hubungan antar tetangga dan masyarakat sekitar.
Upaya optimalisasi lorong wisata itu didukung dengan inisiatif Wali Kota Makassar Moh Ramdhan Pomanto yang membentuk Dewan Lorong yang menjadi jembatan komunikasi antar masyarakat lorong.
"Dengan melibatkan 7.013 orang, dewan lorong berfungsi sebagai penghubung dalam penyebaran informasi dan edukasi termasuk terntang pertanian dan pengembangan ekonomi lokal," jelasnya.
Di sisi lain, kesuksesan lorong wisata tidak lepas dari partisipasi aktif masyarakat.
"Keterlibatan warga dalam kegiatan budidaya dan pengelolaan lorong sangat penting untuk memastikan keberlanjutan program ini. Hal ini juga bertujuan menciptakan sirkulasi ekonomi yang berkelanjutan," ucapnya.
Alamsyah berharap dengan berbagai dukungan dan kolaborasi yang telah terjalin, lorong wisata dapat terus berkembang, memberikan manfaat yang berkelanjutan bagi masyarakat, dan menjadi contoh bagi kota-kota lain dalam kemandirian pangan.