Manado (ANTARA Sulsel) - Produk asap cair dari arang tempurung bakal menjadi unggulan Provinsi Sulawesi Utara pada masa mendatang menyusul permintaan cukup tinggi, kata Kepala Bidang Fasilitasi Pengembangan Industri Kecil Menengah Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulut Alwy Pontoh.

"Produk asap cair akan dikembangkan terus sehingga mendapatkan hasil dengan kualitas tinggi," katanya di Manado, Kamis.

Pihaknya akan memfasilitasi kalangan pelaku IKM dalam pembuatan bahan pengawet makanan yang disebut asap cair atau "liquid smoke", dari bahan baku batok kelapa itu.

Saat ini, katanya, asap cair sudah mulai dikembangkan oleh pelaku IKM di beberapa kabupaten di Sulut.

Pembuatan asap cair dimulai dari bahan baku batok atau tempurung yang sudah tua, dimasukkan ke tungku khusus. Setelah pembakaran sekitar delapan jam dihasilkan asap cair pertama.

Ketua Wira Usaha Bank Indonesia (WUBI) Provinsi Sulut Ivanry Matu menjelaskan tentang layanannya kepada 15 kabupaten dan kota dalam pengembangan produk asap cair dari arang tempurung itu, karena permintaan, baik dari dalam maupun luar negeri, yang semakin tinggi.

"Perusahaan perkebunan karet asal Jawa dan Sumatera memesan langsung asap cair dari arang tempurung tersebut," katanya.

Pihaknya siap memproduksi asap cair yang diminta oleh perusahaan tersebut, yakni 25 ribu-30 ribu liter per bulan.

Saat ini, pihaknya tengah mempersiapkan dan memperbanyak alat asap cair sehingga permintaan pasar mampu dipenuhi.

Tahun depan, katanya, juga sudah ada beberapa target pasar, termasuk kerja sama dengan pabrik insektisida untuk pengendali hama produk pertanian.

Selain itu, pihaknya telah melakukan ekspor arang tempurung ke Malaysia.

Dia mengatakan asap cair mempunyai pasar cukup banyak, baik domestik maupun mancanegara, sehingga WUBI mengembangkan produk tersebut.

Produk asap cair tempurung itu, katanya, telah terbukti mampu mengawetkan berbagai makanan hingga dua bulan, seperti ikan, daging, dan mi.

Ia menjelaskan pengawetan makanan dibutuhkan oleh industri makanan.

Akan menjadi masalah, katanya, ketika bahan baku pengawet berasal dari bahan kimia yang berbahaya bagi manusia.

Inovasi bersifat kerakyatan itu, katanya, mengajarkan proses pembuatan asap cair dari batok kelapa yang relatif sederhana dan dapat dilakukan oleh masyarakat.

Pewarta : Nancy Lynda Tigauw
Editor :
Copyright © ANTARA 2024