Makassar (ANTARA Sulsel) - Aktivis pemerhati anak Sulawesi Selatan Rusdin Tompo meminta pihak sekolah saat penyelenggaraan Masa Orientasi Siswa (MOS) penerimaan siswa baru tidak ada perlakuan tindakan kekerasan.
"Kami meminta agar pihak sekolah mengawasi penuh saat pelaksanaan MOS di sekolah, sebab sangat rentan adanya tindakan kekerasan anak yang bisa saja terjadi," ujarnya disela aksi kampanye Hari Anak Nasional di Ajungan Losari, Makassar, Minggu.
Menurut dia, sudah menjadi budaya setiap penerimaan siswa baru di tingkat SMP dan SMA dilakukan masa orientasi, namun muatannya harus sesuai budaya Indonesia dan tidak mengandalkan kekerasan saat pelaksanaan kegiatan tersebut.
"Diharapkan agar guru ataupun tenaga pendidik termasuk lembaga dan istitusi pendidikan ikut mencegah terjadinya kekerasan terhadap anak, termasuk tidak mentolelir bentuk-bentuk kekerasan dalam bentuk `Bulliying` pada masa MOS," sebut mantan Ketua KPID Sulsel itu.
Rusdin mengemukakan semua sekolah dipastikan efektif mulai Senin 27 Juli 2015 sesuai dengan jadwal tahun ajaran baru, sehingga siswa baru tentu akan mengikuti MOS.
"Pengawasan dan peran guru sangat diperlukan untuk mengantisipasi adanya bentuk kekerasan dengan berdalih masa orientasi. Sebaiknya anak-anak diberikan pembelajaran materi dibandingkan fisik," harapnya.
Sementara Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Anak Kota Makassar Andi Tenri Palallo yang juga hadir pada kesempatan itu mengatakan pihaknya telah berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan agar pelaksanaan MOS tidak dilakukan pemberdayaan fisik.
Selain itu pihaknya meminta bila mana terjadi kekerasan anak dalam masa orientasi maka segera dilaporkan baik melalui institusinya maupun pihak yang berwajib.
"Kita berharap penyelenggaraan MOS tahun ini tidak terjadi masalah apalagi adanya bentuk kekerasan kepada siswa baru," ujarnya disela aksi.
Sebelumnya aksi seruan moral yang tergabung dalam #G_Emas Perak Makassar mendeklarasikan seruan delapan moral penghentian kekerasan terhadap anak.
Gabungan LSM dan Komunitas #G_EmasPerak ini terdiri,Aliansi Makassar Pakana-kana (AMP) Community, LPA Sulsel, LPA Gowa, LiSAN, Anatta Institute, Cikalia, Poltekes Kemenkes Makassar, Yayasan RuangAntara, PSMP Toddopuli, Institute Saribattang, LBH Bintang Keadilan Indonesia, LBH Apik, Yayasan Insan Cita (YIC) atau Lisa institute, The HOPE Community, dan lainnya.
"Kami meminta agar pihak sekolah mengawasi penuh saat pelaksanaan MOS di sekolah, sebab sangat rentan adanya tindakan kekerasan anak yang bisa saja terjadi," ujarnya disela aksi kampanye Hari Anak Nasional di Ajungan Losari, Makassar, Minggu.
Menurut dia, sudah menjadi budaya setiap penerimaan siswa baru di tingkat SMP dan SMA dilakukan masa orientasi, namun muatannya harus sesuai budaya Indonesia dan tidak mengandalkan kekerasan saat pelaksanaan kegiatan tersebut.
"Diharapkan agar guru ataupun tenaga pendidik termasuk lembaga dan istitusi pendidikan ikut mencegah terjadinya kekerasan terhadap anak, termasuk tidak mentolelir bentuk-bentuk kekerasan dalam bentuk `Bulliying` pada masa MOS," sebut mantan Ketua KPID Sulsel itu.
Rusdin mengemukakan semua sekolah dipastikan efektif mulai Senin 27 Juli 2015 sesuai dengan jadwal tahun ajaran baru, sehingga siswa baru tentu akan mengikuti MOS.
"Pengawasan dan peran guru sangat diperlukan untuk mengantisipasi adanya bentuk kekerasan dengan berdalih masa orientasi. Sebaiknya anak-anak diberikan pembelajaran materi dibandingkan fisik," harapnya.
Sementara Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Anak Kota Makassar Andi Tenri Palallo yang juga hadir pada kesempatan itu mengatakan pihaknya telah berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan agar pelaksanaan MOS tidak dilakukan pemberdayaan fisik.
Selain itu pihaknya meminta bila mana terjadi kekerasan anak dalam masa orientasi maka segera dilaporkan baik melalui institusinya maupun pihak yang berwajib.
"Kita berharap penyelenggaraan MOS tahun ini tidak terjadi masalah apalagi adanya bentuk kekerasan kepada siswa baru," ujarnya disela aksi.
Sebelumnya aksi seruan moral yang tergabung dalam #G_Emas Perak Makassar mendeklarasikan seruan delapan moral penghentian kekerasan terhadap anak.
Gabungan LSM dan Komunitas #G_EmasPerak ini terdiri,Aliansi Makassar Pakana-kana (AMP) Community, LPA Sulsel, LPA Gowa, LiSAN, Anatta Institute, Cikalia, Poltekes Kemenkes Makassar, Yayasan RuangAntara, PSMP Toddopuli, Institute Saribattang, LBH Bintang Keadilan Indonesia, LBH Apik, Yayasan Insan Cita (YIC) atau Lisa institute, The HOPE Community, dan lainnya.