Makassar (ANTARA Sulsel) - Mahasiswa KKN Kebangsaan Universitas Negeri Makassar (UNM) menggelar kegiatan penanaman semangat kebangsaan di Kelurahan Tanjung Berlian, Kecamatan Kundur Utara, Kabupaten Tanjung Balai Karimun, Kepulauan Riau.

"Kegiatan yang dilaksanakan sejumlah mahasiswa KKN Kebangsaan UNM itu mengusung tema Mewujudkan Rasa Cinta Tanah Air Berbasis Potensi Ekowisata sebagai Strategi Menjaga Kedaulatan NKRI"," kata Humas UNM Ildha di Makassar, Senin.

Materi yang disampaikan terdiri dari Potensi Ekowisata Berbasis Kearifan Lokal yang disampaikan oleh Idan Pakaya Mahasiswa Administrasi Pendidikan Universitas Gorontalo dan Wawasan Kebangsaan yang disampaikan oleh A Rizal Mahasiswa Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Universitas Negeri Makassar.

Penyampaian materi yang dibagi dalam dua sesi membuat kegiatan berlangsung dengan santai, singkat, dan tetap kondusif.

Semangat nasionalisme membahana di dalam gedung tempat acara berlangsung, dengan jargon "Siapa Kita? (Indonesia)", "NKRI (Harga Mati), "Bhinneka Tunggal Ika (Pemersatu Bangsa)".

Sementara Ketua Pelaksana, Abdul Aziz mengatakan, penanaman semangat kebangsaan merupakan salah satu dari program kerja mahasiswa KKN Kebangsaan untuk menunjang pengembangan ekowisata di Tanjung Berlian.

"Kegiatan ini bertujuan untuk mengukuhkan semangat nasionalisme para pemuda dan rasa cinta terhadap tanah air dan bangsa, maka dengan begitu sekuat apapun pengaruh dari luar, ideologi Bangsa Indonesia tidak akan pernah tergadaikan," jelasnya.

Selain itu, delegasi Mahasiswa KKN Kebangsaan Universitas Negeri Makassar (UNM) selama menjalankan kegiatannya juga telah memfokuskan program kerja untuk mengembangkan ekowisata disejumlah desa Kepulauan Riau.

Kordinator Desa Topaya sekaligus salah satu delegasi UNM, Joulman, menyatakan mahasiswa KKN UNM ini memang telah disebar di sejumlah desa di Kepulauan Riau dan akan menjalankan program kerja Kuliah kerja Nyata (KKN) selama 30 hari kedepan.

"Pengembangan ekowisata menjadi tantangan tersendiri buat kami. Apalagi kita bukan penduduk asli sehingga cukup terkendala dengan bahasa asli masyarakat sekitar," ujarnya.

Pewarta : Abd Kadir
Editor :
Copyright © ANTARA 2024