Makassar (ANTARA Sulsel) - Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo menyebut jika pelayaran langsung atau "Direct Call" Makassar ke beberapa negara di Asia berdampak besar pada pertumbuhan ekonomi dan berkontribusi surplusnya aktivitas ekspor-impor hingga Rp2,3 triliun.

"Direct Call Makassar ini membawa angin segar di Sulsel. Baru akhir tahun lalu pelayaran perdananya dan pada semester awal tahun ini sudah berkontribusi besar untuk Sulsel," ujarnya di Makassar, Jumat.

Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan, pasca direct call pertumbuhan ekonomi Sulsel naik signifikan hingga 8,05 persen dan melewati pertumbuhan ekonomi secara nasional yang hanya 5,18 persen.

Pertumbuhan itu dapat dilihat dari neraca perdagangan Sulsel pada Januari - Juli 2016 untuk ekspor sebesar 582,26 juta dolar AS atau setara dengan Rp7,57 triliun dan impor sebesar 405,04 juta dolar AS atau Rp5,27 triliun.

Dari perdagangan itu, Sulsel masih bisa surplus sebanyak 177,22 juta dolar AS atau setara Rp2,3 triliun dengan jumlah volume ekspor 224.752 ton, dengan total 13.012 kontainer yang bernilai 800 juta dolar AS atau Rp10,4 triliun.

"Kita bisa melihat perbandingannya semester awal tahun ini dengan semester awal tahun lalu. Jelas sekali, peningkatannya di tahun ini dan itu semua karena direct call," katanya.

Sementara itu, Direktur Utama Pelindo IV Doso Agung yang usai menerima penghargaan dari Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo beberapa waktu lalu mengaku jika pembukaan direct call bisa terlaksana karena adanya dukungan dan kerja sama dari semua pihak.

Ia bahkan mengaku jika sinergi yang terjalin antara perusahaannya dengan perusahaan pelayaran, pemerintah daerah dan Kementerian BUMN serta Kementerian Perhubungan itu mempercepat pertumbuhan ekonomi di Sulsel.

"Ini berkat kerja bersama tim termasuk pegawai Pelindo IV yang sama-sama memiliki keinginan untuk memajukan Makassar dan Timur Indonesia hingga lebih baik," ujarnya.

Diakuinya, awal dilaksanakannya direct call sangatlah berat tantangannya selain sulit mencari pelayaran yang mau terlibat juga mengumpulkan satu persatu komoditi yang mau di ekspor sebab tidak ada pelayaran yang mau mengangkut cuma satu atau dua kontener saja.

Akhirnya, upaya yang dilakukannya mengubah peta logistik nasional untuk dapat dilakukan ekspor langsung (direct call) dari Kawasan Timur Indonesia (KTI) ke beberapa negara Asia.

Ia juga telah menetapkan untuk pertama kalinya empat koridor pelabuhan ekspor impor yakni koridor pertama dari Pelabuban Makassar, kedua Balikpapan, ketiga Bitung dan koridor empat Pelabuhan Jayapura, Papua.

Yang kedua melakukan integrasi pelayanan dengan pelabuhan-pelabuhan UPT di Indonesia Timur sebagai integrated network dengan cara pengelolaan pelabuhan non kawasan timur indonesia.

Menurut Doso, direct call mengurangi waktu ekspor dari Makassar ke Tiongkok yang semula 24 hari menjadi 16 hari, ke Jepang dari 28 hari menjadi 18 hari, ke Korea dari 26 hari kini hanya 17 hari. Selain itu biaya logistik kontainer juga berkurang hingga 200 dollar/kontainer.

"Awalnya kami kerja keras hanya sebulan sekali dan cuma bisa ngumpulin 24 komoditi kontainer yang mau di ekspor langsung dan hanya satu negara saja ke China. Tapi sekarang ada 54 komoditi dengan negara tujuan ekspor ada 54 negara antara lain ke Eropa, China, Korea, Jepang, Amerika dan kawasan asia lainnya," katanya.

Pewarta : Muh Hasanuddin
Editor :
Copyright © ANTARA 2024