Kupang (Antara Sulsel) - Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur menargetkan sebanyak 146.995 sapi wajib bunting melalui program Upaya Khusus Sapi Induk Wajib Bunting (UPSUS-SIWAB) dalam 2017.

"Target kita tahun ini harus menangani 146.095 ekor sapi betina produksi untuk wajib bunting," kata Kepala Dinas Peternakan Provinsi NTT Dani Suhadi saat dihubungi Antara di Kupang, Senin.

Ia mengatakan, upaya SIWAB dilakukan merupakan gerakan secara nasional dan pemerintah setempat diberikan target untuk penanganan kesehatan sapi produksi untuk mencapai tingkat kebuntingan yang tinggi. "Minimal 85.000 ekor sapi wajib bunting," katanya.

Untuk itu mencapai target itu, lanjutnya, maka dilakukan inseminasi buatan yang ditargetkan sebanyak 26.965 ekor sapi kemudian melalui pengendalian dan pemeriksaan 120.030 ekor di padang-padang pengembalaan petani peternak.

Menurut Dani, upaya SIWAB yang dilakukan di seluruh daerah penghasil sapi di Indonesia itu untuk memperkuat pasokan kebutuhan secara nasional sehingga di masa mendatang bisa mencapai target swasembada sapi.

Untuk ruang lingkup daerah, katanya, Nusa Tenggara Timur sudah swasembada sapi namun secara nasional diperkuat bersama-sama daerah lain melalui SIWAB.

"Inseminasi buatan ini kita lakukan setiap hari hingga mencapai target dan laporan dari masing-masing kabupaten/kota tiap hari masuk ke sistem kami," katanya.

Dia mengatakan, NTT tidak mendatangkan bibit dari luar Indonesia namun pola inseminasi dilakukan melalui bibit semen beku yang berkualitas yang dipasok dari Balai Besar Inseminasi Buatan di daerah Jawa.

"Untuk jangka menengah ini kita datangkan bibit semen beku dari Balai Besar Inseminasi Buatan di Singosari, kemudian ada yang dari Bogor dan Jawa Barat tapi tetap harus sapi Bali karena cocok dengan wilayah NTT," katanya.

Ia mengatakan, pemerintah setempat terus berupaya menggenjot produktivitas sapi di provnsi kepulauan itu, selain untuk menjaga pemenuhan kebutuhan lokal, juga menambah pasokan yang siap diantarpulaukan.

Selama ini, katanya, NTT mengantapulaukan sapi ke Jakarta, Kalimantan, dan sedikit di Sulawesi dan target 2017 sebanyak 65.300 ekor sapi Bali dan Sumba Ongol.

Pengiriman sapi ke luar daerah disesuaikan dengan kondisi populasi yang disesuaikan pula dengan kebutuhan masyarakat di Nusa Tenggara Timur.

"Kita juga tidak bebas saja mengirim tapi tetap memperhitungkan populuasi, struktur populasi terkait berapa jumlah betina, jantan, jantan dewasa, baru lahir, sehingga menghasilkan yang namanya kuota," katanya.           

Pewarta : Aloysius Lewokeda
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024