Akademisi AKOM Bantaeng ikut workshop pengembangan kurikulum
Bantaeng (Antaranews Sulsel) - Akademisi dari Akademi Komunitas Industri Manufaktur (AKOM) Bantaeng, mengikuti workshop "Developing A Curriculum" (pengembangan kurikulum) untuk mempersiapkan alumni tenaga siap pakai di bidang industri.
Skill for Competitiveness (S4C) Swisscontact pusat, Remy Rohardian pada pembukaan workshop di Bantaeng, Senin mengatakan, workshop tersebut agar tenaga akademisi AKOM memahami dan mampu menggunakan kurikulum yang sesuai kebutuhan pasar.
Keberadaan AKOM merupakan hasil kerja sama antara Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perindustrian dan lembaga donor S4C Swisscontact.
Berkaitan dengan hal itu, kegiatan ini bertujuan menyinergikan hasil dari proses belajar mengajar di Politeknik dengan kebutuhan dunia industri.
Sementara dalam memandu workshop DACUM pada 15-19 Oktober 2018, dua orang fasilitator didatangkan dari Politeknik Aceh yakni, Didiek Hari Nugroho dan Rahmah Ikhsan yang masing-masing berkomitmen di bidangnya.
Pada kesempatan itu, Didiek meminta agar pihak akademisi AKOM menggandeng pihak industri dalam menyusun kurikulum di jenjang akademi yang berbasis industri manufaktur.
"Sementara penyebaran dalam mata kuliah itu ada empat bagian yakni kompetensi utama, kompetensi pendukung, ilmu dasar, mata kuliah wajib," katanya Didiek.
Dia mengatakan program S4C dirancang untuk meningkatkan efektivitas revitalisasi Politeknik yang sedang dijalankan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) dan Kementerian Perindustrian.
Program S4C mengadopsi konsep yang sukses diterapkan di Swiss, yakni Dual Vocational Education and Training (D-VET). Penerapan program S4C diharapkan dapat menjawab kebutuhan industri terhadap tenaga kerja yang terampil dan meminimalkan kesenjangan keterampilan.
Sementara itu menurut Remy, S4C mengadopsi konsep yang sukses diterapkan di Swiss, yakni Dual Vocational Education and Training (D-VET).
Penerapan program S4C diharapkan dapat menjawab kebutuhan industri terhadap tenaga kerja yang terampil dan meminimalkan kesenjangan keterampilan.
Skill for Competitiveness (S4C) Swisscontact pusat, Remy Rohardian pada pembukaan workshop di Bantaeng, Senin mengatakan, workshop tersebut agar tenaga akademisi AKOM memahami dan mampu menggunakan kurikulum yang sesuai kebutuhan pasar.
Keberadaan AKOM merupakan hasil kerja sama antara Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perindustrian dan lembaga donor S4C Swisscontact.
Berkaitan dengan hal itu, kegiatan ini bertujuan menyinergikan hasil dari proses belajar mengajar di Politeknik dengan kebutuhan dunia industri.
Sementara dalam memandu workshop DACUM pada 15-19 Oktober 2018, dua orang fasilitator didatangkan dari Politeknik Aceh yakni, Didiek Hari Nugroho dan Rahmah Ikhsan yang masing-masing berkomitmen di bidangnya.
Pada kesempatan itu, Didiek meminta agar pihak akademisi AKOM menggandeng pihak industri dalam menyusun kurikulum di jenjang akademi yang berbasis industri manufaktur.
"Sementara penyebaran dalam mata kuliah itu ada empat bagian yakni kompetensi utama, kompetensi pendukung, ilmu dasar, mata kuliah wajib," katanya Didiek.
Dia mengatakan program S4C dirancang untuk meningkatkan efektivitas revitalisasi Politeknik yang sedang dijalankan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) dan Kementerian Perindustrian.
Program S4C mengadopsi konsep yang sukses diterapkan di Swiss, yakni Dual Vocational Education and Training (D-VET). Penerapan program S4C diharapkan dapat menjawab kebutuhan industri terhadap tenaga kerja yang terampil dan meminimalkan kesenjangan keterampilan.
Sementara itu menurut Remy, S4C mengadopsi konsep yang sukses diterapkan di Swiss, yakni Dual Vocational Education and Training (D-VET).
Penerapan program S4C diharapkan dapat menjawab kebutuhan industri terhadap tenaga kerja yang terampil dan meminimalkan kesenjangan keterampilan.