Palembang (ANTARA) - Harga beli listrik yang ditawarkan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) atas pembangkitan listrik tenaga biogas (PLTBg) yang menggunakan limbah sawit dinilai pengusaha terlalu rendah.
Padahal, menurut Ketua Gabungan Pengusaha Sawit Indonesia (Gapki) Provinsi Sumatera Selatan Harry Hartanto di Palembang, Jumat, pengusaha sawit ingin berkontribusi terhadap suplai listrik dari energi limbah.
“Harga beli PLN terlalu murah, tidak sesuai dengan investasi yang dikeluarkan pengusaha sawit untuk membuat pembangkit listrik tersebut,” kata dia.
Ia mengatakan untuk membangun unit pembangkit listrik menggunakan limbah sawit, setidaknya pengusaha menginvestasikan dana sekitar tiga juta dolar AS per megawatt dengan produksi minimal 30 ton Crude Palm Oil (CPO).
Selain itu, lanjut Harry, perusahaan kelapa sawit membuat pembangkit listrik untuk memenuhi kebutuhan pabrik masing-masing, mengingat suplai listrik yang disediakan PT PLN tidak sampai ke lokasi pabrik sawit berada.
Meski tidak murah, pengelola pabrik sawit di Sumatera Selatan terbilang cukup berminat melakukannya, karena saat ini sudah menghasilkan tenaga listrik sebanyak 17,04 megawatt dari 14 unit pembangkit listrik.
Ke-14 unit pembangkit terdiri dari Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg) dan Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm), yang menggunakan limbah sawit dalam bentuk cair menjadi PLTBg, kemudian limbah padat berupa cangkang kelapa sawit untuk menghidupkan PLTBm.
Adapun lokasi pabrik sawit yang memiliki pembangkit listrik limbah sawit itu berada di daerah pelosok, seperti Kecamatan Bingin Teluk, Kabupaten Musi Rawas dan Kecamatan Babat Toman serta Bayung Lencir yang berada di Kabupaten Musi Banyuasin.
Selain itu, PLTBg dan PLTBm itu juga berada di Kecamatan Mukut di Kabupaten Banyuasin dan Kecamatan Mesuji di Kabupaten Ogan Komering (Ilir). Adapula di Kecamatan Gunung Megang dan Sungai Niru di Kabupaten Muara Enim, serta Kecamatan Talang Ubi dan Abab di Kabupaten Pali.