Jakarta (ANTARA) - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menyebutkan sejumlah pabrik kelapa sawit menghentikan operasinya karena kapasitas tangki minyak sawit mereka sudah penuh akibat terhambatnya ekspor komoditas tersebut.
Ketua Gapki Cabang Jambi Tidar Bagaskara mengatakan saat ini tangki penyimpanan minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) sentra perkebunan sawit hampir penuh, akibatnya, Pabrik Kelapa Sawit (PKS) mulai membatasi pembelian Tandan Buah Segar (TBS) milik petani mandiri.
"Sudah ada empat PKS yang menghentikan operasinya karena tangki CPOnya benar-benar sudah penuh. Dari keempat PKS tersebut, satu milik anggota Gapki dan yang tiga PKS bukan anggota Gapki," kata Tidar dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.
Menurut dia, Gapki Jambi telah beberapa kali melakukan pertemuan dengan unsur Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jambi untuk mencari solusi dari permasalahan tersebut.
Gubernur Jambi siap membantu berkoordinasi dengan Kementerian Perhubungan seandainya ada kesulitan pada masalah transportasi kapal angkutan, katanya. Kalau masalah pajak ekspor gubernur siap berkomunikasi dengan Kemenkeu.
"Artinya di Provinsi Jambi semuanya mendukung bagaimana untuk meningkatkan harga TBS dan ekspor CPO kembali lancar, namun semua regulasi di pemerintah pusat," katanya.
Senada dengan itu Ketua Gapki Sumatera Barat Bambang Wiguritno mengatakan tangki-tangki penyimpanan CPO di Sumatera Barat juga hampir penuh, bahkan beberapa minggu yang lalu ada yang sudah penuh sehingga menghentikan operasinya.
"Karena berhenti operasi, maka PKS tersebut tidak membeli TBS petani. Saat itu ada empat PKS yang menghentikan operasinya," katanya.
Menurutnya, PKS yang mempunyai kontrak dengan buyer CPO, tangkinya tidak penuh, masih ada space sekitar 30 persen, tapi tetap mengkhawatirkan karena ekspor masih tersendat.
"Itulah yang mengakibatkan harga TBS belum stabil,” katanya.
Sementara itu Kepala Dinas Perkebunan (Kadisbun) Provinsi Jambi Agus Rizal mengatakan penuhnya tangki penyimpanan ini karena PKS sulit menjual CPO-nya, kalau pun ada yang membeli, harganya sangat rendah.
"Kondisi ekspor yang belum normal juga memberikan pengaruh terhadap rendahnya harga TBS. PKS semakin sulit menerima TBS petani. Kalaupun diterima, harga TBS petani sangat rendah. Apalagi kondisi tangki penyimpanan CPO sudah penuh," katanya.
Berita ini juga telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Gapki sebut sejumlah pabrik kelapa sawit hentikan operasi