Tulungagung, Jatim (ANTARA) - Permintaan jasa servis sepeda di Tulungagung, Jawa Timur meningkat sejak pandemi COVID-19 dua-tiga bulan terakhir, seiring tren bersepeda untuk kebutuhan olahraga di tengah masyarakat, mengisi kekosongan waktu akibat libur sekolah, kebijakan WFH (work from home), maupun karena alasan menjaga stamina tubuh.
Hal itu sebagaimana diungkapkan salah satu pengusaha bengkel sepeda rumahan, Mardyan Angga Pratama (29) yang sudah dua tahun menggeluti dunia jasa servis sepeda olahraga kelas menengah ke atas, dengan memanfaatkan emperan depan rumah orang tuanya di Desa Tanjungsari,. Kecamatan Boyolangu, Jumat.
"Tren peningkatan (jasa servis) terutama setelah 'lokdon' pertama (ramai penerapan PSBB atau pembatasan sosial berskala besar yang tahap pertama)," tutur Angga, demikian pemuda 29 tahun ini biasa disapa, sambil tangannya terus merakit sepeda balap jenis "speed allroad".
Di bengkel rumahnya yang sederhana itu, berjajar belasan sepeda olahraga. Mulai jenis sepeda gunung, Dunhill bike, sepeda balap, BMX hingga sepeda lipat.
Melihat jenis, bahan baku serta mereknya, sepeda olahraga yang ditangani Angga atau Mardyan Angga Pratama bukanlah sepeda sembarangan.
Terdapat berbagai merek impor dengan harga puluhan juta hingga Rp 150 juta lebih.
Suku cadang yang dirakit pun tidak murah, bisa mencapai belasan juta hingga puluhan juta per suku cadang ataupun per paket barang.
"Ini orderan rakitan sedang full (penuh). Dulu sebelum pandemi, permintaan jasa rakit begini sehari berkisar antara dua hingga tiga unit. Kada g juga cuma sehari. Tapi sekarang sehari bisa empat hingga enam-tujuh unit per hari," ujarnya.
Mardyan memang tak mengerjakan sendiri. Dia dibantu sang ayah, Jayadi, yang memang lebih dulu menekuni dunia perbengkelan sepeda kayuh.
Namun banyaknya permintaan jasa servis hingga rakit sepeda memaksa Angga untuk bekerja lembur hingga malam hari.
Terutama untuk pengerjaan servis ataupun rakit sepeda kelas premier, sulung dari tiga bersaudara ini harus menanganinya sendiri.
"Selain butuh penanganan ekstra karena menyangkut onderdil yang super mahal, proses pengerjaannya butuh ketelatenan dan keahlian khusus. Bapak juga bisa, namun untuk pengerjaan tertentu, konsumen meminta penanganan khusus (dari saya)," katanya.
Hasil dari jasa servis sepeda dirasakan Angga dan ayahnya, Jayadi, lumayan besar.
Misal untuk rakit atau servis total sepeda gunung biasa, Angga mematok harga Rp100 ribuan per unit.
Sedangkan untuk servis total atau rakit sepeda premium dengan harga puluhan juta hingga ratusan juta, biaya jasa yang dipatok Angga biasanya lebih tinggi. Antara Rp150 ribu hingga Rp300 ribuan per unit.
"Kadang saya malah tak mematok harga ke pelanggan. Sukarela saja untuk pelanggan yang sudah biasa menggunakan jasa saya," katanya.
Angga dan Jayadi tidak menyebut omzet penghasilan bersih per pekan atau per bulan.
Namun jika dirata-rata per hari empat unit saja, dikalikan 26 hari dan jasa paling rendah Rp100 ribu, Angga diperkirakan bisa meraup penghasilan antara Rp10 juta hingga Rp25 juta per bulan.
Omzet pendapatan itu jauh di atas hasil penjualan jasa layanan servis dan rakitan sebelum pandemi yang berkisar Rp5 juta hingga Rp7 juta per bulan.
Berita Terkait
Saksi sebut SYL peras Ditjen Perkebunan Rp317 juta, bayar kiai hingga servis mobil
Senin, 20 Mei 2024 14:13 Wib
Astra Motor Sulsel servis gratis motor jurnalis peringati Hari Pers Nasional 2024
Jumat, 9 Februari 2024 20:50 Wib
Apple : Biaya servis baterai iPhone di AS naik 20 dolar pada 2023
Selasa, 3 Januari 2023 8:33 Wib
Peserta JKN dapatkan kemudahan layanan kepesertaan di MCS BPJS Kesehatan
Rabu, 9 November 2022 13:49 Wib
Asmo Sulsel kembangkan aplikasi gandeng UMKM di Makassar-Gowa
Kamis, 29 Juli 2021 5:42 Wib
Zverev hentikan Anderson saat adu servis geledek
Selasa, 1 September 2020 5:28 Wib
Kisah UMKM Makasar membangun bisnis dan bertahan di masa pandemi
Sabtu, 18 Juli 2020 13:26 Wib
Motor terendam banjir, perlukah dilakukan servis besar?
Rabu, 18 Desember 2019 9:06 Wib