Jakarta (ANTARA) - Direktur Utama Pusat Kesehatan Jiwa Nasional (PKJN) Rumah Sakit Jiwa dr H Marzoeki Mahdi (RSJMM) Dr dr Nova Riyanti Yusuf SpKJ mengatakan saat ini pihaknya merancang peta jalan pencegahan bunuh diri.
"Saat ini PKJN membuat peta jalan tentang pencegahan bunuh diri ini sekaligus memetakan dan mendata ulang kasus bunuh diri di wilayah kerja PKJN, " kata Nova di Jakarta, Sabtu.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi G Sadikin mengatajan satu dari 10 orang di Indonesia mengalami gangguan jiwa, dan menjelaskan ada tiga kelompok gangguan jiwa mulai dari gangguan mental emosional (anxiety), depresi, dan gangguan jiwa berat (skizofrenia).
Regional Advisor in Mental Health dari WHO SEARO, Dr Andrea Bruni, juga menyebutkan bahwa satu dari tujuh orang Asia Tenggara atau sekitar 260 juta orang hidup dengan gangguan kejiwaan, dan tidak mendapatkan terapi cepat dan adekuat, sehingga banyak terjadi treatment gap.
Nova menambahkan di PKJN RSJMM sendiri jumlah pasien psikiatri mengalami kenaikan setiap tahunnya. Terjadi peningkatan yang cukup signifikan sebesar 16,5 persen pada rentang waktu 2021-2023 dengan data yaitu pada 2021 sebanyak 27.443 pasien, sebanyak 30.368 pasien pada 2022, dan 31.990 pasien pada 2023.
Sebagian besar pasien PKJN RSJMM mengalami kasus skizofrenia paranoid, skizofrenia unspecified, skizofrenia residual, gangguan skizoafektif lainnya, dan lain-lain.
Data Polri menyebutkan pada 2022, ditemukan kasus bunuh diri sebanyak 826 kasus, yang mana mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya pada 2021 sebanyak 613 kasus.
"Peningkatan kasus ini tidak bisa dianggap biasa, sehingga perlu dilakukan penanganan yang tepat agar kasus ini bisa diturunkan, " katanya.
Pencegahan bunuh diri, lanjut dia, bisa dilakukan dengan menjauhkan benda-benda atau alat-alat yang bisa digunakan untuk bunuh diri.
Jika dirawat di rumah sakit, harus di tempat yang aman, dan lakukan deteksi dini untuk pencegahan bunuh diri.
"PKJN juga mengaktifkan D'Patens 24 sebagai tempat konseling 24 jam baik melalui telepon maupun WhatsApp, " kata perempuan yang disapa Noriyu itu.
Selain itu dilakukan upaya pelayanan kesehatan jiwa berbasis komunitas dengan melakukan peningkatan jumlah pendampingan kepada puskesmas dengan layanan kesehatan jiwa yang didukung dengan peningkatan kapasitas SDM di layanan primer, serta optimalisasi ketersediaan obat.
Dengan demikian, dia berharap angka kasus permasalahan kesehatan jiwa di Indonesia dapat dikendalikan.