Makassar (ANTARA) - Peneliti senior dari Australian National University (ANU) Dr Matthew Kelly membahas pemetaan spasial tuberkulosis (TB) dan Diabetes Melitus di Indonesia pada kegiatan diskusi pakar di Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Hasanuddin.
Dr Matthew Kelly dalam rilisnya di Makassar, Selasa, menyampaikan saat ini Indonesia menghadapi transisi epidemiologi yang membawa tantangan baru dalam pengendalian Tuberkulosis (TB).
Ia menjelaskan situasi ini menciptakan beban ganda penyakit (double burden of disease) akibat prevalensi tinggi pada penyakit menular dan penyakit tidak menular (PTM) yang berkembang pesat.
Kondisi ini juga menjadi tantangan dalam menentukan prioritas kesehatan, pendanaan, serta kebutuhan pelatihan tenaga kesehatan yang efektif.
Selain itu, kata dia, prevalensi penyakit infeksi yang sering terjadi seperti TB memperberat risiko penyakit tidak menular seperti Diabetes Mellitus (DM), begitu pula sebaliknya keberadaan DM berpotensi meningkatkan beban penyakit TB para pasiennya.
Bahkan adanya Komorbiditas penyakit seperti Diabetes mellitus dan Tuberkulosis semakin mempersulit dalam upaya pengendalian TB di Indonesia.
Dr Kelly melanjutkan manajemen komorbiditas Tuberkulosis (TB) dan Diabetes Mellitus (DM) di Indonesia memerlukan langkah-langkah strategis untuk mengatasi kesenjangan penelitian yang ada.
Salah satu langkah penting adalah melakukan studi kohort yang berfokus pada lokasi atau area tertentu khususnya yang melibatkan interaksi dengan resistensi obat pada pasien dengan komorbiditas TB-DM.
Penelitian ini akan memberikan wawasan lebih dalam mengenai tantangan dalam pengobatan pasien dengan kondisi penyakit ganda ini.
Selain itu, adanya pemahaman yang lebih baik tentang seberapa besar dampak dan penyebaran komorbiditas. menjadi sangat penting, terutama saat melakukan diagnosis pada Diabetes Mellitus.
Hal ini akan membantu dalam merancang kebijakan kesehatan yang lebih tepat sasaran untuk pengelolaan kedua penyakit secara bersamaan.
Penelitian operasional dan implementasi juga diperlukan untuk mengeksplorasi berbagai model implementasi dalam melakukan skrining dua arah, yaitu skrining untuk TB pada pasien DM dan sebaliknya. Ini akan memastikan bahwa deteksi dini kedua penyakit ini dapat dilakukan dengan lebih efektif.
Selanjutnya, menggunakan penelitian dengan mix method untuk mengevaluasi program skrining yang ada saat ini dan untuk lebih memahami tantangan serta hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaannya. Hal ini akan memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai efektivitas program yang sedang berjalan.
Sementara itu, Dekan FKM Unhas Prof Sukri Palutturi MKes MSc PH PhD, dalam sambutannya menyampaikan topik yang diangkat memiliki urgensi yang tinggi mengingat prevalensi kasus tuberkulosis (TB) dan Diabetes Melitus di Indonesia masih cukup tinggi.
Ia mengatakan Kehadiran Dr Matthew Kelly tidak hanya memperkaya wawasan para mahasiswa dan dosen tentang pola spasial penyakit Tuberkulosis dan Diabetes Melitus di Indonesia, tetapi juga membuka peluang kolaborasi penelitian di tingkat Internasional yang berpotensi memperkuat upaya penanggulangan penyakit-penyakit kronis di masa mendatang.
Berita Terkait
Yusril: Pemindahan narapidana Bali Nine kini tergantung Pemerintah Australia
Selasa, 3 Desember 2024 19:57 Wib
Parlemen Australia mengesahkan larangan anak di bawah 16 tahun gunakan media sosial
Jumat, 29 November 2024 10:51 Wib
Pemprov Sulsel mantapkan rencana kerja sama dengan New South Wales
Jumat, 29 November 2024 10:42 Wib
Australia menolak visa mantan menteri Israel untuk hindari perselisihan
Jumat, 22 November 2024 10:17 Wib
Kualifikasi Piala Dunia 2026 - Indonesia aman di posisi tiga usai Bahrain ditahan Australia 2-2
Rabu, 20 November 2024 7:01 Wib
Timnas Indonesia menerima sanksi dari FIFA
Minggu, 10 November 2024 23:45 Wib
Marinir TNI AL ikut latihan operasi pendaratan amfibi di Pulau Bathrust Australia
Kamis, 7 November 2024 11:45 Wib
Timnas Indonesia lolos ke Piala Asia U-17 2025 setelah imbangi Australia 0-0
Senin, 28 Oktober 2024 5:02 Wib