Makassar (ANTARA) - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merilis hingga 30 Desember 2024 terdapat 18 penyelenggara pasar modal yang telah mendapatkan izin dari lembaga negara yang berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan itu.
"Dengan 18 penyelenggara pasar modal itu terdapat 713 penerbitan Efek dari 450 penerbit, 173.036 pemodal dan total dana SCF yang dihimpun dan teradministrasi di PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) sebesar Rp1,36 triliun," kata Plt Kepala Departemen Literasi, Inklusi Keuangan dan Komunikasi (OJK), M Ismail Riyadi dalam keterangan pers yang diterima di Makassar, Kamis.
Dia mengatakan untuk bursa karbon, sejak diluncurkan pada 26 September 2023 hingga 30 Desember 2024, tercatat 100 pengguna jasa yang mendapatkan izin dengan total volume sebesar 908.018 tCO2e dan akumulasi nilai sebesar Rp50,64 miliar.
Adapun rincian nilai transaksi 19,80 persen di Pasar Reguler, 43,41 persen di Pasar Negosiasi, 36,49 persen di Pasar Lelang, dan 0,30 persen di marketplace.
Ke depan, lanjut dia, potensi Bursa Karbon masih sangat besar mempertimbangkan terdapat 4.118 pendaftar yang tercatat di Sistem Registri Nasional Pengendalian Perubahan Iklim (SRN PPI) dan tingginya potensi unit karbon yang dapat ditawarkan.
Sementara itu, OJK juga mencatat pada 2024 penghimpunan dana di pasar modal masih dalam tren yang positif, tercatat nilai Penawaran Umum mencapai Rp259,24 triliun di antaranya merupakan fund raising dari 43 Emiten baru yang melakukan fund raising dan penawaran umum dengan nilai mencapai Rp17,28 triliun melalui IPO Saham dan Penerbitan EBUS.
Termasuk masih terdapat 115 Penawaran Umum di dalam pipeline dengan perkiraan nilai indikatif sebesar Rp32,58 triliun.
Bercermin dari realisasi pasar modal 2024, maka pada 2025 OJK optimistis kondisi pasar modal di Indonesia jauh lebih membaik.