Makassar (ANTARA) - Khatib Shalat Idul Adha 1446 Hijriah Ustadz Ahmad Zaki menyerukan keteladanan keluarga Nabi Ibrahim AS kepada jamaah shalat di Lapangan Instalasi Penjernihan Air Baku PDAM V Makassar, di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.
"Idul Adha bukan sekadar perayaan ritual, tetapi momentum untuk kembali meneladani kisah keluarga Nabi Ibrahim, Siti Hajar, dan Nabi Ismail," ujarnya di Makassar, Jumat.
Ia menyampaikan keprihatinan terhadap kondisi umat Islam saat ini yang mulai kehilangan arah dalam menjalankan kehidupan beragama, akibat arus globalisasi dan tren modern yang semakin mendominasi.
Ia menyoroti banyak orang tua saat ini lebih disibukkan dengan urusan dunia, media sosial, dan berbagai kesibukan lainnya, sehingga waktu bersama keluarga, terutama dalam mendidik anak, menjadi terbatas.
Ia mengingatkan bahwa mendidik anak tidak cukup hanya dengan ikhtiar lahiriah seperti memberikan pendidikan formal, tetapi juga harus disertai dengan doa yang terus-menerus dari orang tua.
Doa orang tua, menurut dia, memiliki kedudukan yang mustajab di sisi Allah.
Ustaz Ahmad Zaki menegaskan bahwa pendidikan moral menjadi tanggung jawab utama orang tua. Keteladanan menjadi fondasi utama pendidikan anak, bukan semata-mata peran guru atau lembaga pendidikan formal.
Ia mencontohkan Nabi Ibrahim senantiasa mendoakan anak-anaknya dan bersama istrinya memberikan tarbiah (pendidikan) yang penuh kasih sayang dan keteladanan.
“Pendidikan keluarga dimulai dari ibu yang memberikan nilai melalui kasih sayang dan perhatian, serta ayah yang memberikan pelukan dan menjadi figur kesabaran,” katanya.
Ia menambahkan jiwa anak-anak cenderung meniru sehingga membangun lingkungan keluarga yang kondusif untuk ibadah dan menjauhkan dari perbuatan buruk sebagai penting.
Keluarga, katanya, madrasah pertama bagi anak-anak. Di dalam keluarga, anak pertama kali mengenal Tuhan dan agamanya.
Pendidikan dalam keluarga tidak bergantung pada gelar atau jabatan orang tua, melainkan bagaimana orang tua menanamkan visi berislam dalam kehidupan anak-anak mereka.
Ia menutup khutbah dengan menyoroti kisah Nabi Ismail, seorang anak berusia sekitar 13 tahun yang dengan penuh keikhlasan dan keridhaan menerima perintah Allah untuk dikurbankan.
"Bahwa ketundukan dan keimanan seperti itu tidak mungkin lahir tanpa adanya pendidikan yang kuat dari keluarga," ucapnya.