Mamuju (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat berkomitmen mendukung Festival Sungai Tubo-Salutambung Kabupaten Majene, sebagai salah satu upaya menjaga kelestarian alam di daerah itu.
"Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat mendukung Festival Sungai Tubo-Salutambung ini sebagai salah satu upaya menjaga kelestarian alam," kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Sulbar Rachmad, mewakili Gubernur Sulbar Suhardi Duka saat membuka Festival Sungai Tubo-Salutambung, di Kabupaten Majene, Rabu.
Festival Sungai Tubo-Salutambung yang mengangkat tema 'Mattayang Tubo, Mattola Bala' yang artinya menjaga hidup, mencegah bencana itu, diikuti warga Desa Salutambung dan Desa Tubo Poang Kabupaten Majene serta warga yang terdampak aktivitas pertambangan pasir di Sulbar.
Kegiatan itu juga diikuti mahasiswa dan organisasi kemahasiswaan se-Sulbar, LSM/NGO, komunitas peduli lingkungan dan agraria, sanggar seni dan budaya, pegiat budaya dan seni, Pemkab Majene serta Pemprov Sulbar.
Kegiatan itu bertujuan untuk meningkatkan kesadaran warga, pentingnya menjaga kelestarian sungai, edukasi sejarah dan budaya tentang sungai, memperkuat solidaritas dan soliditas warga, mahasiswa, aktivis lingkungan dan agraria.
"Pak Gubernur menyampaikan apresiasi atas pelaksanaan Festival Sungai Tubo-Salutambung yang melibatkan berbagai elemen masyarakat," ujar Rachmad.
Tema yang diusung dalam festival tersebut kata Rahmad, bukan sekadar slogan, melainkan jeritan jiwa dan sebuah pernyataan sikap yang berakar dari kearifan terdalam nenek moyang.
Menjaga Hidup (Mattayang Tubo) yang dimaksud menurut Rahmad, bukanlah sekadar napas yang kita hirup, melainkan keseluruhan ekosistem yang menopang kita.
"Leluhur kita telah mewariskan falsafah, tanah adalah sarungmu dan air adalah bajumu. Filosofi ini mengajarkan bahwa alam adalah pakaian kehormatan kita. Merusak tanah dan air berarti merendahkan harkat kita yang telah diwariskan dengan penuh perjuangan," jelasnya.
Rachmad menyampaikan pembangunan ekonomi harus berjalan selaras dengan kelestarian lingkungan dan keluhuran budaya.
"Pertumbuhan tidak boleh meninggalkan luka pada alam dan sejarah. Pemerintah akan berdiri bersama rakyat untuk menjaga dan melindungi setiap jengkal sungai ini, untuk mencegah bencana dengan memastikan tidak ada aktivitas yang mengorbankan masa depan anak cucu kita," jelasnya.
Ia juga memastikan ide dan pemikiran yang lahir dari Festival Sungai Tubo-Salutambung itu, akan menjadi pertimbangan utama dan bahan evaluasi serius dalam setiap pengambilan kebijakan terkait lingkungan hidup.
"Mari kita jadikan festival ini sebagai tonggak solidaritas. Mari kita rapatkan barisan dan satukan hati untuk membangun Sulbar, dengan tetap menjaga lingkungan dan budaya yang ada di masyarakat kita, " terang Rachmad.