Makassar, 25/11 (Antara News) - Pelaksana tugas Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, Dr dr H Bachtiar Baso, MKes mengatakan salah satu upaya untuk mengatasi stunting di Sulawesi Selatan adalah dengan membangun kawasan perdesaan sehat.
Pada acara diskusi di Makassar Minggu, Bachtiar mengatakan pihaknya kini tengah merancang sebuah program kawasan perdesaan sehat di Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros.
Untuk mendukung itu pihaknya juga telah melakukan penandatanganan MoU dengan dekan kesehatan se Unhas meliputi fakultas kedokteran, fakultas kesehatan masyarakat, fakultas kedokteran gigi, fakultas farmasi dan fakultas keperawatan beberapa waktu yang lalu saat upacara peringatan Hari Kesehatan di Rumah Jabatan Gubernur Provinsi Sulsel.
Menurut dia, perlu berkolaborasi masalah kesehatan ini karena dinas kesehatan hanya mampu dan memiliki kewenangan untuk menyelesaikan masalah kesehatan tidak lebih dari 30 persen, termasuk masalah Stunting.
"Sekitar 70 persen masalah kesehatan berada di luar dari sektor kesehatan. Oleh karena itu, keterlibatan sektor lain sangat diperlukan misalnya dinas pertanian, dinas peternakan, tata ruang dan sebagainya," ujarnya.
Dalam konsep ini pula, kata dia, upaya promotif dan preventif dimaksimalkan misalnya penempatan 1 Desa 1 SKM untuk memantau masalah kesehatan pada wilayah tersebut atau 1 student 1 family bagi mahasiswa kedokteran untuk memantau masalah gizi ibu hamil dan sebagainya.
Hadir juga dalam pertemuan tersebut antara lain Prof Dr dr Wardihan Sinrang, MS, SPAnd, Prof Dr Dadang Ahmad Surimihardja, MEng, Prof Sukri Palutturi, SKM, MKes, MSc.PH, PhD, Hasbullah, SKM, MKes. dan drg Fuad Husain Akbar, MKes., PhD.
Prof. Wardihan yang juga Guru Besar Fakultas Kedokteran Unhas sependapat dengan konsep perdesaan sehat di Tompobulu yang merupakan sebuah perdesaan yang cukup dekat dengan perkotaan.
"Dengan posisi yang dekat dengan Kota Makassar, penyakit menular ataupun tidak menular dapat terjadi karena transisi yang berada diperbatasan wilayah yang menyebabkan perilaku masyarakat mengalami pergeseran,"ujarnya.
Hal senada dikataksn Prof Sukri Palutturi, PhD, yang juga merupakan Guru Besar Fakultas SKM Unhas bahwa kawasan perdesaan sehat memiliki kesamaan konsep dengan Healthy Cities, tetapi dalam ukuran wilayah yang lebih mikro. Desa sehat perlu dikembangkan dalam pengertian yang lebih luas.
Menurut dia, stunting dapat ditangani dengan pendekatan ini karena konsep perdesaan sehat tidak hanya menyelesaikan masalah kesehatan dalam pengertian penyakit tetapi juga melihat masalah kesehatan pada tingkat populasi dan setting.
"Oleh karena itu, kata dia, kemitraan antarsektor pada semua lini serta dukungan pemerintah daerah merupakan kunci," ujar pakar Healthy Cities ini.
Pada acara diskusi di Makassar Minggu, Bachtiar mengatakan pihaknya kini tengah merancang sebuah program kawasan perdesaan sehat di Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros.
Untuk mendukung itu pihaknya juga telah melakukan penandatanganan MoU dengan dekan kesehatan se Unhas meliputi fakultas kedokteran, fakultas kesehatan masyarakat, fakultas kedokteran gigi, fakultas farmasi dan fakultas keperawatan beberapa waktu yang lalu saat upacara peringatan Hari Kesehatan di Rumah Jabatan Gubernur Provinsi Sulsel.
Menurut dia, perlu berkolaborasi masalah kesehatan ini karena dinas kesehatan hanya mampu dan memiliki kewenangan untuk menyelesaikan masalah kesehatan tidak lebih dari 30 persen, termasuk masalah Stunting.
"Sekitar 70 persen masalah kesehatan berada di luar dari sektor kesehatan. Oleh karena itu, keterlibatan sektor lain sangat diperlukan misalnya dinas pertanian, dinas peternakan, tata ruang dan sebagainya," ujarnya.
Dalam konsep ini pula, kata dia, upaya promotif dan preventif dimaksimalkan misalnya penempatan 1 Desa 1 SKM untuk memantau masalah kesehatan pada wilayah tersebut atau 1 student 1 family bagi mahasiswa kedokteran untuk memantau masalah gizi ibu hamil dan sebagainya.
Hadir juga dalam pertemuan tersebut antara lain Prof Dr dr Wardihan Sinrang, MS, SPAnd, Prof Dr Dadang Ahmad Surimihardja, MEng, Prof Sukri Palutturi, SKM, MKes, MSc.PH, PhD, Hasbullah, SKM, MKes. dan drg Fuad Husain Akbar, MKes., PhD.
Prof. Wardihan yang juga Guru Besar Fakultas Kedokteran Unhas sependapat dengan konsep perdesaan sehat di Tompobulu yang merupakan sebuah perdesaan yang cukup dekat dengan perkotaan.
"Dengan posisi yang dekat dengan Kota Makassar, penyakit menular ataupun tidak menular dapat terjadi karena transisi yang berada diperbatasan wilayah yang menyebabkan perilaku masyarakat mengalami pergeseran,"ujarnya.
Hal senada dikataksn Prof Sukri Palutturi, PhD, yang juga merupakan Guru Besar Fakultas SKM Unhas bahwa kawasan perdesaan sehat memiliki kesamaan konsep dengan Healthy Cities, tetapi dalam ukuran wilayah yang lebih mikro. Desa sehat perlu dikembangkan dalam pengertian yang lebih luas.
Menurut dia, stunting dapat ditangani dengan pendekatan ini karena konsep perdesaan sehat tidak hanya menyelesaikan masalah kesehatan dalam pengertian penyakit tetapi juga melihat masalah kesehatan pada tingkat populasi dan setting.
"Oleh karena itu, kata dia, kemitraan antarsektor pada semua lini serta dukungan pemerintah daerah merupakan kunci," ujar pakar Healthy Cities ini.