Makassar (ANTARA) - Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Sulawesi Selatan (Sulbagsel) mengumumkan penerimaan Bea dan Pajak Januari-Maret 2024 telah mencapai Rp111,12 miliar atau 26,07 persen dari target Rp426,18 miliar.
Kepala Bidang Kepabeanan DJBC Sulawesi Bagian Selatan (Sulbagsel) Zaeni Rokhman di Makassar, Senin, mengatakan penerimaan ini dipengaruhi oleh kebijakan penyesuaian Pajak Penghasilan Tembakau atau CHT.
“Kalau dilihat dari nilai dan presentasenya cukup bagus. Tapi ini masih berjalan dan penerimaan kita masih tercapai bahkan melebihi setiap tahunnya,” ujarnya.
Zaeni mengatakan realisasi penerimaan bea cukai dan pajak secara umum akan meningkat setelah memasuki pertengahan dan puncak pada akhir tahun.
Dia menjelaskan, penerimaan bea dan pajak, selain karena penyesuaian CHT, juga karena kenaikan harga dan volume komoditas ekspor berupa Palm Kernel dan realisasi impor gula.
Ia menyebutkan realisasi penerimaan, cukai mencapai Rp18,01 miliar atau sekitar 19,00 persen, Bea Masuk Rp84,83 miliar (32,05 persen) dan Bea Keluar Rp8,27 miliar atau sekitar 13,40 persen.
"Untuk target dari penerimaan cukai sebesar Rp94,82 miliar, bea masuk sebesar Rp264,64 miliar dan bea keluar sebesar Rp66,73 miliar. Secara persentase, hanya penerimaan cukai yang masih berada di angka 4,93 persen dan lainnya cukup bagus," katanya.
Selain itu, Zaeni mengaku jika Bea Cukai berperan sebagai pengayom masyarakat, pajak juga berperan dalam penerimaan dan peningkatan melalui pemberantasan rokok ilegal melalui operasi penindakan.
"Dominan penerimaan bea keluar hingga Maret 2024 ini berasal dari komoditi kakao, terdapat kontribusi komoditi palm kernel shell sebesar 9,5 persen. Seiring dengan pertumbuhan harga ekspor Kakao, penerimaan BK tumbuh positif 13,7 persen," ucapnya.
Kepala Bidang Kepabeanan DJBC Sulawesi Bagian Selatan (Sulbagsel) Zaeni Rokhman di Makassar, Senin, mengatakan penerimaan ini dipengaruhi oleh kebijakan penyesuaian Pajak Penghasilan Tembakau atau CHT.
“Kalau dilihat dari nilai dan presentasenya cukup bagus. Tapi ini masih berjalan dan penerimaan kita masih tercapai bahkan melebihi setiap tahunnya,” ujarnya.
Zaeni mengatakan realisasi penerimaan bea cukai dan pajak secara umum akan meningkat setelah memasuki pertengahan dan puncak pada akhir tahun.
Dia menjelaskan, penerimaan bea dan pajak, selain karena penyesuaian CHT, juga karena kenaikan harga dan volume komoditas ekspor berupa Palm Kernel dan realisasi impor gula.
Ia menyebutkan realisasi penerimaan, cukai mencapai Rp18,01 miliar atau sekitar 19,00 persen, Bea Masuk Rp84,83 miliar (32,05 persen) dan Bea Keluar Rp8,27 miliar atau sekitar 13,40 persen.
"Untuk target dari penerimaan cukai sebesar Rp94,82 miliar, bea masuk sebesar Rp264,64 miliar dan bea keluar sebesar Rp66,73 miliar. Secara persentase, hanya penerimaan cukai yang masih berada di angka 4,93 persen dan lainnya cukup bagus," katanya.
Selain itu, Zaeni mengaku jika Bea Cukai berperan sebagai pengayom masyarakat, pajak juga berperan dalam penerimaan dan peningkatan melalui pemberantasan rokok ilegal melalui operasi penindakan.
"Dominan penerimaan bea keluar hingga Maret 2024 ini berasal dari komoditi kakao, terdapat kontribusi komoditi palm kernel shell sebesar 9,5 persen. Seiring dengan pertumbuhan harga ekspor Kakao, penerimaan BK tumbuh positif 13,7 persen," ucapnya.