Makassar (ANTARA) - Pj Gubernur Sulawesi Selatan Zudan Arif Fakhrulloh berharap Pengurus Komunitas Relawan Emergensi Kesehatan Indonesia (KREKI) menghadirkan program-program yang dapat menyentuh masyarakat hingga lapisan terbawah.
Zudan Arif dalam keterangannya di Makassar, Jumat, juga meminta KREKI melatih Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), karena Satpol PP yang bertugas menjaga semua pos, termasuk para relawan-relawan yang ada di Pramuka, hingga satuan-satuan sampai ke tingkat RT.
"Relawan kita yang paling banyak itu ada di Pramuka, kemudian satuan-satuan kita baik di tingkat RT saja terlebih dahulu meski via zoom, supaya ada pengetahuan awal," ujarnya saat melantik Pengurus KREKI Sulsel periode 2024-2029 di Makassar.
"Biar saya yang pimpin, dijadwalkan seluruh 24 kabupaten dan kota, tokoh-tokoh masyarakat nanti kita akan libatkan di zoom meeting, juga pengetahuan dasar untuk penanganan kesehatan," lanjut Zudan.
Ke depan, harap dia, KREKI akan turun ke kabupaten dan kota, sehingga bisa melihat akan ada banyak nyawa yang akan terselamatkan jika bisa langsung turun sampai ke level yang paling bawah.
Di tempat yang sama, Ketua Umum KREKI Sipriyantoro menyampaikan KREKI adalah wadah perkumpulan bagi para relawan emergensi kesehatan yang berbasis aplikasi teknologi informasi. KREKI didirikan bertepatan dengan Hari Relawan Sedunia pada tanggal 5 Desember 2018 di Jakarta.
Kecepatan dan ketepatan pemberian pertolongan gawat darurat kepada korban oleh masyarakat sangat diperlukan.
Untuk itu diperlukan sistem dan pengorganisasian yang mengintegrasikan antara keberadaan masyarakat yang membutuhkan pertolongan dengan relawan yang minimal sudah tersertifikasi bantuan hidup dasar (BHD) untuk memberikan pertolongan gawat darurat dengan cepat dan tepat.
Sementara itu, Ketua Dewan Pembina KREKI Prof Idrus A Paturusi menyampaikan saat ini ada isu yang dirasa perlu ditanggapi dengan serius. Isu ini dikenal dengan nama megatrusht.
Menurutnya, megathrust ini datangnya berkala setiap 200 tahun. Dimana, akan ada bencana besar yang akan terjadi di seluruh dunia, dan akan mengakibatkan bencana yang tidak main-main.
Ia mengatakan saat ini Jepang dalam persiapan pencegahan terhadap megathrust. Sedangkan di Indonesia jika melihat dari Pulau Jawa yang paling ujung yakni Pulau Nias diperkirakan paling besar dengan 9,2 skala richter.
"Kita berdoa mudah-mudahan tidak akan terjadi. Dan ini perlu kita perhatikan, karena bencana itu tidak ada yang tau, kapan dan dimana saja bisa terjadi. Terkadang ini yang menjadi kekurangan kita. Nanti ada bencana baru kita sibuk," imbuhnya.
Zudan Arif dalam keterangannya di Makassar, Jumat, juga meminta KREKI melatih Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), karena Satpol PP yang bertugas menjaga semua pos, termasuk para relawan-relawan yang ada di Pramuka, hingga satuan-satuan sampai ke tingkat RT.
"Relawan kita yang paling banyak itu ada di Pramuka, kemudian satuan-satuan kita baik di tingkat RT saja terlebih dahulu meski via zoom, supaya ada pengetahuan awal," ujarnya saat melantik Pengurus KREKI Sulsel periode 2024-2029 di Makassar.
"Biar saya yang pimpin, dijadwalkan seluruh 24 kabupaten dan kota, tokoh-tokoh masyarakat nanti kita akan libatkan di zoom meeting, juga pengetahuan dasar untuk penanganan kesehatan," lanjut Zudan.
Ke depan, harap dia, KREKI akan turun ke kabupaten dan kota, sehingga bisa melihat akan ada banyak nyawa yang akan terselamatkan jika bisa langsung turun sampai ke level yang paling bawah.
Di tempat yang sama, Ketua Umum KREKI Sipriyantoro menyampaikan KREKI adalah wadah perkumpulan bagi para relawan emergensi kesehatan yang berbasis aplikasi teknologi informasi. KREKI didirikan bertepatan dengan Hari Relawan Sedunia pada tanggal 5 Desember 2018 di Jakarta.
Kecepatan dan ketepatan pemberian pertolongan gawat darurat kepada korban oleh masyarakat sangat diperlukan.
Untuk itu diperlukan sistem dan pengorganisasian yang mengintegrasikan antara keberadaan masyarakat yang membutuhkan pertolongan dengan relawan yang minimal sudah tersertifikasi bantuan hidup dasar (BHD) untuk memberikan pertolongan gawat darurat dengan cepat dan tepat.
Sementara itu, Ketua Dewan Pembina KREKI Prof Idrus A Paturusi menyampaikan saat ini ada isu yang dirasa perlu ditanggapi dengan serius. Isu ini dikenal dengan nama megatrusht.
Menurutnya, megathrust ini datangnya berkala setiap 200 tahun. Dimana, akan ada bencana besar yang akan terjadi di seluruh dunia, dan akan mengakibatkan bencana yang tidak main-main.
Ia mengatakan saat ini Jepang dalam persiapan pencegahan terhadap megathrust. Sedangkan di Indonesia jika melihat dari Pulau Jawa yang paling ujung yakni Pulau Nias diperkirakan paling besar dengan 9,2 skala richter.
"Kita berdoa mudah-mudahan tidak akan terjadi. Dan ini perlu kita perhatikan, karena bencana itu tidak ada yang tau, kapan dan dimana saja bisa terjadi. Terkadang ini yang menjadi kekurangan kita. Nanti ada bencana baru kita sibuk," imbuhnya.