Makassar (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) mencatat tingkat perekonomian provinsi itu pada awal Mei 2025 terjadi deflasi minus 0,34 persen secara bulanan atau month to month (mtm) karena turunnya harga cabai rawit hingga tomat.
Kepala BPS Sulsel Aryanto di Makassar, Selasa, mengatakan, deflasi Sulsel terjadi karena kelompok makanan, minuman dan tembakau menyumbang andil yang cukup besar yakni minus 1,41 persen.
"Deflasi ini masih di atas deflasi nasional yang 0,37 persen. Nasional deflasinya lebih dalam,” ujarnya.
Aryanto menerangkan penurunan harga komoditas hortikultura disebabkan karena pasokan baik yang di diproduksi di berbagai daerah penghasil di Sulsel.
Beberapa produk hortikultura seperti cabai rawit, tomat, cabai merah dan bawang merah serta yang berasal dari luar wilayah seperti bawang putih juga cukup melimpah.
Tak hanya komoditas hortikultura, deflasi juga disumbang oleh penurunan harga kelompok pakaian dan alas kaki.
Secara rinci, cabai rawit deflasi 25,38 persen dengan andil minus 0,14 persen; tomat 27,03 persen dengan andil minus 0,08 persen; dan bawang merah 10,61 persen dengan andil 0,04 persen.
Selanjutnya, kangkung alami deflasi 10,93 persen dengan andil 0,03 persen; daging ayam ras 3,64 persen dan andil 0,03 persen; udang basah 2,17 persen dengan andil 0,02 persen.
Berikutnya, bayam deflasi 8,70 persen dengan andil 0,01 persen; ikan teri 4,86 persen dengan andil 0,01 persen; kentang 14,44 persen dan andilnya 0,01 persen serta kacang panjang yang deflasi 8,61 persen dan andil 0,01 persen.
Dengan terjadinya deflasi pada Mei maka inflasi tahun kalender Januari-Mei 2025 sebesar 1,90 persen (year-to-date/ytd) dan inflasi tahun ke tahun (yoy) Mei 2025 terhadap Mei 2024 sebesar 2,04 persen.