Makassar (ANTARA) - Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK)  Kota Makassar menggelar lokakarya dan edukasi kepada kaum perempuan, khususnya pasangan usia subur (PUS),  tentang bahaya kanker payudara dan pentingnya perencanaan keluarga berencana (KB).

Ketua Pokja IV TP PKK Kota Makassar Indira Purnamasari di Makassar, Minggu, mengatakan kegiatan digelar dalam rangkaian acara Gebrak PKK memperingati Hari Kesatuan Gerak (HKG) PKK ke-53.

“Kami ingin masyarakat lebih mudah mendapatkan edukasi tentang kesehatan, khususnya kanker payudara dan keluarga berencana. PKK hadir untuk mendukung keluarga yang sehat dan sejahtera,” ujar dia.

Kegiatan yang menjadi bagian dari program Pokja IV TP PKK Kota Makassar fokus pada bidang kesehatan. Lokakarya itu menghadirkan narasumber berkompeten, yakni Dr. dr. Muh Irwan Gunawan, Sp.B(K)Onk dan Dr. Eka Nurbani, Sp.OG(K), dengan moderator Dr. Salwa Mochtar.

Indira mengatakan kegiatan ini menjadi wadah edukasi kesehatan yang strategis.

Menurut dia, pemilihan ruang publik sebagai lokasi kegiatan bertujuan menjangkau masyarakat yang lebih luas.

Ia mengatakan isu kesehatan reproduksi masih sering dianggap tabu di sebagian masyarakat.

Oleh karena itu, kata dia, PKK berperan memecah stigma tersebut dengan menghadirkan forum diskusi.

“Kalau kita tidak membicarakan hal-hal penting ini, banyak keluarga akan kekurangan informasi yang seharusnya mereka tahu sejak dini,” katanya.

Ia menekankan pencegahan lebih baik daripada pengobatan. Oleh karena itu, edukasi kesehatan harus dimulai dari keluarga sebagai lingkungan pertama yang membentuk pola hidup sehat.

“Harapan kami, setelah mengikuti talkshow ini, masyarakat bukan hanya tahu tetapi juga mau menerapkan langkah-langkah pencegahan di rumah masing-masing,” katanya.

Salah satu narasumber yang juga seorang dokter spesialis kanker Dr. dr. Muh Irwan Gunawan menjelaskan materi tentang paradigma baru manajemen kanker payudara.

Ia menekankan pentingnya deteksi dini sebagai langkah efektif menekan angka kematian akibat kanker tersebut.

Menurutnya, kanker payudara memiliki beberapa faktor risiko yang perlu dikenali. Tahapan penyakit ini terdiri atas stadium dini, lanjut lokal, dan metastasis yang membutuhkan penanganan berbeda sesuai kondisinya.

Ia juga menjelaskan bahwa gerakan Periksa Payudara Sendiri (Sadari) dan Pemeriksaan Payudara Klinis (Sadanis) tidak cukup untuk memastikan seseorang terbebas dari kanker payudara.

“Yang paling penting adalah skrining kanker payudara melalui imaging. Ini bisa mendeteksi kelainan sebelum menimbulkan keluhan,” ucapnya.

Pemeriksaan seperti USG mammae dan mamografi, kata dia, memiliki manfaat besar dalam menemukan kanker lebih awal.

"Pemeriksaan dianjurkan mulai usia 35 tahun, rutin setahun sekali pada usia 40–50 tahun, dan setiap dua tahun sekali setelah usia 50 tahun," ujarnya.


Pewarta : Muh. Hasanuddin
Editor : Riski Maruto
Copyright © ANTARA 2025