Makassar (ANTARA) - PT Vale Indonesia Tbk bagian dari Mining Industry (MIND ID) di tengah tahun yang penuh tekanan pasar global, perubahan regulasi, dan tantangan operasional justru menunjukkan ketahanan, kedisiplinan, dan transformasi yang semakin matang.
PT Vale memaparkan kisah kuat tentang bagaimana eksekusi strategis dan kepemimpinan operasional yang bertanggung jawab terus menciptakan nilai jangka panjang bagi Indonesia dan dunia saat Analyst Gathering pada Senin (24/11).
Chief Financial Officer, Rizky Andhika Putra dalam pernyataannya mengatakan stabilitas operasi memperkokoh performa sepanjang tahun. Produksi nikel matte mencapai 19.391 ton, naik 4 persen dibanding triwulan sebelumnya, mendorong total produksi menjadi 54.975 ton. Di balik angka ini terdapat perencanaan pemeliharaan yang lebih disiplin, intervensi teknis lebih awal, dan kerja tim yang tak mengenal lelah di site Sorowako.
Momentum tersebut tercermin dalam hasil keuangan yang solid. Pendapatan mencapai 705 juta dolar AS, EBITDA berada pada 166 juta dolar AS, dan laba bersih meningkat 3 persen menjadi 52 juta dolar AS. Efisiensi di sisi pengadaan dan optimasi energi berhasil menurunkan cash cost nikel matte sebesar 5 persen, memperkuat daya tahan perusahaan terhadap tekanan eksternal.
Bisnis perusahaan semakin lincah melalui penjualan bijih nikel saprolit, yang mencapai 896.263 WMT hingga September 2025. Langkah ini membuka sumber pendapatan baru, menguatkan margin, dan memberikan fleksibilitas komersial pada kondisi harga global yang menantang.
Ia mengatakan ketahanan finansial itu tidak datang begitu saja, melainkan dihasilkan dari kerja keras dan disiplin.
“Dengan menata ulang struktur biaya, memperkuat modal kerja, dan membuka sumber pendapatan baru, kami mampu menjaga margin dan likuiditas. Memasuki 2026, prinsip kehati-hatian finansial akan tetap menjadi fondasi kami,” ujarnya.
Paruh pertama 2025 bukan tanpa tantangan—mulai dari gangguan furnace hingga tekanan kenaikan biaya regulasi. Namun alih-alih memperlambat langkah, perusahaan justru mempercepat eksekusi.
Tidak ada capaian yang lebih penting dari keselamatan. Dengan zero fatality year-to-date, penurunan TRIFR menjadi 0,43 dan lebih dari 200 kontrol risiko kritis diverifikasi setiap hari, budaya keselamatan menjadi bukti kedisiplinan dan kepemimpinan yang kuat.
Serangkaian pengakuan nasional dan internasional—seperti ENSIA Award, Lestari Award, ESG Business Award, Investortrust ESG Award, dan Subroto Award—menggambarkan kekuatan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan dan pembangunan sosial.
Empat mesin pertumbuhan besar yakni Pomalaa, Bahodopi, Sorowako Limonite, dan Tanamalia, mencatat progres signifikan dan menjadikan ini salah satu investasi berorientasi energi bersih terbesar di Indonesia: Pomalaa (Ford & Huayou) progres tambang 43,71 persen, HPAL 33,04 persen, selanjutnya Bahodopi (GEI) progres tambang 89,7 persen, HPAL 16,72 persen, sedangkan Sorowako Limonite progres konstruksi 25,37 persen, dan Tanamalia yakni studi kelayakan dan pemilihan mitra teknis berjalan baik.
Proyek-proyek ini akan menghasilkan “nikel yang tepat”—kelas 1, rendah karbon, dan dibutuhkan oleh industri baterai kendaraan listrik global.
“Rangkaian proyek pertumbuhan ini bukan hanya investasi, tetapi kontribusi besar bagi negeri,” tutur Muhammad Asril selaku Chief of Projects.
“Setiap persen progres, setiap milestones yang tercapai, dan setiap ton kapasitas baru adalah bagian dari ambisi bersama untuk membangun ekosistem nikel energi bersih yang terintegrasi di Indonesia,” kata Asril.
Eksplorasi masa depan
Rencana eksplorasi jangka panjang tengah disiapkan untuk membuka potensi mineral hingga 2,5 kali cadangan saat ini, mencakup lebih dari 118.000 hektare di Sulawesi Selatan, Tengah, dan Tenggara. Mulai 2026, program pengeboran intensif—hingga 6.500 hole per tahun—akan memastikan keberlanjutan pasokan nikel strategis Indonesia di masa depan.
Tahun mendatang akan menjadi fase penting ketika perusahaan membentuk baseline biaya baru, meningkatkan keandalan operasi, dan memperkuat disiplin di tiga area operasi utama yakni Sorowako, Bahodopi, dan Pomalaa.