Makassar (ANTARA Sulsel) - Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan terus menggalakkan penuntasan ependemi Tuberkulosis atau TB sebagai nawa cita program pemerintah dan arah kebijakan Rencana Program Jangka Menengah Negara (RPJMN) 2015-2019.

"Guna pencapaian program pemerintah itu kami akan terus meningkatkan kualitas pelayanan dan menjamin ketersediaan pelayanan TB secara paripurna, bermutu serta menjamin pemerataan sumber daya pengendalian TB," ujar Kepala Dinkes Sulsel Rachmat Latief, Kamis.

Pada pertemuan bersama media membahas isu pengendalian TB terkini pada tingkatan provinsi Sulsel di hotel Arya Duta Makassar, Rachmat mengatakan sebagai tujuan pemerintah dari menghentikan ependemi TB di Indonesia melalui informasi yang disebarkan media.

Selain itu dalam Peraturan Presiden nomor 2 tahun 2015 salah satu poin ditegaskan bahwa harus dilakukan pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan. Sedangkan target dampak positif pengurangan penderita TB hingga 2019, kata dia, bisa menurunkan angka kematian karena TB hingga 30 persen dibandingan 2014.

Penurunan Insidensi sebesar 15 persen dibandingkan 2014 dengan ekselerasi penurunan estimasi satu persen di 2014 naik menjadi 4 persen pada 2017 dan seterusnya.

"Mulai saat ini hingga 2019 mendatang tidak ada lagi pasien yang tidak terdaftar pada Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan menjadi peserta BPJS. Sehingga tida ada orang atau keluarga yang mengalami masalah karena perwatan TB," bebernya.

Berdasarkan grafik penanganan penderita TB mulai 2007 terus mengalami kenaikan hingga pada 2013. Namun peran serta pemerintah untuk menangani ependemi TB tersbut pada 2014-2915 kasusnya sudah mulai menurun.

"Dinkes terus berusaha melakukan himbauan dan sosialisasi kepada masyarakat agar jangan takut memeriksakan diri ke Puskesmas dan klinik apabila mengalami gejala-gejala TB, sebab apabila terjangkit bisa disembuhkan dan semua gratis mulai obat sampai perawatannya," jelas Kadir,

Sementara untuk angka notifikasi kasus Case Notification Rate (CNR) atau jumlah pasien baru ditemukan, kata dia, pada 2014 Kota Makassar tertinggi mencapai 271 kasus disusul Pare-pare 241 kasus, dan Kabupaten Wajo 231 kasus, serta Takalar 223 kasus, sementara lainnya diatas 100 kasus.

Sedangkan pada penemuan kasusMulti Drugs Resisten (MDR) TB berdasarkan data 2011-2015 lanjutnya, cenderung mengalami kenaikan. Pada 2011 mencapai 103 kasus, 2012 ada 258 kasus, 2013 naik menjadi 358 kasus, 2014 naik lagi menjadi 614 kasus hingga 2015 mencapai 614 kasus.

"Tentu dengan data ini penanganan penderita TB terus dilakukan untuk sebagai bagia dari program Indonesia sehat 2019. Dihrapakan partisipasi masyarakat dalam hal inikeluarga untuk segera memeriksakan kondisi kesehatan barangkali terkena virus TB agar segera diobati," tambahnya.

Diketahui TB merupakan penyakit disebabkan kuman `Mycrobacterium Tuberculosis` sehingga menyebabkan kerusakan terutama pada paru, menimbulkan ganguan berupa batuk, sesak napas, bahkan dapat menyebar ke tulang, otak, dan organ lainnya.

Bila dibiarkan, kuman ini dapat menggerogoti tubuh dan menyebabkan kematian. Tuberkulosis diketahui merupakan penyakit menular dan bisa menjadi penyebab kematian utama di Indonesia. Untuk itu pemerintah terus menggalakkan penuntasan ependemi TB hingga 2019.

"Semua obat bagi penderita TB adalah obat paten mengunakan strategi disebut `Dots`. Penderita harus secara rutin minum obat minimal enam bulan sampai benar-benar dinyatakan sembuh, sebab pebyakit ini mudah disembuhkan asalkan disiplin waktu minum obat," tambahnya 

Pewarta : Darwin Fatir
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024