Maros, Sulsel (Antara Sulsel) - Tradisi `Katto Bokko` atau pesta adat saat panen raya masih dipertahankan oleh keturunan Karaeng Marusu dan masyarakat eks-wilayah pemerintahan Karaeng Marusu di Kabupaten Maros, Sulsel.

"Tradisi ini merupakan simbol permulaan panen yang masih kami pertahankan yang terdiri dari 14 tahapan yang dilaksanakan keluarga kekaraengan (kerjaaan) dan pegawai atau masyarakat," kata Abdul Waris Karaeng Sioja di Maros, Sulsel, Selasa.

Menurut keturunan atau anak dari Karaeng Marusu ke-18, Tajuddin Karaeng Masiga ini, kegiatan tradisi yang dilaksanakan sekali setahun ini, selain sebagai ajang silaturrahim juga menunjukkan kebersamaan tanpa ada sekat antara pihak bangsawan dan masyarakat.

Pada kegiatan "Katto Bokko" yang dilaksanakan pada 15 Maret 2017 ini, lanjut dia, mempertemukan antara pemilik sawah, pekerja sawah dan pemuka adat untuk duduk bersama membahas masalah pertanian.

Dia mengatakan, pelaksanaan tradisi ini sudah dilakukan oleh silsilah keturunan Raja Marusu ke-24. Namun setelah kemerdekaan RI tidak lagi berbentuk kerajaan, tetapi dalam bentuk Kekaraengan yang dipimpin oleh pemangku adat dan kini sudah yang ke-6.

Mengenai tradisi "Katto Bokko" ini, pihak pemerintah biasanya juga turut andil, khususnya Dinas Pariwisata setempat. Berkaitan dengan pelaksanaan tradisi yang masih tetap terjaga ini, Karaeng Sioja berharap agar kelak dapat masuk dan menjadi kalender wisata.

"Sebelum pelaksanaan `Katto Bokko` sendiri, para pemangku adat dan masyarakat berembuk menentukan hari pelaksanaan panen perdana secara adat," katanya.

Selanjutnya, tradisi panen perdana itu akan dipimpin oleh seorang `pinati` yang bertindak selaku pemimpin prosesi adat panen di lahan Kekaraengan Marusu. Panen padi jenis `ase banda` ini menggunakan alat tradisional yakni anai-anai atau `pakkatto` dalam bahasa masyarakat setempat.

Pewarta : Suriani Mappong
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024