Makassar (ANTARA Sulsel) - Pemahaman masyarakat terhadap pencegahan bahaya serangan penyakit kanker usus besar yang tergolong masih rendah khususnya di Sulawesi Selatan.

Anggota Yayasan Kanker Indonesia Dr. dr Aru W. Sudoyo, dalam kegiatan media roadshow yang digelar di Makassar, Sabtu, mengatakan ada dua faktor yang menyebabkan kasus kanker usus besar terus bertambah yakni ketidaktahuan pasien dan ketidaktahuan dokter itu sendiri.

"Pasien yang berumur kurang dari 40 tahun, lebih dari 30 persen adalah pasien kanker usus besar yang ada di Indonesia," ungkapnya.

Negara-negara berkembang seperti Indonesia, lanjutnya kasus kanker usus besar tumbuh pada kelompok usia di atas 50 tahun yang didominasi oleh kaum laki-laki.

Berbeda dengan pasien yang berada di negara-negara maju seperti Amerika, pasien yang berusia dibawah umur 35 tahun tercatat jauh lebih besar terkena penyakit yang dikenal dengan "kanker kolorektal".

Penyakit ini disebut sebagai "kanker kolorektal" karena lokasi yang terserang biasanya berada di usus besar (kolon) hingga dubur (rektum).

Dia mengungkapkan, masyarakat perlu memiliki pemahaman permasalahan yang terdapat di usus besar yang sebenarnya perlu dilakukan secara dini, untuk mencegah meluasnya bakteri atau toksin (racun) pada daerah yang cukup rawan tersebut.

Gejala-gejala kanker usus besar, ujarnya banyak dan tidak spesifik seperti kelelahan, sesak napas, perubahan-perubahan pada kebiasaan-kebiasaan usus besar, kotoran (feses) yang sempit , diare atau sembelit, darah merah atau hitam pada feces, kehilangan berat badan, sakit perut, kejang-kejang, atau kembung.

Selain itu ambeien juga bisa diduga menjadi tanda-tanda awal penderita kanker usus besar.

"BAB (buang air besar) berdarah memang tidak selalu identik dengan kanker, namun jika terjadi terus menerus bisa diwaspadai," ungkapnya.

(T.PK-HK/O001)


Pewarta :
Editor :
Copyright © ANTARA 2024