Harga tiket pesawat naik picu inflasi
Makassar (Antaranews Sulsel) - Kebijakan maskapai penerbangan yang menaikkan harga tiket pesawat ke beberapa rute dianggap memicu inflasi.
"Kalau itu naik maka akan berpengaruh kepada penggunanya. Bagi pengusaha tentu akan berhitung atas kenaikan itu dan akhirnya memicu kenaikan inflasi," ujar Ketua Komisi B Bidang Perekonomian DPRD Sulawesi Selatan, Jamaluddin Jafar di Makassar, Senin.
Dia mencontohkan, bila pihak maskapai menaikkan harga tiket sampai 20 persen, maka sudah menjadi rumus perhitungan pengusaha akan menaikkan barangnya 10 persen dari harga sebelumnya. Ini membuat sejumlah barang merangkak naik terdampak biaya transportasi.
Selain itu, penumpang kini menggunakan pesawat bukan lagi orang kaya, tapi hampir semua dinikmati kalangan ekonomi menengah. Kenaikan harga tiket pesawat ditambah masalah lainnya yakni komersialisasi bagasi akan sangat memberatkan calon penumpang.
Bila maskapai penerbangan terus memberlakukan kebijakan tersebut, kata dia, maka hampir dipastikan hanya orang-orang kalangan mampu saja menikmati penerbangan, sementara masyarakat menengah berpikir dua kali menggunakan transportasi udara.
"Seharusnya ditinjau kembali, jangan memberatkan penumpang. Selama ini kan sudah bagus penerbangan bisa dinikmati semua orang dan punya hak sama, tapi karena adanya kebijakan itu, berdampak ke masyarakat," ungkap pengusaha pengembang perumahan ini.
Menurut dia, sebaiknya pemerintah harus terlibat langsung untuk menangani persoalan ini dan tidak terkesan memberikan `lampu hijau` kepada para maskapai. Akibatnya, masyarakat dirugikan, padahal pemerintah hadir untuk memberikan manfaat dan kesejahteraan bagi rakyatnya.
"Pengusaha merasa senang bila barang mereka terdistribusi dengan cepat ke masyarakat, tapi bila terkendala dengan biaya transportasi berdampak pada lambatnya distribusi, akhirnya harga barang naik dan terjadi inflasi," tambah legislator asal PAN tersebut.
Anggota DPRD Sulsel lainnya, Sri Rahmi yang sering berpergian menggunakan pesawat juga mengeluhkan tarif pesawat tiba-tiba naik dan belum normal sampai sekarang. Belum termasuk pembatasan bagasi yang dianggap memberatkan calon penumpangnya.
"Sangat berdampak bagi calon penumpangnya. Kebijakan itu harus di tinjau kembali, kasihan masyarakat ekonomi menengah harus mengeluarkan dana lebih untuk berpergian. Pemerintah harus bijak melihat persoalan ini," tegas politisi PKS itu.
Sebelumnya, sejumlah pihak maskapai penerbangan berdalih menaikkan harga tiket domestik karena libur panjang Natal dan Tahun Baru. Selanjutnya, leasing pesawat, harga bahan bakar avtur, dan perawatan, juga mengalami kenaikan karena menggunakan dolar dengan nilai fluktuatif.
Ditambah permintaan masih tinggi. Kenaikan tersebut tidak menyalahi aturan batas bawah atas dari Kementerian Perhubungan.
Ketua Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional Indonesia (INACA) I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra kepada wartawan menyatakan tiket pesawat telah diturunkan antara 20 persen sampai 60 persen.
Penurunan tersebut bisa tercapai melalui penyesuaian struktur biaya layanan penerbangan, khusus pada aspek biaya pendukung layanan kebandarudaraan dan biaya navigasi.
"Kami berkomitmen untuk menurunkan harga tiket. Kami sejak minggu lalu, khususnya Jumat, sudah menurunkan tarif harga domestik," kata Ari Askhara dalam konferensi pers di Jakarta, Minggu (13/1).
Ia memaparkan, keputusan itu diambil berdasarkan komitmen positif dari para pemangku kepentingan, yakni PT Angkasa Pura I (Persero), PT Angkasa Pura II (Persero), Airnav, dan PT Pertamina (Persero).
Selain itu, anggota INACA juga mendiskusikan keprihatinan masyarakat atas tingginya harga tiket penerbangan. "Walaupun di tengah kesulitan maskapai nasional yang ada, tapi kami lebih mendengar keluhan masyarakat tentang harga tiket," katanya.
Kendati sejumlah harga tiket disejumlah penerbangan mulai diturunkan di beberapa rute penerbangan seperti Jakarta-Denpasar, Jakarta-Yogyakarta, Jakarta-Surabaya, Bandung-Denpasar namun penerbangan Makassar-Jakarta masih tinggi dan belum ada tanda-tanda penurunan.
"Kalau itu naik maka akan berpengaruh kepada penggunanya. Bagi pengusaha tentu akan berhitung atas kenaikan itu dan akhirnya memicu kenaikan inflasi," ujar Ketua Komisi B Bidang Perekonomian DPRD Sulawesi Selatan, Jamaluddin Jafar di Makassar, Senin.
Dia mencontohkan, bila pihak maskapai menaikkan harga tiket sampai 20 persen, maka sudah menjadi rumus perhitungan pengusaha akan menaikkan barangnya 10 persen dari harga sebelumnya. Ini membuat sejumlah barang merangkak naik terdampak biaya transportasi.
Selain itu, penumpang kini menggunakan pesawat bukan lagi orang kaya, tapi hampir semua dinikmati kalangan ekonomi menengah. Kenaikan harga tiket pesawat ditambah masalah lainnya yakni komersialisasi bagasi akan sangat memberatkan calon penumpang.
Bila maskapai penerbangan terus memberlakukan kebijakan tersebut, kata dia, maka hampir dipastikan hanya orang-orang kalangan mampu saja menikmati penerbangan, sementara masyarakat menengah berpikir dua kali menggunakan transportasi udara.
"Seharusnya ditinjau kembali, jangan memberatkan penumpang. Selama ini kan sudah bagus penerbangan bisa dinikmati semua orang dan punya hak sama, tapi karena adanya kebijakan itu, berdampak ke masyarakat," ungkap pengusaha pengembang perumahan ini.
Menurut dia, sebaiknya pemerintah harus terlibat langsung untuk menangani persoalan ini dan tidak terkesan memberikan `lampu hijau` kepada para maskapai. Akibatnya, masyarakat dirugikan, padahal pemerintah hadir untuk memberikan manfaat dan kesejahteraan bagi rakyatnya.
"Pengusaha merasa senang bila barang mereka terdistribusi dengan cepat ke masyarakat, tapi bila terkendala dengan biaya transportasi berdampak pada lambatnya distribusi, akhirnya harga barang naik dan terjadi inflasi," tambah legislator asal PAN tersebut.
Anggota DPRD Sulsel lainnya, Sri Rahmi yang sering berpergian menggunakan pesawat juga mengeluhkan tarif pesawat tiba-tiba naik dan belum normal sampai sekarang. Belum termasuk pembatasan bagasi yang dianggap memberatkan calon penumpangnya.
"Sangat berdampak bagi calon penumpangnya. Kebijakan itu harus di tinjau kembali, kasihan masyarakat ekonomi menengah harus mengeluarkan dana lebih untuk berpergian. Pemerintah harus bijak melihat persoalan ini," tegas politisi PKS itu.
Sebelumnya, sejumlah pihak maskapai penerbangan berdalih menaikkan harga tiket domestik karena libur panjang Natal dan Tahun Baru. Selanjutnya, leasing pesawat, harga bahan bakar avtur, dan perawatan, juga mengalami kenaikan karena menggunakan dolar dengan nilai fluktuatif.
Ditambah permintaan masih tinggi. Kenaikan tersebut tidak menyalahi aturan batas bawah atas dari Kementerian Perhubungan.
Ketua Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional Indonesia (INACA) I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra kepada wartawan menyatakan tiket pesawat telah diturunkan antara 20 persen sampai 60 persen.
Penurunan tersebut bisa tercapai melalui penyesuaian struktur biaya layanan penerbangan, khusus pada aspek biaya pendukung layanan kebandarudaraan dan biaya navigasi.
"Kami berkomitmen untuk menurunkan harga tiket. Kami sejak minggu lalu, khususnya Jumat, sudah menurunkan tarif harga domestik," kata Ari Askhara dalam konferensi pers di Jakarta, Minggu (13/1).
Ia memaparkan, keputusan itu diambil berdasarkan komitmen positif dari para pemangku kepentingan, yakni PT Angkasa Pura I (Persero), PT Angkasa Pura II (Persero), Airnav, dan PT Pertamina (Persero).
Selain itu, anggota INACA juga mendiskusikan keprihatinan masyarakat atas tingginya harga tiket penerbangan. "Walaupun di tengah kesulitan maskapai nasional yang ada, tapi kami lebih mendengar keluhan masyarakat tentang harga tiket," katanya.
Kendati sejumlah harga tiket disejumlah penerbangan mulai diturunkan di beberapa rute penerbangan seperti Jakarta-Denpasar, Jakarta-Yogyakarta, Jakarta-Surabaya, Bandung-Denpasar namun penerbangan Makassar-Jakarta masih tinggi dan belum ada tanda-tanda penurunan.