Jakarta (ANTARA) - Pakar paru dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dr Erlina Burhan mengatakan angka kematian akibat virus corona cukup rendah jika dibandingkan dengan kematian pasien flu burung serta sindrom pernapasan akut berat atau SARS.
Kematian akibat virus corona hingga saat ini berada pada angka sekitar empat persen," kata dia di Jakarta, Jumat.
Persentase tersebut diperoleh berdasarkan data pasien di Kota Wuhan, Cina yang terinfeksi virus corona mencapai 800an orang, namun tercatat meninggal hanya 25 orang.
Angka kematian ini tentunya lebih rendah jika dibandingkan kematian akibat flu burung di Indonesia yang mencapai 87 persen dari total pasien.
Kemudian untuk penyakit SARS mencapai di atas 60 persen dengan ribuan orang tercatat meninggal dunia.
"Jadi berita baiknya yakni virus corona itu bisa diidentifikasi dan angka atau tingkat kematian yang diakibatkan cukup rendah," kata dia.
Fakta lainnya, ia menjelaskan 90 persen dari pasien terinfeksi virus corona bisa pulang dan hanya menjalani rawat jalan dengan menangani penyebab yang muncul dari sakit tersebut.
Sementara itu, ahli Penyakit Tropik dan Infeksi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dr Erni Juwita Nelwan mengatakan penyebaran virus corona saat ini berkaitan dengan perjalanan yang dilakukan pasien dalam dua minggu hingga satu bulan terakhir.
"Jadi harus curiga dengan riwayat perjalanan serta kontak hubungannya. Bisa jadi pasien yang terinfeksi sempat mengalami kontak dengan orang yang berasal dari Wuhan secara tidak sadar," katanya.
Ia mengatakan riwayat kontak dengan Kota Wuhan ini penting untuk diketahui sebab virus corona itu kluster serta penyebarannya bisa terlihat jelas.
Sebagai contoh, ialah terjadi di Bali yang notabene dikunjungi oleh banyak turis asing. Beberapa waktu terakhir terdapat dua atau tiga orang terinfeksi pneumonia berat dan sampelnya telah diperiksa.
"Alhamdulillah tidak ada yang positif dan saat ini pasien masih dalam tahap observasi atau pemantauan," katanya.