Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan meminta Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Bio Farma segera memproduksi alat tes PCR dan tes cepat (rapid test kit) untuk memenuhi kebutuhan pemeriksaan dalam negeri.
"Sekarang kita lihat BPPT dan Bio Farma untuk menyusun list (daftar) apa saja yang dibutuhkan dan impor produk apa saja yang kita batasi," katanya dalam Rapat Koordinasi (Rakor) Pengembangan Produk-produk PCR dan Tes Rapid Dalam Negeri, Jumat.
Luhut menegaskan agar kapasitas produksi domestik dapat terserap terlebih dahulu dan impor bisa dilakukan bila produksi dalam negeri tidak mencukupi.
"Oleh karena itu nanti BUMN kita dorong untuk membantu investasi dalam bidang ini," katanya seperti dikutip dalam keterangan tertulis.
Luhut pun meminta agar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita betul-betul mendorong agar industri industri dalam negeri bisa masuk di sektor farmasi.
Secara teknis, Luhut yang juga Wakil Ketua Komite Kebijakan Pengendalian COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional itu menyebutkan alat tes PCR Bio Farma sudah bisa diproduksi 1,5 juta dan bisa naik 3,5 juta per bulan.
"Tapi yang betul-betul mesti diperhatikan adalah stok reagennya. Reagen ini saya minta Pak Honesti (Dirut Bio Farma) untuk juga produksi dalam negeri. Produksi dalam negeri masih terbatas, sekarang bagaimana kita tingkatkan kapasitas itu," ujar Luhut.
Reagen diperlukan untuk ekstraksi yang digunakan dalam pengecekan spesimen. Reagen berisi sejumlah senyawa kimia untuk mendeteksi SARS-CoV-2, virus penyebab penyakit COVID-19.
Menanggapi permintaan Luhut, Kepala BPPT Hammam Riza yang juga hadir dalam rakor itu menyebutkan bahwa tim gugus tugas BPPT untuk riset inovasi COVID-19 telah siap memproduksi beberapa produk penilaian secara massal.
"Beberapa produk yang digunakan untuk screening seperti tes rapid telah dapat diproduksi secara massal," tambahnya.
Bekerja sama dengan PT Prodia, PT Tempo Scan Pasific dan PT Padma, BPPT telah mampu meningkatkan produksi tes rapid hingga lebih dari dua juta alat per bulan.
"Bila kita ingin memenuhi kebutuhan yang proyeksinya enam juta per bulan dengan asumsi 200 tes per hari kali 30 hari," kata Hammam.
Lebih jauh, ia juga menjelaskan bahwa BPPT telah berhasil membuat alat tes PCR. Bersama Bio Farma, mereka telah mampu produksi alat PCR dengan kapasitas 1,5 juta per bulan.
"Alat PCR kit yang kita awali bersama pada bulan Maret bersama dengan startup biomolekuler milik Bio Farma sekarang berhasil memasuki generasi yang kedua dengan menggunakan metode multiplex berbeda dengan simulfex karena tingkat akurasi dan kecepatannya," pungkas Hammam.
Berita Terkait
Presiden Jokowi menunjuk Luhut sebagai Ketua Pengarah Pengembangan Gim Nasional
Rabu, 14 Februari 2024 6:29 Wib
JPU mengajukan kasasi putusan Haris Azhar-Fatia yang divonis bebas
Selasa, 9 Januari 2024 14:53 Wib
Antam dan perusahaan Hong Kong bangun proyek baterai kendaraan listrik
Jumat, 29 Desember 2023 6:25 Wib
Presiden Jokowi menjenguk Luhut di Singapura
Sabtu, 4 November 2023 16:05 Wib
Pangkostrad: Dokter berharap Luhut Pandjaitan tidak terlalu bekerja keras
Senin, 30 Oktober 2023 11:07 Wib
Menteri Bahlil menepis kabar Luhut akan mundur dari kabinet
Selasa, 24 Oktober 2023 15:58 Wib
Menteri BUMN akan turut mengemban semua jabatan Luhut di pemerintahan
Rabu, 11 Oktober 2023 14:41 Wib
Sandiaga: Kondisi kesehatan Luhut Binsar Pandjaitan mulai pulih
Senin, 9 Oktober 2023 20:29 Wib