Jakarta (ANTARA) - Tahun 2024 bisa dibilang menjadi tahun yang cukup campur-aduk bagi bulu tangkis Indonesia. Sepanjang tahun, wakil Merah-Putih hanya mampu membawa pulang 12 gelar juara pada turnamen-turnamen BWF dengan level Super 300 ke atas.
Hal tersebut lumayan membuat pecinta olahraga ini terpukul, mengingat tahun ini merupakan periode yang krusial bagi para pebulutangkis kebanggaan untuk mengumpulkan poin kualifikasi Olimpiade Paris 2024.
Pada awal tahun, dahaga gelar juara pada sektor ganda putra diakhiri oleh Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin di turnamen Super 500 Indonesia Masters pada bulan Januari. Kala itu, Leo/Daniel masih dalam persaingan untuk memperebutkan tiket menuju Olimpiade Paris, walaupun pada akhirnya harus kandas karena mengakhiri pengejaran poin di posisi 13.
Dua bulan setelahnya, angin segar datang dari Birmingham, Inggris, di mana dua wakil Indonesia memboyong gelar juara dan satu gelar runner-up pada turnamen Super 1000 All England Open.
Ganda putra Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto berhasil mempertahankan gelar juara All England Open dan membuat posisi mereka semakin aman untuk lolos ke Paris.
Lebih lanjut, Jonatan Christie mengakhiri puasa gelar sektor tunggal putra Indonesia di turnamen prestisius itu setelah penantian tiga dekade lamanya, setelah menang atas kompatriot Anthony Sinisuka Ginting.
Tak hanya menjadi pertama kalinya sejak tahun 1994 saat Hariyanto Arbi meraih gelar tersebut di All England, ini juga menandai pertama kalinya Jonatan lolos sebagai finalis dan membawa pulang gelar juara turnamen BWF Super 1000.
Tren positif Jonatan kembali berlanjut satu bulan setelahnya, ketika ia keluar sebagai Juara Asia 2024.
Namun, masa romantis itu tidak bertahan lama, karena tak sedikit langkah dari para pebulutangkis andalan malah terhenti di babak-babak awal rangkaian turnamen yang padat.
Meski demikian, nama-nama baru mampu mengisi kekosongan tersebut. Sebut saja ganda putri Meilysa Trias Puspitasari/Rachel Allessya Rose dan Lanny Tria Mayasari/Ribka Sugiarto yang masing-masing menjuarai turnamen Super 300 Orleans Masters dan Swiss Open.
Ganda putri pelapis, yang kini menjadi ganda putri nomor satu Indonesia, Febriana Dwipuji Kusuma/Amallia Cahaya Pratiwi juga tampil konsisten dengan menjadi juara Australian Open dan Taipei Open, serta beberapa kali keluar sebagai runner-up.
Pun dengan tunggal putri Putri Kusuma Wardani yang semakin percaya diri dengan menjuarai Korea Masters serta beberapa kali membawa pulang gelar runner-up.
Selain itu, pasangan ganda campuran Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari juga menunjukkan daya juang untuk lolos ke Paris dengan menjuarai Spain Masters, dan beberapa kali keluar sebagai runner-up dan semifinalis.
Rangkaian turnamen menuju Paris pun mengantarkan enam wakil Indonesia yang lolos Olimpiade, yaitu Jonatan Christie dan Anthony Sinisuka Ginting (tunggal putra), Gregoria Mariska Tunjung (tunggal putri), Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto (ganda putra), Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti (ganda putri), dan Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari (ganda campuran).
Gregoria menjadi satu-satunya penyumbang medali dari cabang bulu tangkis, melalui medali perunggu.
Turnamen beregu
Perlu disoroti juga bahwa tahun 2024 merupakan tahun yang cukup padat dengan kejuaraan individual maupun beregu. Di tengah ramainya turnamen individual, tim bulu tangkis putra dan putri mampu membawa Indonesia menuju babak final Thomas-Uber Cup 2024 di Chengdu, China.
Keberhasilan tim bulu tangkis putri Indonesia untuk masuk ke rangkaian pertandingan Piala Uber 2024 pun tidak mudah.
Berbeda dengan tim bulu tangkis putra yang lolos ke ajang Piala Thomas 2024 berdasarkan peringkat dan menyandang status unggulan, tim yang dipimpin oleh Apriyani Rahayu itu dapat berkompetisi setelah berhasil keluar sebagai semifinalis pada Kejuaraan Bulu Tangkis Beregu Asia (BATC) 2024 di Selangor, Malaysia.
Tidak ada yang menyangka bahwa para srikandi muda Tanah Air ternyata dapat membuktikan bahwa mereka bisa melangkah sangat jauh di ajang bulu tangkis beregu paling presisius di dunia ini.
Di babak final, Indonesia harus menelan kekalahan 3-0 dari sang tuan rumah. Ketiga wakil yang bertanding di tiga partai pertama telah memberikan kemampuan maksimal mereka setelah pada fase grup hingga semifinal harus menaklukkan negara-negara kuat lainnya seperti Thailand dan juara bertahan Korea Selatan.
Beralih ke tim putra, kiprah Indonesia di ajang Piala Thomas masih menjadi yang terbaik di dunia, dengan 14 gelar juara yang telah dikoleksi.
Skuad yang dipimpin oleh Fajar Alfian juga berhasil melaju ke babak final Piala Thomas 2024, menandai final ke-22 bagi Indonesia sepanjang partisipasinya di ajang ini, sekaligus final ketiganya secara berturut-turut dari tiga edisi terakhir.
Indonesia terakhir kali membawa pulang Piala Thomas pada tahun 2020 di Aahrus, Denmark. Kemenangan tersebut merupakan pencapaian yang sangat diapresiasi oleh para penggemar bulu tangkis, karena Indonesia berhasil memboyong gelar tertinggi di turnamen tersebut setelah puasa gelar selama 19 tahun lamanya.
Meski tim senior hanya sanggup membawa pulang medali perak dari Thomas-Uber Cup, skuad junior berhasil memboyong Piala Suhandinata pada Kejuaraan Beregu Dunia Junior 2024 di Nanchang, China, Oktober.
Tak hanya itu, pada nomor individual di ajang yang sama, Moh. Zaki Ubaidillah dan Isyana Syahira Meida/Rinjani Kwinara Nastine juga mempersembahkan medali perunggu.
Tren positif dari kelas junior ini pun semakin diperkuat dan memupuk harapan untuk masa depan, melalui sejumlah gelar juara yang diraih di turnamen-turnamen BWF Super 100, seperti dari Alwi Farhan, Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan/Rahmat Hidayat, hingga pasangan-pasangan ganda campuran muda Indonesia yang konsisten menciptakan All Indonesian Finals.
“PR” bagi federasi
Terlepas dari dinamika dan prestasi yang terjadi sepanjang tahun, federasi tentunya tidak luput dari evaluasi dan pekerjaan rumah untuk diselesaikan.
Salah satu sorotan penting adalah penanganan cedera bagi atlet. Penggemar sudah tidak asing dengan berita cedera yang dialami oleh para jagoannya, yang pada akhirnya memengaruhi performa mereka di lapangan.
Beberapa nama yang mengalami cedera cukup panjang tahun ini antara lain Apriyani Rahayu, Gregoria, Anthony Ginting, hingga yang terbaru adalah juara SEA Games 2023 Kamboja Christian Adinata, yang pada akhirnya harus meninggalkan pelatnas di penghujung tahun ini.
Manajemen dan penanganan yang tepat untuk cedera olahraga harus disesuaikan dan diimplementasikan dengan baik kepada atlet demi menghindari cedera yang lebih parah dan berkepanjangan. Selain itu, federasi juga harus memastikan penyembuhan yang tepat, serta memungkinkan atlet kembali beraktivitas dengan aman.
Penanganan cedera olahraga yang tepat dapat meminimalkan risiko kerusakan jangka panjang pada bagian-bagian penting tubuh atlet seperti otot, tendon, ligamen, tulang, hingga sendi.
Sorotan selanjutnya adalah bagaimana federasi dapat memberikan ruang aman dan kompetitif demi memastikan regenerasi atlet yang keberlanjutan yang pada akhirnya berdampak pada peningkatan prestasi.
Sejumlah keputusan untuk merombak pelatih, pasangan di tiga sektor, keterbukaan dengan persaingan dari pemain-pemain nonpelatnas, hingga kehadiran kepengurusan baru di tahun ini menjadi harapan baru untuk mengembalikan kejayaan — digdaya bulu tangkis Indonesia di mata dunia, sebelum Olimpiade Los Angeles yang telah menanti di depan mata.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Memupuk asa, mengembalikan kejayaan bulu tangkis Indonesia