Makassar (ANTARA) - Selasa,16 September 2025, waktu masih menunjukkan pukul 3.30 Wita. Tanpa didahului peringatan tiba tiba saja bunyi sirine Tok..tok dari ambulans memecah kesunyian malam di Pesantren Darul Mukhlisin di Desa Padang Lampe, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep), Sulawesi Selatan.
Teriring bunyi sirine yang terus meraung-raung dan hanya sesekali mengambil 'nafas', terdengar suara-suara samar dari kejauhan yang berasal dari pondok dan wisma yang digunakan para peserta pesantren kilat dan pencerahan qolbu.
Sejak 15 September kemarin, suasana memang lebih ramai. Jika sebelumnya pesantren berjarak 66 kilometer dari Makassar ini hanya diisi mahasiswa baru Universitas Muslim Indonesia (UMI) dari berbagai fakultas yang hadir. Namun selama tiga hari ke depan, pesantren juga kedatangan para pemimpin UMI untuk mengikuti kegiatan pencerahan qolbu.
Para peserta pesantren kilat ditempatkan di pondok sementara para pemimpin UMI ditempatkan di Wisma Rektorat yang lokasinya tepat berada di seberang jalan.
Adapun jumlah pemimpin UMI yang tercatat mengikuti pencerahan qolbu sebanyak 200 orang. Sementara dari mahasiswa Fakultas Teknik, Fakultas Sastra dan fakultas lainnya (jadwal 14-16 September), berjumlah kurang lebih 300 orang.
Tak butuh waktu lama, satu persatu mahasiswa baru dan pemimpin UMI sudah terlihat menuju dan mengambil tempat di dalam masjid. Memasuki pukul 04.00 Wita. Imam resmi memulai shalat lail atau shalat malam.
Masjid pada malam itu berhasil terisi lima hingga enam shaf untuk laki-laki dan perempuan. Jika melihat luas Masjid yang kurang lebih mampu menampung kurang lebih 600 orang, maka bisa diprediksi jika jumlah yang mengikuti shalat tahajud malam itu mencapai di atas 90 persen.
Artinya secara umum hampir seluruh peserta ikut hadir melaksanakan shalat lail sebanyak delapan rakaat ditambah witir tiga rakaat tersebut.
Perkuat spiritual
Sejak memasuki gerbang Pesantren Darul Mukhlisin yang berada di Desa Padang Lampe, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep), Sulawesi Selatan, suasana spiritual langsung menyambut.
Dari sebelah kanan gerbang utama pondok pesantren, pandangan mata langsung disajikan keberadaan masjid sederhana yang usianya sudah puluhan tahun namun tetap berdiri kokoh dan dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar pondok.
Masjid pertama yang dibangun di pesantren tersebut ternyata memiliki cerita tersendiri. Beberapa tahun silam, masjid ini menjadi pusat dakwah bagi mahasiswa baru Universitas Muslim Indonesia (UMI) mengikuti kegiatan pesantren kilat yang merupakan ciri khas UMI dalam pengenalan kampus sebagai pengganti ospek yang terkadang tidak manusiawi karena dibalut praktek perploncoan.
Pada awal-awal pelaksanaan kegiatan pesantren di masjid ini, mahasiswa baru yang mengikuti pesantren kilat cukup sering mengalami gangguan berupa kesurupan massal.
Namun lambat laun, kejadian seperti itu sudah tidak terjadi. Apalagi sekarang ini sudah ada masjid kedua yang dibangun di tengah-tengah pesantren atau berjarak kurang lebih 200 meter dari masjid pertama. Bangunan masjid yang lebih luas dan cukup megah membuat pihak kampus memfokuskan segala kegiatan di tempat tersebut.
Setelah melewati bangunan masjid pertama, pandangan mata disuguhkan jejeran gazebo yang berjejer rapi di sisi kiri dan kanan jalan. Gazebo ini difungsikan sebagai tempat bersantai para peserta pesantren kilat untuk murojaah atau memperlancar bacaan dan hafalan surah Al-Quran.
Masuk lebih dalam, hamparan lahan pertanian sebelah kiri dan kanan jalan turut menyambut. Batang jagung kering yang terletak di tanah dan beberapa yang masih berdiri tegak, turut menjadi penanda aktifitas pertanian di tempat tersebut.
Di sebelah barat, juga bisa disaksikan jejeran pohon ubi serta pisang jenis cavendish. Keberadaan pisang ini sendiri merupakan hasil kolaborasi Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Selatan dan UMI saat dipimpin Plt Gubernur Sulsel Bahtiar Baharuddin pada 2023 lalu.
Melanjutkan perjalanan, terlihat deretan bangunan aula, pemondokan karyawan, poliklinik, termasuk wisma dan pemondokan mahasiswa yang menjadi tempat tinggal para peserta pesantren kilat dan pencerahan qolbu yang merupakan konsep retreat ala UMI. Retreat sebelumnya dipopulerkan Presiden Prabowo Subianto yang mengumpulkan para kepala daerah terpilih untuk menyatukan niat dan memperkuat spiritual .
Pelaksanaan pencerahan qolbu yang dihadiri sebanyak 200 pimpinan UMI terlihat lebih menarik. Kegiatan ini juga jarang bahkan mungkin tidak pernah dilaksanakan di kampus umum, dimana jajaran pimpinan kampus melakukan aktifitas spiritual secara bersama-sama selama tiga hari berturut-turut.
Para pimpinan mulai dari Rektor dan Wakil Rektor, Dekan dan Wakil, Direktur Program Pascasarjana, Ketua Lembaga, Kepala Perpustakaan Direktur Rumah Sakit Ibnu Sina YW UMI, Direktur Rumah Sakit Islam Gigi Mulut YW UMI, Wakil Direktur, Sekretaris Lembaga, Kaprodi, dan Kepala UPT dalam lingkup UMI, semuanya turut hadir dalam kebersamaan mengikuti setiap agenda padat yang disusun panitia penyelenggara.
Kegiatan pencerahan qolbu dimulai dengan pelaksanaan shalat Ashar berjamaah di masjid II Pesantren Padang Lampe yang dijadikan pusat aktifitas. Selanjutnya mengikuti acara pembukaan di Aula yang dihadiri langsung Ketua Yayasan Wakaf UMI Prof Masrurah Muhktar, Ketua Pembina YW UMI Prof Dr Mansyur Ramly serta Rektor Prof Dr Hambali Thalib.
Panitia penyelenggara mengatakan ratusan pimpinan UMI selama dua malam tiga hari kegiatan pencerahan qolbu akan mengikuti berbagai agenda seperti halnya dalam pesantren diantaranya membaca Al-Quran, berzikir, mendengarkan ceramah atau kajian, shalat berjamaah dan seterusnya.
Para pimpinan terlihat menikmati berbagai kegiatan yang telah dijadwalkan. Suasana itu bahkan jadi bahan pembahasan saat mereka bertemu di tempat makan. Para peserta mempertanyakan berbagai hal mulai bagaimana tidurnya, ibadahnya, dan sebagainya.
Pencerahan Qolbu ini mengangkat tema "Re-Start Pencerahan Qolbu untuk Bangkit, Bersih dan Berkah Menuju Bumi yang Dirahmati Allah". Artinya ada keinginan luhur dari civitas akademika untuk mengulang dan menegaskan kembali komitmen para pemegang amanah untuk menjaga integritas, moral dan iman selama di UMI.
UMI melalui pencerahan kalbu ini ingin bagaimana para pimpinan yang telah dipercaya memegang amanah bisa menjaga dan mempertanggungjawabkan selama menjabat.
Salah satunya dengan mendorong sekaligus memperkuat spiritualitas dan keimanan para pimpinan, menanamkan kembali nilai-nilai kebersihan hati keikhlasan dan tanggung jawab sehingga menumbuhkan semangat kebersamaan dalam menjalankan amanah yang diemban.
Hal ini sesuai dengan cita-cita awal berdirinya UMI untuk menjadi kampus pendidikan dan dakwah. Artinya tidak hanya terfokus dalam peningkatan sumber daya manusia namun juga secara spiritual, moral dan akhlak yang juga terus dijaga serta ditingkatkan.
Rektor UMI Prof Dr Hambali Thalib mengatakan telah merasakan suka duka dan beratnya ujian yang melanda kampus tersebut pada 2023 dan 2024.
UMI diguncang berbagai persoalan yang menggores hati bahkan ada yang hampir kehilangan harapan. Namun kampus ingin menegaskan ujian bukan untuk melemahkan kita melainkan untuk menguatkan kembali fondasi UMI sebagai kampus ilmu dan ibadah.
Apalagi dalam Islam sudah dijelaskan solusi saat menghadapi cobaan melalui Firman Allah SWT dalam Al-Quran Surah Al Insyirah ayat 5 dan 6: “Fainna Ma’al Usri Yusra, Inna ma’al ‘Usri Yusra.” Yang artinya "Maka, sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan".
Antara dunia dan akhirat
Ketua YW UMI Prof Dr Masrurah Mokhtar mengatakan UMI sebagai kampus pendidikan dan dakwah maka sudah seharusnya bisa dijalankan secara seimbang antara dunia dan akhirat.
Namun dalam perkembangan terakhir ini, dirinya merasakan jika urusan pengembangan pendidikan terlihat lebih dominan dibandingkan persoalan dakwah untuk kebaikan akhirat.
Melalui kegiatan pencerahan qalbu ini, UMI ingin menyeimbangkan kembali. Ilmu agama termasuk hafalan Al-Quran harus kembali ditingkatkan.Rektor juga meminta saran bagaimana mencari solusi atas terjadinya ketimpangan antara pendidikan dan dakwah.
Pendidikan akhlak sejak dini
Universitas Muslim Indonesia (UMI) memperkuat moral dan akhlak ribuan mahasiswa baru (maba) melalui pekan pesantren di Pesantren Darul Mukhlisin, 4-18 September 2025.
Pekan pesantren merupakan bagian dari perkenalan lingkungan kampus kepada mahasiswa baru dengan konsep ospek yang berbeda.
Seperti halnya kegiatan di pesantren, ribuan maba UMI fokus dalam penguatan ilmu agama dengan melaksanakan shalat berjamaah, shalat tahajud, shalat dhuha, membaca Al Quran dan berzikir.
Ide awal pelaksanaan pesantren kilat sebagai pengganti ospek dilakukan untuk menjaga mahasiswa tidak menjadi korban seperti yang terjadi pada pelaksanaan ospek beberapa tahun sebelumnya.

